BAB 6

1.8K 39 0
                                    

“Untuk apa lagi kamu ke sini?!” tanya Ferdi dengan nada tak suka. Ia kembali melanjutkan pekerjaannya tanpa menghiraukan seseorang yang mulai melangkah dengan angkuh ke arahnya.

“'Kan sudah aku bilang jika aku merindukanmu, Sayang.” Wanita itu terus melangkah hingga berdiri di sisi Ferdi, tak lupa ratu tangannya mengusap bahu Ferdi sensual.

“Enyahkan tangan kotormu dari tubuhku!” ucap Ferdi tak suka.

“Wow ....” Wanita bernama Sesil itu segera melepas tangannya dari bahu kokoh mantan suaminya.

“Sebenarnya apa tujuanmu ke sini? Jika tidak ada, silakan kelua! Saya tidak punya waktu untukmu,” tanya Ferdi langsung pada intinya.

Selama hampir tujuh tahun mereka bercerai, kemudian dengan santainya wanita itu dalam kembali ke kehidupannya yang kini sudah bahagia. Tidak akan Ferdi biarkan siapa pun merusak kebahagiaannya saat ini.

“Aku ingin kita rujuk, Mas. Pasti kamu juga belum memiliki istri ‘kan? Aku tak melihat kamu mempublikasikan seorang wanita,” pinta wanita itu dengan santainya setelah berselingkuh di belakang Ferdi. Hal itulah yang membuat Ferdi menceraikan Sesil.

“Saya sudah menikah. Silakan keluar dari ruangan ini!” usir Ferdi. Ia sangat berharap wanita yang dulu telah melukai hatinya dengan begitu hebat segera enyah dari hadapannya.

Bukannya pergi, Sesil justru tertawa mendengar perintah Ferdi. Baru saja pria itu ingin berkata, tetapi kemudian ponselnya di atas meja berdering dan menampilkan sebuah gambar gadis cantik dengan nama kontak ‘My Wife'. Tentu saja hal itu menarik perhatian Sesil.

Sebuah senyum terukir dari bibir Ferdi dan hendak meraih ponselnya, tetapi Sesil lebih dulu mengambil dan menggulir logo hijau untuk menerima panggilan. Suara centil Sesil menjadi pembuka yang langsung terdengar oleh Intan.

Intan melotot tak percaya dengan suara wanita dengan nada manja di ujung sana. Kemudian disusul suara Ferdi yang terdengar marah. Ada yang nyeri di dalam hati Intan saat mendengar suara wanita lain dari ponsel suaminya.

Intan yang penasaran dengan apa yang diucapkan oleh suaminya di ujung sana membuat gadis berbaju merah muda itu urung untuk mengakhiri panggilan.

Sampai akhirnya terdengar suara Ferdi yang mengatakan akan menjelaskan kejadian ini sepulang nanti. Meski begitu Intan tetap merasa tidak tenang, mungkin ini yang disebut cemburu.

“Apa aku cemburu? Kalau cemburu, itu artinya aku jatuh cinta,” gumam Intan pada dirinya sendiri.

Intan yang belum pernah merasakan jatuh cinta sebelumnya itu pun mulai menilai perasaannya sendiri. Jika ini adalah cinta, itu sudah pasti wajar karena yang ia cintai adalah suaminya sendiri.

Akan tetapi, apakah Ferdi mencintanya? Itulah yang menjadi pertanyaan bagi Intan, kalau seandainya Ferdi mencintai Intan, pasti pria itu akan meminta haknya. Namun, Ferdi tak melakukan itu. Kembali ada rasa nyeri dalam hatinya.

Intan hanya berdiam diri di kamar, tadinya ia ingin melakukan aktivitas di halaman belakang, tetapi ia urung karena hatinya sedang gundah memikirkan wanita yang kini sedang bersama suaminya. Intan iseng menulis pertanyaan-pertanyaan seputar suami dan istri di kolom pencarian di ponselnya.

Berulang kali Intan menelan ludah kasar, seharusnya ia tidak menikah. Tentu saja karena ini paksaan. Ia tidak tahu bagaimana membina rumah tangga. Bahkan hampir dua minggu berlalu dan lagi-lagi mereka belum melakukan ritual yang seharusnya dilakukan oleh pengantin baru lainnya.

Atau jangan-jangan Ferdi mencari pelampiasan di luar sana. Pikiran Intan mulai dipenuhi dengan prasangka yang tidak-tidak. Ia harus menanyakan banyak hal pada sang suami ketika pulang nanti. Intan tidak bisa memendam semua pertanyaan pahit yang jawabannya hanya ada pada Ferdi.

Married To a Rich WidowerWhere stories live. Discover now