BAB 10

1K 29 0
                                    

Intan memilih berbalik setelah melihat pemandangan yang membuatnya begitu terluka. Bagaimana tidak, Intan harus melihat dengan mata kepalanya sendiri ketika Sesil duduk di pangkuan Ferdi.

Padahal yang sebenarnya terjadi, Sesil baru saja tiba dan langsung masuk ke ruangan Ferdi, sempat terjadi adu mulut sebelum akhirnya Sesil duduk di atas pangkuan Ferdi dan membuat pria yang mengenakan kemeja itu pun terkejut.

Beberapa detik kemudian pintu kembali terbuka lebar dan menampakkan Intan di sana, seketika membuat Ferdi tersadar atas apa yang terjadi dengan dirinya dan Sesil. Seketika didorongnya tubuh wanita tidak sopan itu agar segera beranjak dari pangkuannya.

“Pasti bocah itu sekarang tengah menangis dan sakit hati karena menduga suaminya tengah bersama istri tua,” ejek Sesil yang gini dengan melipat tangannya di depan dada dengan gaya congkak.

“Apa maksudmu?” tanya Ferdi melangkah berbalik ke arah Sesil, padahal ia hendak mengejar Intan dan menjelaskan kesalahpahaman atas apa yang baru saja disaksikan oleh istri kecilnya.

“Waktu itu aku mengatakan padanya jika aku adalah istrimu juga,” jawab Sesil santai.

“Keluar dari sini sekarang dan jangan pernah temui aku lagi!” usir Ferdi, seketika Sesil beranjak dari sana. Namun, sebelum Sesil keluar dari ruangan, ia masih sempat mengatakan jika dia akan kembali lagi.

Tentu saja Ferdi tidak akan tinggal diam, ia akan meminta satpam untuk mencegah wanita itu datang kembali ke restorannya. Sesil telah di-blacklist dari daftar pengunjung di semua restoran dan kafe miliknya.

*

Di tempat lain, Intan terus berjalan dengan tergesa-gesa menuju parkiran, sesekali ia menoleh ke belakang berharap Ferdi akan mengejarnya. Namun, sampai di luar restoran, Intan tak juga melihat suaminya di belakang.

Intan mempercepat langkah kakinya, tetapi justru tak sengaja menabrak Alex yang sedang berjalan terburu-buru karena akan melakukan pertemuan dengan Ferdi terkait masalah renovasi ruangan yang sempat dibahas beberapa waktu lalu.

Intan yang terkejut segera meminta maaf kepada pria yang tak ia kenali, tetapi tatapan Alex yang tak sengaja melihat liontin yang dikenakan Intan membuat pria itu terkejut.

Alex mengulurkan tangannya dan membalik liontin di leher Intan, tetapi Intan segera menepis tangan Alex dan berlalu pergi meninggalkannya yang masih berdiri kaku atas fakta yang baru saja ia ketahui.

“Liontin itu merupakan liontin yang aku desain khusus untuk Sesil, tetapi kenapa bisa ada sama dia? Apa jangan-jangan Sesil telah menjualnya saat ia sudah menikah? Aku akan menanyakan langsung padanya,” gumam Alex seraya melangkah ke ruangan Ferdi.

Menurut Intan, pria itu sangat tidak sopan. Jika dikatakan pencuri itu tidak mungkin karena penampilan pria itu sangat berkelas, dengan penampilan yang hampir sama dengan Ferdi. Bahkan jam tangan yang dipakai pria itu berharga miliaran. Lalu untuk apa dia memegang liontin miliknya? sangat aneh.

Intan segera masuk ke dalam mobil dan menyalakan AC untuk mendinginkan hatinya yang sedang terbakar api cemburu seraya melihat ke arah pintu keluar, barangkali Ferdi akan mengejarnya, tetapi nihil. Ia hanya melihat pria yang menabraknya tadi melihat ke arah mobilnya.

Merasa diperhatikan oleh pria asing membuat Intan merasa takut dan memilih pergi meninggalkan restoran. Intan memilih pulang ke rumah.

Intan melaju di jalanan yang cukup lenggang. Beberapa kali ponselnya berdering, ia hanya melirik dan melihat nama si penelepon. Ternyata Ferdi, ia kembali fokus dan mengambaikan dering ponselnya hingga mati.

Setiba di rumah Intan segera berlari ke kamar dan menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang big size dengan seprei berwarna pink kesukaannya. Ia menenggelamkan wajahnya yang penuh air mata di atas bantal hingga tertidur.

Sementara asisten rumah tangga yang bekerja di rumah mewah tersebut cukup terkejut dengan kedatangan Intan yang tampak terlihat kacau. Bik Iyem hendak menyapa majikannya, tetapi urung setelah melihat air mata yang mengalir  pipi Intan.

Bik Iyem masih setia menunggu hingga sore berharap sang majikan akan turun dan menikmati hidangan makan siang yang sudah dingin di atas meja makan. Makanan yang disajikan oleh Bik Iyem adalah menu favorit Intan. Ia baru saja menyajikan saat melihat Intan pulang.

Saat sore menjelang, Ferdi pulang ke rumah dan ingin menjelaskan kepada Intan atas kesalahpahaman yang terjadi siang tadi.

“Istri saya mana, Bik?” tanya Ferdi membuat Bik Iyem terkejut saat tengah menatap ke lentai dua.

"I-itu, Tuan. Sejak siang nyonya pulang tapi sampai sekarang belum keluar dari kamar, ia belum makan juga. Bibi jadi khawatir, apalagi tadi nyonya pulang dalam keadaan menangis,” jawab Bik Iyem.

Tanpa menunggu Bik Iyem selesai berbicara, Ferdi segera berlari ke lantai dua menuju kamarnya, saat membuka pintu kamar, ia tak menemukan Intan. Hanya seprei yang terlihat kusut bekas ditempati.

“Sayang ....” Ferdi berteriak memanggil istrinya di dalam kamar, Walk in closet hingga balkon, di kamar mandi juga tak terdengar suara apa-apa dari dalam.

Saat kembali masuk ke kamar setelah memeriksa balkon, Ferdi bernapas lega saat melihat istrinya keluar dari kamar mandi dan terlihat lebih segar. Namun, Intan hanya meliriknya sekilas kemudian berlalu ke Walk in closet.

“Keluar!” usir Intan saat Ferdi ikut masuk ke Walk in closet. Tak ingin membuat istrinya semakin marah, Ferdi menurut dan memilih untuk membersihkan diri.

Ferdi cukup lelah hari ini, kelakuan Sesil dan juga Alex membuatnya hampir gila kemudian ditambah dengan istrinya yang sekarang sedang marah karena kejadian di ruang kerjanya tadi.

Alex yang tidak konsentrasi melakukan meeting membuat pekerjaan Ferdi jadi terhambat sehingga mereka akan kembali melakukan pertemuan.

Bagaimana tidak, Alex tengah pusing memikirkan tentang liontin yang dikenakan oleh gadis yang tidak sengaja menabraknya tadi siang. Liontin itu terus saja berputar-putar di benaknya. Ia tidak sabar untuk menghubungi Sesil dan menanyakan perihal kalung yang dulu ia berikan.

Setelah satu jam meeting dan tak membuahkan hasil sama sekali. Alex memutuskan untuk menghubungi Sesil dan memintanya untuk bertemu, tetapi lagi-lagi sesil menolak. Wanita itu mengira jika ajakan Alex untuk bertemu adalah perihal ajakan untuk menikah.

Sesil belum terpikir untuk kembali menjalin hubungan yang serius dengan Alex. Rasa bersalahnya kepada Ferdi karena sudah meninggalkannya dahulu membuat wanita itu ingin kembali dan menebus kesalahannya. Obsesi yang dimiliki Sesil sejak hubungannya kandas dengan selingkuhannya dulu membuat wanita itu salah langkah.

Mengganggu Ferdi yang kini sudah bahagia tentu saja salah, itu sama saja kembali menyakiti perasaan Ferdi untuk yang kedua kali.

[“Jika kau hanya ingin mengajakku untuk menikah, maka urungkan niatmu itu.”]

Sesil mengirimkan sebuah pesan kepada Alex melalui aplikasi hijau miliknya.

Alex yang tiba-tiba menerima pesan dari Sesil itu pun cukup terkejut. Alex memang beberapa kali mengajak Sesil untuk menikah, tetapi Alex juga tidak ingin memaksa jika Sesil belum siap. Biarkan ia menunggu sampai Sesil bersedia menikah dengannya.

Sebenarnya Alex pernah menikah, tetapi hanya bertahan empat tahun karena ia tidak dapat melupakan Sesil, sehingga wanita yang dahulu ia nikahi memilih mundur karena yang ada di benak Alex hanya Sesil.

[“Kamu terlalu pede. Aku mengajakmu bertemu hanya ingin menanyakan perihal Liontin mawar yang dulu pernah aku berikan padamu.”]

Akhirnya Alex membalas pesan Sesil meski berulang kali ia hapus kemudian diketik dan dihapus lagi. Namun, balasan Sesil membuat Alex terkejut hingga ponselnya terjatuh ke lantai, seketika kakinya lemas bahkan keringat dingin mengucur deras sampai akhirnya ia tak sadarkan diri;pingsan.

kemarin Alex memang kurang fit karena kelelahan ditambah pikirannya yang bercabang, antara masalah pekerjaan dan masalah pribadi. Puncaknya saat ia membaca balasan chat yang baru saja diterima dari wanita yang pernah mengandung dan melahirkan anaknya.

Bersambung....

Married To a Rich WidowerWhere stories live. Discover now