BAB 16

700 16 0
                                    

“Hentikan!” teriak Intan saat berada tepat di belakang Ferdi.

“Sabar, Bro. Jangan tersulut emosi, kita harus bermain yang elegan,” ujar Alex saat Ferdi sedikit menjauh dari mobil Ridwan.

“Ini semua gara-gara kamu. Dasar anak pembawa sial!” hardik Ridwan membuat Intan mundur beberapa langkah. Ia pikir ayahnya sudah berubah, tetapi ternyata tidak.

“Sialan!” Alex yang tak terima segera melayangkan tinjauan ke wajah Ridwan membuat pria itu mengaduh kesakitan. Seketika darah keluar dari bibirnya yang pecah.

“Stop!” Intan kembali berteriak, ia tidak kuat melihat kekerasan yang terjadi di depannya.

“Sabar, Bro. Tahan emosi, kita harus bermain dengan elegan,” ujar Ferdi seraya mengusap bahu Alex. Bukannya tenang, Alex justru menatap Ferdi yang berada di sampingnya.

“Itu kata-kataku tadi,” ujar Alex sebelum akhirnya Alex kembali ke dalam mobil karena Ridwan lebih dulu pergi meninggalkan mereka.

“Kamu gak apa-apa, Sayang?” tanya Ferdi yang kini melangkah memasuki pagar rumahnya yang sudah terbuka.

Tak ada jawaban, Intan hanya tersenyum menanggapi pertanyaan pria yang memakai kemeja putih tersebut.

Setelah memasuki rumah, Intan memilih  langsung naik ke lantai dua menuju ke kamarnya untuk membersihkan diri. Sementara Alex dan Ferdi memilih melangkah hingga sampai di taman belakang.

“Sepertinya aku harus membayar satpam untuk menjaga rumah ini, rasanya sudah tidak aman lagi,” ucap Ferdi kepada Alex yang sedang duduk di kursi yang terdapat di halaman belakang.

“Harusnya sejak awal kamu menempati rumah ini. Kagak inisiatif,” sindir Alex. Sementara Ferdi hanya mendelik mendengar ucapan Alex.

“Mending kamu balik aja, deh. Jangan lupa rumah fitnesku segera diselesaikan, aku mau pacaran dulu. Bye,” usir Ferdi membuat Alex kesal.

Padahal rumah fitnes milik Ferdi dikerjakan oleh anak karyawan Alex. Ia hanya sesekali memantau pekerjaan mereka, lagi pula proyek itu sudah berjalan 50%. Ah, dasar menantu sial*n.

“Udah aku siapkan sopir untuk anterin kamu,” sambung Ferdi sebelum menghilang di balik pintu masuk.

Merasa tidak ada lagi yang ingin dilakukan, Alex benar-benar memilih pergi. Saat melangkah keluar ia bertemu dengan Intan, mereka melakukan obrolan singkat sebelum pria bekerja hitam itu keluar dari rumah mewah Ferdi.

*

Baru saja turun dari mobil yang mengantar Alex pulang, ia sudah dikejutkan dengan kehadiran Sesil di halaman rumahnya.

“Sejak kapan kau di sini?” tanya Alex ketika berada di dekat Sesil.

“Baru saja. Ada yang ingin aku bicarakan padamu,” ujar Sesil seraya mengikuti langkah kaki Alex yang memasuki rumahnya yang tak kalah mewah.

Suara sepatu yang beradu dengan lantai marmer terdengar angkuh. Begitulah Alex, ia akan terlihat berwibawa jika berada di kantor atau bertemu dengan orang-orang yang kurang ia sukai seperti pertemuannya pada Sesil hari ini.

Setelah wanita itu menolak mentah-mentah pernyataan jika Intan adalah putri mereka, saat itu pula Alex tidak lagi memberi respek pada wanita yang dulu pernah mengisi seluruh hatinya.

Jika Sesil memang tak bisa diraih lagi, maka Alex akan mundur, dan pantang baginya untuk maju setelah memilih untuk mundur dan melupakan.

“Apa yang membawamu ke sini?” tanya Alex tanpa menatap wajah Sesil yang sedang duduk di sofa.

Married To a Rich WidowerWhere stories live. Discover now