YD XLIII

5.9K 954 95
                                    

"Sorry, gue gak bisa nemenin lo sama Joana, urusannya mendadak banget"ucap orang di sebrang sana tak enak hati.

"Gapapa Jay, santai aja kali"balasnya.

Begitu panggilan terputus, atensi Clara beralih pada Joana. Ia memperhatikan bocah yang baru saja memasuki umur 3 tahun itu tampak asik berlarian di taman.

"Joana!"panggilnya sedikit keras dengan tangannya melambai ke arah sang anak, membentuk gestur perintah untuk mendekat. Karena hal itu Joana mendekat dengan wajah penuh peluh dan rambut tipisnya yang dikuncir dua sudah basah sebagian. "Ya mama?"sahutnya. Dengan dress broken white yang dikenakannya, Joana tampak sangat cantik dan menggemaskan secara bersamaan. Sungguh, dia benar-benar duplikat dari Clara.

"Sini duduk"Clara mengambil Joana ke pangkuannya.

Kini mereka sedang mengadakan piknik kecil-kecilan di taman untuk merayakan ulang tahun Joana yang ke 3 tahun. Clara, Joana, dan Jay. Tetapi karena lelaki itu tiba-tiba memiliki urusan, sepertinya hari ini akan mereka habiskan berdua saja.

Clara membuka box beige dengan hiasan pita berwarna coklat yang berada di depannya, hingga memperlihatkan cake bernuansa soft blue dengan karakter unicorn kesukaan Joana yang berada di tengahnya.

"Ayo kita tiup lilin...!"seru Clara dengan sumringah seraya bertepuk tangan, namun ekspresi Joana justru sebaliknya, ia hanya diam menatap wajah sang ibu.

"Jai?"tanyanya.

"Om Jay lagi sibuk, gapapa kan kalau tiup lilinnya cuma berdua sama mama?"balita itu tidak langsung merespon, ia diam sejenak memandangi wajah Clara yang harap-harap cemas lalu setelahnya mengangguk seraya tersenyum.

Clara bernafas lega, ia menyalakan lilin lalu menyatukan kedua telapak tangan Joana. "Make a wish jangan lupa sayang..."ucapnya. Seakan orang dewasa yang paham, Joana menutup matanya dengan tangan terkepal di depan dada. Suara bisikan gadis kecil itu menyapa indra pendengaran Clara, hatinya mencelos ketika bibir mungil itu berucap

"Tuhan, Jo mau papa... Semoga Joana bisa ketemu papa lagi... Jo rindu papa, Tuhan..."

Tak terbendung, air mata Clara lolos begitu saja saat mendengarnya. Dadanya sesak luar biasa. Permintaan sederhana itu... haruskah dimintanya pada hari istimewa yang hanya datang setahun sekali?

"Mama, Jo mau kue-"perkataan Joana terhenti begitu melihat wajah Clara. "Mama?"lamat-lamat ia memperhatikan wajah sang ibu. "Mama nangis?"tanyanya membuat Clara semakin menjadi, ia terisak dan langsung memeluk Joana.

"Mama sayang Joana..."bisiknya mencium sayang kening sang anak. Walaupun masih bingung, Joana tetap membalas pelukan Clara. "Jo juga sayang mama..."ucapnya.

Sibuk dengan dunia mereka sendiri, keduanya sampai tak sadar jika ada seseorang yang memperhatikan interaksi mereka sedari tadi. Orang itu tersenyum, tanpa ragu langkahnya mendekat.

"Clara.."panggilnya membuat si empu melepaskan pelukan lalu mendongak.

"K-kak Hergan"Clara yang terkejut buru-buru menghapus air matanya

Hergan tersenyum, tanpa dipersilakan ia mengambil duduk untuk ikut bergabung.

"Joana ulang tahun yaa?"seakaan tidak ingin membahas atau menyinggung apa yang dilihatnya tadi, pria itu lebih memilih bertanya pada Joana.

Yang ditanya mengangguk antusias, lalu mengangkat telapak tangannya ke hadapan wajah Hergan. Ia tampak serius memikirkan sesuatu hingga pada akhirnya bak memecahkan teka-teki, gadis kecil itu tersenyum senang setelah menekuk ibu jari dan jari kelikingnya. "Kata mama, Jo udah tiga tahun"ucapnya membuat Hergan tertawa kecil, pria itu mengelus surai Joana.

"Joana mau sesuatu dari om Hergan?"tanyanya namun Joana menunjukkan raut tak paham. "Hadiah"ucap pria itu lebih jelas.

Joana yang mendengar kata barusan langsung berseri-seri. "Mauuu!"girangnya bangkit dari duduk membuat Hergan lagi-lagi gemas akan tingkahnya.

"Mau hadiah apa?"tanya Hergan.

"Jo mau om di sini aja, temani mama sama Joana——boleh?"Joana menunjuk Clara. Sontak dua orang dewasa itu terkejut mendengar permintaannya barusan.

"Joana gak mau yang lain?"tanya Hergan mencoba meyakinkan, namun ia bertambah terkejut karena respon bocah itu justru gelengan kepala.

"Jai sibuk, jadi mama nangis, di sini sepi. Jadi om di sini aja ya?"pintanya dengan raut yang tiba-tiba muram membuat Clara menatap tak percaya putri kecilnya. Jadi Joana menyimpulkan bahwa ia menangis karena Jay tidak bisa datang? Sungguh, Clara tak habis pikir, sejak kapan pemikiran Joana jadi sejauh ini dalam menyimpulkan?

Bahkan tadi, ketika merapalkan doa, Clara merasa bahwa Joana tak seharusnya mengucapkan hal seperti itu mengingat umurnya yang baru saja menginjak 3 tahun. Karena bisa saja ia merengek atau menangis seperti waktu itu ketika sedang merindukan ayahnya, kan?

"Joana.., om Hergan sibuk loh nak, jadi-"

"Oke, om temenin kamu di sini yaa, tapi jangan sedih lagi"Hergan memotong perkataan Clara lalu mengatakan gapapa, saya senggang kok padanya dengan gestur mulut.

Joana senang bukan main, ia langsung mengambil duduk di pangkuan Hergan seolah memblok pria itu agar tidak bisa pergi karena diusir ibunya.

Gadis kecil itu kembali menyeletuk. "Om bajunya bagus, sama kyk punya Jo juga mama"perkataannya barusan lagi-lagi membuat Clara dan Hergan terkejut, mereka saling pandang lalu melihat warna baju masing-masing yang ternyata benar. Secara kebetulan Hergan mengenakan kemeja berwarna broken white juga.

Tunggu, ini kebetulan atau...

"Kamu percaya takdir, Ra?"













































Sebenarnya setiap nulis part yang ada Hergan nya, aku selalu cemburu kenapa Clara bisa ketemu laki-laki yang keseluruhannya justru tipeku... :)

Tbc...

YOUNG DADDY || JAKE SIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang