YD XX

9.9K 1.3K 187
                                    

Memang pada dasarnya tidak bisa kasar, sekarang Jake jadi merasa bersalah karena sudah membentak Vanessa semalam. Gadis itu lebih banyak diam, padahal biasanya seserius apapun pertengkaran mereka, Vanessa bukan tipe yang berlarut-larut, karena besoknya dia sudah kembali bergelayut manja pada Jake. Tapi kali ini berbeda.

"Sa, mau jalan?"tanya Jake pada Vanessa yang sedang mengemasi pakaiannya. Ya, sore nanti mereka akan pulang.

"Enggak"jawab gadis itu singkat.

"Yakin? Kemaren kamu bilang mau jalan?"

"Gajadi"Jake menghela nafas.

"Kamu marah?"

"Enggak"

"Aku minta maaf udah bentak kamu, maaf ya..?"

"Iya"

Tuhan..

Setelah itu mereka sama-sama hening, hanya ada dentingan jam yang terdengar, sampai tiba-tiba dering ponsel salah satu dari mereka memecah kesunyian.

"Halo Jay?"

"J-jake, Joana.."

Mendengar suara terbata di sebrang sana membuat jantung Jake tiba-tiba berdegub dengan kencang.

"Joana kenapa?"

"J-joana gue bangunin dari tadi——tapi diem aja"mendengar pengakuan temannya membuat netra Jake membulat sempurna.

"Jay! Jangan main-main!"Jake meninggikan suaranya, kini dirinya menjadi pusat perhatian Vanessa.

"Gue gak mungkin berani buat bahan bercandaan kyk gini Jake.."bahu Jake merosot, jiwanya seolah terbang di awang-awang.

"Tolong bawa Joana ke rumah sakit, gue pulang sekarang"

Setelah mengatakan itu Jake mematikan ponselnya langsung keluar dari kamar hotel Vanessa menuju kamarnya. Untuk sekarang, Joana lebih penting dari apapun.

.

.

.

Di depan ruang UGD, Jay tak henti merapalkan doa untuk seseorang di dalam sana. Mata lelaki itu berkaca-kaca, jantungnya bekerja 2 kali lebih cepat, ntah perasaan macam apa itu dia pun tak tau, yang dia tau, dirinya tengah ketakutan sekarang.

Klek

Mendengar pintu berwarna putih di depannya terbuka membuat Jay langsung bangkit dari duduknya.

"Giamana dok? Joana baik-baik aja kan?"tanya Jay dibalas anggukan serta senyuman oleh pria di hadapannya.

"Adik kamu baik-baik saja, dia keracunan susu formula, untung cepat dibawa ke rumah sakit"Jay reflek bernafas lega, ia langsung terduduk, rasanya tubuhnya terlalu lemas untuk berdiri.

"Joana-nya dirawat inap dulu sehari ya? Supaya keadaannya lebih stabil——besok udah boleh pulang kok"jelas sang dokter membuat Jay mengangguk.

"Sebulan pun gapapa dok, asalkan Joana sembuh"

.

.

.

Dengan wajah panik, wanita cantik itu mendekati seorang gadis yang sedang menangis sesegukan di kamarnya.

"Clara, kamu kenapa?"

Yang ditanyai menggeleng, tangisnya kini menjadi-jadi.

"Aku takut mba Jen.."

"Takut? Kamu takut kenapa?"Jennie mendekat, merengkuh tubuh Clara ke dalam pelukannya.

"A-aku gak tau ini kenapa, tapi aku takut, jantungku debar gak karuan, sakit rasanya"ucap Clara disela-sela tangisannya.

Tadi pagi, ketika dirinya ingin berangkat kerja, tiba-tiba jantungnya berdebar kuat, nafasnya memburu dengan panik yang tiba-tiba menyerang. Dia tidak tau perasaan apa itu, yang pasti dirinya merasa sangat ketakutan.

"Sstt udah yaa.. Gak ada yang perlu kamu takutin.. Ada mba di sini"Jennie mengelus punggung Clara, dagunya ia tumpu pada kepala gadis itu.

"Joana.."

.

.

.

Jake sedari tadi bergerak tak nyaman membuat Vanessa yang duduk di sebelahnya merasa terganggu dengan tingkah lelaki itu.

"Kamu kenapa?"tanya Vanessa kesekian kalinya, namun lagi-lagi Jake menggeleng.

"Joana?"pertanyaan yang keluar dari mulut Vanessa membuat Jake terjengit sontak menatap gadis itu.

"Aku udah tau semuanya, kamu punya anak kan? Namanya Joana"

"S-sa"

"Aku sengaja diem pura-pura bodoh nunggu kamu cerita, tapi kyknya aku gak sepenting itu buat kamu"ucap Vanessa membuat Jake membeku.

"Vanessa-"

"Aku gak marah, aku cuma kecewa. Jake, walaupun aku keliatan murahan, tapi aku juga punya perasaan"Vanessa menggenggam tangan Jake yang terasa dingin.

"Aku tau caraku salah, aku pikir dengan kyk gitu kamu juga bisa sayang-enggak-cinta samaku, tapi sampe sekarang... Enggak kan?"Vanessa memperlihatkan senyumnya. Kali ini berbeda, tidak ada seringaian iblis yang biasa diberikan gadis itu, dan Vanessa yang sedang berada di samping Jake ini... Juga berbeda.

"Maaf kalau aku selalu sembunyi di balik mama kamu, aku kyk gitu karena gak mau larut-larut berantem sama kamu, makanya aku gunain tante Renata supaya kita bisa baikan lagi.-

-Aku gak tau kalau itu nyakiti kamu dan ngejatuhi harga diri kamu"lanjut gadis itu.

Sungguh, pengakuan Vanessa barusan membuat Jake bungkam, dia masih tidak percaya.

"Sekarang aku gak akan ganggu kamu lagi"Jake menatap manik Vanessa, bisa ia rasakan genggaman gadis itu berubah menjadi rematan kuat.

"Jake, makasi 2 tahunnya.. Ayo kita berenti"
















Tbc...

YOUNG DADDY || JAKE SIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang