YD IX

11.4K 1.4K 87
                                    

Hari demi hari jake mulai terbiasa menjalani peran sebagai seorang 'calon ayah'. Namun hal itu tentu tidak mudah baginya, apalagi di usianya yang masih terbilang muda, rasanya ia ingin melepas tanggung jawab itu kalau saja akal sehatnya sudah tidak berfungsi.

Seperti sekarang, dia sedang mencoba mendiamkan clara yang sedang menangis karena kontraksi, dengan melihat gadis itu kesakitan rasa bersalahnya muncul kembali.

"Mau ke dokter aja?"tawar jake dengan wajah cemas, namun clara menggeleng dipelukannya.

Tangan lelaki itu masih mengelus punggung gadis didekapannya, mencoba menyalurkan rasa nyaman.

"Perutnya mau dielus juga?"tanyanya membuat clara melepaskan pelukannya, gadis itu menatapnya dengan mata sembab lalu mengangguk.

Jake mengajak clara untuk mengubah posisi menjadi tidur agar gadis itu lebih nyaman. Ketika tangannya mulai menelusup ke dalam baju sang empu, bisa ia rasakan bahwa perut gadis itu sudah mulai 'terisi'.

Merasa nyaman dengan perlakuan jake, clara mulai memejamkan matanya, melihat itu membuat jake mantap lamat-lamat wajah clara. Gadis yang telah dirusaknya, kini juga harus merasakan penderitaan di tubuh ringkihnya.

Drtt drtt

Jake menoleh kesamping, pandangannya langsung bertemu dengan benda pipih yang mengeluarkan cahaya di nakas.

"Halo?"

"Jake, lo dimana?"tanya seseorang disebrang sana membuat jake melirik clara.

"Dirumah"jawabnya.

"Lexa nanyain, katanya kenapa lo gak pernah kesini lagi?"

Alexa, perempuan yang selalu menghangatkan ranjangnya sebelum ia bertemu dengan clara.

"Gue udah gak main kesana lagi"ucap jake menyelipkan anak rambut clara yang menghalangi wajah gadis itu.

"Lah kenapa? Tobat lo?"tanya orang itu membuat jake menghela nafas.

"Lagi ada masalah. Bilangin juga ke lexa, yang terakhir kali udah gue transfer, jadi jangan cari gue lagi"jake memutuskan panggilan sepihak. Sebenarnya bukan tanpa alasan ia mengatakan hal seperti itu, karena memang benar alexa selalu menghubunginya dan mengajak untuk bertemu, padahal jake sudah memberinya bayaran lebih, tapi ntah mengapa perempuan sangat gencar ingin menjumpainya.

Tak jarang juga gadis berambut pendek itu bertengkar dengan vanessa. Ntah apa yang mereka ributkan, jake hanya memilih tutup mata dan telinga menanggapi itu semua.

Ting

Jake yang baru saja akan memejamkan matanya harus urung ketika indra pendengaran menangkap sebuah suara yang tak asing.

Ia melirik ponselnya yang tidak mengeluarkan cahaya sedikitpun, lalu beralih pada ponsel clara yang terletak di sebelah kepala gadis itu.

Terkesan lancang memang, tapi jake terlanjur penasaran siapa yang menghubungi clara malam-malam.

dr. Hergan
|Bisa, kamu dateng aja, nanti saya temani.

Sontak alis lelaki itu menaut membaca pesan dari nama asing yang sama sekali belum pernah didengarnya dari mulut clara.

"Dokter hergan? Siapa?"

.

.

.

"Permisi.."dengan hati-hati clara membuka pintu ber-cat putih di hadapannya, pandangannya langsung bertemu dengan 2 orang lelaki dan satu wanita yang sedang berbincang akrab. Sebenarnya hanya 2 lelaki itu yang terlihat berbincang, karena wanita dengan baju mint pastel itu sibuk mengerjakan sesuatu di mejanya.

"Clara ya?"suara itu membuat clara mengalihkan atensi.

Dokter jaemin? Batinnya membaca name tag lelaki yang berdiri di samping hergan.

"A-ah iya"clara membungkukkan sedikit tubuhnya.

"Loh? Suaminya mana?"tanya jaemin celingukan membuat clara menatap kearah hergan yang sedang tersenyum padanya. Dia tidak menyangka lelaki itu menutupi aibnya.

"Kebiasaan banyak tanya--sus, langsung aja"

Thanks to hergan karena sudah menyelamatkan clara dari pertanyaan membunuh itu.

"Mari.."suster ber-name tag Jihan itu menuntun clara untuk berbaring di brankar, selanjutnya iya mengoleskan gel pada perut gadis itu.

Jaemin melirik sinis hergan sebelum mendekati clara. Bukannya takut, hergan malah terkekeh dengan tingkah temannya itu.

"Maaf ya.."ucap jaemin sebelum meletakkan alat rongent pada perut clara.

"Jalan lima bulan ya?"tanyanya tanpa mengalihkan pandangan dari layar monitor, clara hanya mengangguk menanggapinya.

"Kamu jarang makan?"kini jaemin menatap clara, namun gadis itu tidak merespon, dia masih terkejut karena kenapa bisa tau?

"Biasa memang, kalau kehamilan pertama suka gitu, kaget"lanjut lelaki itu "Tapi kalau kurang nutrisi, kasian bayinya"

"Mulai sekarang dibiasain makan normal tiga kali sehari ya?"

Clara merasa dirinya masih awam dengan masalah kehamilan, dipikirnya hanya minum susu saja tak masalah asalkan dirinya tidak merasa lapar.

"Emm.. Ngomong-ngomong jenis kelaminnya apa ya dok?"tanya clara membuat empu yang ditanyai sedikit kaget.

"Loh? Baru pertama kali check up?"tanyanya membuat gadis itu menyesal sudah melontarkan pertanyaan yang seharusnya tidak ia tanya karena jaemin sepertinya tipe orang yang sedikit ekhem kepo.

"N-niatnya mau tau pas udah lahir, tapi saya penasaran"ujar clara, tentu berbohong.

"Ahh.. Kalau diliat-liat kyknya perempuan"ucap jaemin membuat clara mendelik.

Jadi tebakan gue waktu itu bener?

"Gak percaya? Coba liat ini, cantikkan?"lelaki itu menunjuk layar monitor membuat arah pandang clara mengikuti jari telunjuknya. Clara rasa jaemin sedikit tidak waras karena apa yang mau dilihat dari gambar hitam itu?

Hergan yang merasa penasaran pun ingin mendekat, tapi baru selangkah tungkainya bergerak, pintu ruangan dibuka oleh seseorang.

"Hergan?"


















Tbc...

YOUNG DADDY || JAKE SIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang