YD XI

11.3K 1.4K 114
                                    

Jake sedari tadi tak berhenti tersenyum, matanya terus memperhatikan Vanessa yang sedang mencari mangsa baru di ujung kantin.

Kim Doyoung. Lelaki yang berasal dari X MIPA 1 itu terlihat senang-senang saja didekati oleh primadona sekolah.

"Heran sama dia, mau aja dideketi malam"Minhee menyeletuk setelah mengikuti arah pandang Jake.

"Malam?"Jisung mengernyit bingung.

"Mak lampir"jawab Jay yang sudah hampir hapal dengan kamus Minhee.

"Lo udah putus sama dia Jake?"tanya Yedam menatap Vanessa dan Jake bergantian.

"Doain aja"Jake bertambah sumringah, ntah mengapa melihat Vanessa seperti itu dirinya seakan sedang jatuh cinta. Sangat bahagia.

Yedam mengangguk-anggukkan kepalanya "Ngapain juga pacar-pacaran, Allah gak suka"celetukan itu mendapat tatapan aneh dari keempat temannya.

"Apa?"tanya lelaki itu.

"Jujur aja Dam, tapi gue kristen"

.

.

.

Clara sedang duduk di taman sendirian, ntah mengapa akhir-akhir ini dirinya suka melihat anak kecil.

"Clara?"

Padahal nada itu terdengar normal, namun Clara tersentak kaget ketika ada yang memanggil namanya. Dia takut jika orang itu adalah salah satu teman sekelasnya dulu.

Dengan ragu gadis itu membalikkan tubuhnya "M-mbak Jennie?"

"Eh beneran Clara?"wanita bernama Jennie itu mengambil duduk di samping Clara, tanpa ragu Jennie memeluk Clara bak adik kecilnya.

"Kamu kemana aja?"tanya wanita itu dengan wajah cemas "Kenapa gak kerja lagi?"

Clara hanya membalas tersenyum, dia melirik perutnya. Jennie mengikuti arah pandang Clara, wanita itu terperangah tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"R-ra.."Clara mengangguk, seakan menjawab apa yang ada dipikiran Jennie.

"Siapa? Siapa orangnya? Kenapa kamu gak bilang ke mbak?"

"Maaf mbak, waktu itu aku bener-bener hampir gila——tapi sekarang aku gapapa kok, ayahnya mau tanggung jawab"

"Yaampun dek..."Jennie kembali memeluk Clara dengan berurai air mata, melihat gadis itu ditimpa cobaan seberat ini membuat hatinya ikut sakit. Dia sangat paham siapa Clara, gadis itu hanya hidup sebatang kara tapi masalah seakan sangat suka berdekatan dengannya.

"Ra, kalau kamu lagi kesusahan, jangan sungkan bilang ke mbak, kamu udah mbak anggep adek sendiri"Jennie mengelus pelan punggung Clara. Sekeras apapun Clara berusaha menahan air matanya, semua itu tetap akan sia-sia, kini gadis itu sudah terisak di pelukan Jennie.

Hidup seorang diri di dunia yang luas ini sangat sulit, benar-benar sulit sampai Clara ingin menyusul kedua orang tuanya. Tidak ada tempat mengadu, berkeluh kesah, bahkan untuk sekedar membagi cerita. Bisa dipastikan seberapa ketakutannya Clara saat Jake tiba-tiba masuk ke dalam hidupnya dan merusak semuanya.

Jika boleh jujur, Clara tak pernah nyaman berada di sisi Jake, dia selalu ketakutan melihat wajah Jake karena bayang-bayang malam itu kembali menghantuinya. Tapi ntah mengapa, selalu ada dorongan dalam dirinya untuk selalu ingin berdekatan dengan lelaki itu, rasa takut kalah dengan rasa nyaman yang lebih mendominasi dirinya.

"Aku takut..."cicit Clara disela-sela isakannya. Mendengar itu membuat Jennie tak tega, dia merasa iba dengan gadis itu.

"Kamu mau ikut mbak? Kita bisa pergi dari sini kalau kamu mau"

.

.

.

Setelah pembicaraannya dengan Jennie tadi siang, Clara tidak langsung pulang, dia memilih untuk berjalan-jalan santai hingga malam hari. Sebenarnya perutnya sudah terasa keram, tetapi langkahnya terus berjalan menyusuri taman kota.

"Woy Gilbran! Balik gak lo?! Bokap lo nyariin——woy bocah!"

Duk

Clara sedikit terhuyung ketika seorang anak kecil menabrak kakinya.

"Kamu gapapa?"tanya Clara panik membantu anak itu untuk berdiri.

"Kualat lo kan? Lari teross kyk tuyul dikejer utang"Clara mendongak, menatap seorang lelaki yang datang sambil marah-marah.

Bocah kecil itu melengkungkan bibirnya, ancang-ancang ingin menangis.

"Mas, jangan dimarahi anaknya, kasian.."ujar Clara mengelus surai bocah lelaki yang memeluk kakinya.

"Ha?"

"Ini anaknya jangan dimarahi, ntar nangis"ujar Clara lagi namun lelaki di hadapannya hanya memperlihatkan wajah bodoh.

Drtt drtt

Clara melirik ponsel yang ia genggam, Jake menghubunginya. Tanpa ingin menjawab gadis itu beralih pada bocah yang tadi menabraknya.

"Kamu jangan lari-lari lagi ya? Ntar jatuh kyk tadi"ucap Clara seraya tersenyum, perlahan dilepaskannya pelukan anak kecil itu pada kakinya.

"Awas loh anaknya dimarahi lagi, mas"kini Clara yang beralih pada lelaki tadi. Wajah si empu tidak berubah sama sekali, tetap menatap Clara bak patung.

"Saya permisi.."

Sepeninggalnya Clara dari sana, seorang pria mendekat kearah bocah dan lelaki itu.

"Astaga anak gue.."pria itu heboh langsung menggendong anaknya, namun belum sempat dia berbalik badan, atensinya terganggu karena sang adik yang hanya diam menatap lurus ke depan.

"Hun, ketempelan lo?"tanyanya membuat si empu menggeleng.

"Bang, WO paling bagus dimana?"

"Ha? Lo mau nikah?!"yang ditanya mengangguk.

"Siapa anjir?"

"Gak pasti, tapi kyknya kalau gak bini orang, ya janda"

Buk

























Tbc...

YOUNG DADDY || JAKE SIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang