YD XIX

8.7K 1.2K 89
                                    

Sekali pun, tidak pernah terpikirkan oleh Jay mengurus seorang bayi sesulit ini. Ia kira hanya memberi susu, mengajak bermain, lalu menidurkan——selesai. Tapi tidak, ternyata 3 poin itu termasuk nangisnya, mengurus buang airnya, dan yang paling sulit ketika sudah malam, tapi si bocah tidak kunjung tidur, mau tak mau dirinya ikut bergadang.

"Joana cantik.. Bobo ya? Nanti kalau gak mau bobo digigit nek Vanessa lohh"ucap Jay mengusap lembut alis Joana agar mata bocah itu terpejam. Namun bukannya tertidur, Joana justru menangis membuat Jay seketika panik.

"Eh iya gak jadi digigit Vanessa——kamu takut rabies yaa"Jay bangkit dari tidurnya, menggendong Joana dengan posisi berdiri. 

Jam sudah menunjukkan pukul 00.00 malam, tapi 2 anak manusia itu masih asik memandang lampu jalan dari balik jendela. Joana sudah menghentikan tangisnya beberapa menit lalu, dan hal itu membuat Jay bisa bernafas lega.

Ntah hidayah dari mana, tiba-tiba Jay membayangkan sulitnya Jake mengurus Joana sendirian. Ditambah lagi ketika lelaki itu bersekolah, pasti temannya itu sangat kelelahan. Belum lagi tekanan-tekanan yang diberikan Renata pada Jake, membayangkan itu semua membuat Jay bergidik sendiri.

"Mungkin kalau gue jadi Jake udah gantung diri kali ya?"monolog Jay.
"Ah abis ini tobat dah gue, gak mau club lagi takut kelepasan"lanjutnya beralih memandang wajah Joana, ternyata bayi perempuan itu sudah tertidur di gendongannya.

Drtt drtt

Jay otomatis beralih atensi pada benda pipih yang mengeluarkan cahaya di meja nakas, lelaki itu melangkah mendekati benda yang berjarak beberapa meter dari tempatnya berdiri.

"Halo?"

"Jay, main gas gak?"Jay sedikit terjengit mendengar suara Jisung yang berteriak bersahutan dengan dentuman musik di sebrang sana.

"Libur dulu gue"ucap Jay dengan suara pelan agar tidak membangunkan Joana.

"Lah tumben? Udahlah sini buru"desak Jisung membuat Jay menghela nafas.

"Sekarang gak bisa sumpah, besok dah"

"Halah sok sibuk"Jay mendengar temannya berdecih di sebrang sana.
"Besok bener nih? Gak nipu kan lo?"

"Astaga.. Enggak njing!"seperti tersengat listrik tubuh Joana reflek terjengit mendengar umpatan kasar Jay.

"Sstt cup cup, maklum Jo, mulut sampah"bisik Jay mengelus kening Joana agar kembali pulas.

"Oke besok ya, sekalian ajak Jake——besok dia pulang kan?"tanya Jisung membuat Jay kembali melihat ponselnya yang sengaja ia letakkan di nakas dalam mode speaker.

"Gue jamin tu bocah gak mau" "Yaiyalah udah punya buntut" lanjut Jay membatin.

"Jake sekarang cupu, gak seru njir"ntah mengapa mendengar itu Jay sedikit tak suka.

"Udah kan? Gue matiin ya? Bye mniezz"sebelum Jisung protes Jay mematikan ponselnya lebih dulu.

Satu yang harus kita sadari dari pembicaraan tadi. Jika Jay bilang dirinnya akan tobat clubbing, maka ingat! Itu semua dusta!.

.

.

.

2 hari jauh dari Joana, membuat hati Jake tak tenang. Lelaki itu selalu memikirkan anaknya yang ntah bagaimana diasuh oleh temannya. Bukannya Jake tidak percaya dengan Jay, hanya saja... Kalian tau sendiri kalau Jay itu sedikit ekhem miring.

"Sa, balik sana, udah malem aku mau tidur"Jake yang sedari tadi duduk termenung di sofa beralih pada Vanessa yang asik memainkan ponselnya di tempat tidur. Ya, gadis itu tidak ingin beranjak balik ke kamar hotelnya sendiri padahal malam semakin larut.

"Aku mau tidur di sini"ucap Vanessa masih tetap fokus pada ponselnya.

"Aku capek sa, gak enak kalau tidur di sofa"perkataan Jake membuat Vanessa menatap lelaki itu dengan alis menaut.

"Ngapain kamu tidur di sofa? Sini samaku"Vanessa menepuk ruang di sebelahnya.

"Vanessa"sungguh, Jake tidak memiliki stok sabar untuk meladeni Vanessa, dia terlalu lelah.

"Kamu kenapa sih? Biasanya juga tidur samaku gak pake baju biasa aja"

"Vanessa!"Jake mengeraskan rahangnya tak suka mendengar perkataan gadis itu. Membayangkan tingkah gilanya dulu membuat dirinya geli sendiri.

"Kamu balik atau aku yang pergi?"Jake sudah bangkit dari duduknya, menarik jaket denimnya yang tersampir di sofa.

"Jake!"dengan cepat Vanessa turun dari tempat tidur, tangannya langsung mencekal pergelangan tangan sang kekasih.

"Kamu mau kemana?!"sentak Vanessa penuh emosi.

"Kemanapun, asal gak sama kamu"perkataan berani Jake membuat Vanessa menatap tak percaya lelaki itu.

"Kenapa? Kaget? Aku juga bisa marah asal kamu tau. Kamu pikir aku gak punya harga diri? Punya Vanessa! Selama ini kamu selalu sembunyi di balik mamaku, licik kamu"Jake menyentak kasar tangan Vanessa.

"Jake.."

"Aku capek.. Kalau kamu gak bisa bantu aku, seenggaknya jangan ganggu aku"Jake mulai menetralkan emosinya begitu melihat mata Vanessa yang berkaca-kaca.

"Aku mohon sama kamu Vanessa.. Apa perlu aku sujud di kaki kamu?"



















Tbc...

YOUNG DADDY || JAKE SIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang