YD XXIII

8.3K 1.2K 95
                                    

Jay menatap iba temannya, sedari tadi yang bisa ia lakukan hanya menjadi pendengar atas cerita-cerita lelaki itu.

"Gue lemah, bisa apa gue untuk anak gue Jay?"lirih Jake disela isakannya. Ya, lelaki itu tengah menangis di hadapannya temannya.

"Jake, lo gak mau ngelawan? Gue rasa Vanessa sama tante Renata udah kelewatan"Jay menepuk-nepuk bahu Jake dibalas gelengan oleh si empu.

"Gue mau pun tetep gak bisa, gue masih butuh mamah untuk besarin Joana"ucapnya.
"Kalau gue ngelawan, itu sama aja gue gali lubang sendiri"lanjut lelaki itu mengusak kasar wajahnya. "Gue sempet mikir buat putus sekolah terus nyari kerja, tapi bisa apa gue ngandalkan ijazah SMP?"Jay diam, dia sama sekali tidak ada niatan menyahut, biarkanlah temannya itu mengatakan semua yang ia inginkan.

"Gue bertahan karena masih mikirin masa depan Joana juga pendidikan gue, kalau mentingin harga diri, mungkin udah dari lama gue ngelawan"ucap Jake membuat Jay menatap tak percaya lelaki itu, dia tak menyangka temannya itu berpikir panjang, jika hal itu terjadi padanya mungkin ia akan lebih memilih ego dan harga dirinya.

"Kalau lo mau, gue bisa bantu pendidikan lo juga Joana, seenggaknya sampe lo bener-bener bisa hidup sendiri dengan layak"tawar Jay membuat Jake menangangkat wajahnya menatap lelaki itu.

"Lo cuma perlu dengerin gue cerita, gak usah bertindak sejauh itu, gue masih bisa bernapas buat usaha sendiri"ucap Jake yang secara tak langsung ia menolak bantuan dari Jay.

"Jake, gue tau ini geli banget sumpah, tapi lo manusia paling kuat yang pernah gue temui. Yang sabar bro, gue yakin nanti, penderitaan lo bakal habis dan sisa kebahagiaan"Jay menepuk kuat bahu Jake, seolah memberikan kekuatan pada lelaki itu.

"Kalau bumi aja punya poros buat berputar. Lo, gue, Joana, siapapun itu juga punya Tuhan yang gerakin roda kehidupan"

"Nasib, takdir, karma, gue yakin tiga hal itu juga pasti berputar"ntah searching atau apa, tiba-tiba saja mulut latah Jay mengeluarkan kata-kata bijak yang sampai sekarang Jake belum mempercayai kalimat barusan dikatakan oleh seorang Jay Park.

"Sekarang lo cuma butuh stok sabar. Bukan stok sabar buat ngehadepin nyokap lo sama Vanessa, tapi stok sabar buat nunggu kapan roda kehidupannya lo bener-bener ada di posisi puncak"sambungan kalimat itu membuat Jake merasa bebannya sedikit berkurang.

"Gue harap kalau nanti posisi gue udah di puncak, rodanya berhenti"celetuk Jake mendapat tatapan heran dari Jay.

"Karena gue gak mau turun ke bawah lagi"

.

.

.

Weekend. Ntah mengapa tiba-tiba Jake ingin membawa Joana untuk berjalan-jalan di sekitaran apartemen, ia merasa bayi itu juga butuh udara luar untuk pertumbuhannya.

Bukan jalan-jalan spesial, karena dari penampilan saja Jake hanya mengenakan kaos hitam dengan celana ponggol selutut, benar-benar hanya ingin memberikan udara dan matahari pagi untuk Joana.

Jake terkekeh melihat mata Joana yang menyipit ketika matahari tertangkap oleh indra penglihatan bocah itu.

"Mainnya di apart mulu sih, kaget kan jadinya?"ledek Jake, lucu rasanya melihat netra anaknya menyipit tak nyaman karena sinar matahari. Dari pada pengenalan lingkungan luar, hal itu lebih tampak seperti penyiksaan. Tapi tolong maklumi saja ya.

"Jake?"

Mendengar namanya dipanggil secara tiba-tiba sontak Jake mencari sumber suara.

"Eh beneran? Jake kan?!"wanita bersurai pendek itu tampak antusias, berbeda dengan Jake yang sudah mematung.

"A-alexa"gagapnya.

"Ihh lama banget aku gak ketemu kamu..., kangen dibuat teriak sama kamu ih"bar-bar Alexa, memang mulut wanita itu sedikit bocor, tak heran jika dirinya sering bertengkar dengan Vanessa.

"Siapa nih? Hasil?"celetuk Alexa mendekat seraya menunjuk Joana.
"Gemes bangett"antusias wanita itu ingin meraih tangan Joana namun dengan cepat Jake menjauhkan anaknya seakan Alexa adalah kuman.

"Lo ngapain di sini?"tanya Jake tidak mengindahkan pertanyaan Alexa di awal.

"Biasa, check in"jawab wanita itu santai menunjuk bangunan menjulang di sebrang jalan. Sebuah hotel.

"Kamu belum jawab pertanyaanku loh Jake, ini siapa?"tanya Alexa tersenyum kita matanya bertemu sapa dengan netra Joana.

"Anak gue"jawab Jake yang anehnya Alexa tak terkejut, justru wanita itu mendengus.

"Giliran sama aku aja pake pengaman, sama orang lain enggak. Aku juga mau kali punya anak segemes ini"frontal Alexa, atensinya terus menatap gemas Joana.

"Mamanya mana?"tanya Alexa lagi beralih menatap Jake. Lelaki itu tidak langsung menjawab, ia terdiam beberapa detik lalu menggeleng.

"Ahh sayang banget... Padahal aku pengen minta tips gimana caranya dia bisa mikat kamu sampe gak mau pake pengam-"

"Alexa!"potong Jake cepat membuat Joana yang berada digendongannya tersentak karena nada bicara lelaki itu sedikit meninggi. Sungguh, Alexa ini sangat frontal, Jake malu sendiri mendengarnya.

"Ihh jangan ngomong keras-keras Jake, kasian anak kamu kejang tadi"celetuk Alexa menatap iba Joana. Jake yang mendengar itu sontak menatap anaknya namun bocah perempuan itu hanya memberikan tatapan polos padanya.

"Kaget Jo? Maaf ya? Tante satu ini jelek soalnya"gumam Jake mengecup pipi Joana.

"Yakin jelek? Dulu juga kamu bilang aku cantik kalau lagi di atas"

"Alexa, lo ngomong kotor lagi di depan anak gue——habis lo"peringat Jake menatap tajam Alexa.

"Iya, gapapa, habisin aja aku, udah lama soalnya kamu gak ngehabisi aku kan?"wanita itu tersenyum dengan wajah berbinar.

Tuhan... Dia bodoh atau bego?


























Nih yaa, biar adil YD juga update.

Tbc...

YOUNG DADDY || JAKE SIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang