YD XXXVI

6.4K 1K 439
                                    

"Hati-hati Jo"dengan sigap Clara menahan Joana ketika bocah itu ingin jatuh.

Kini mereka berdua sedang berada di taman, sekitar jam 09.00 pagi, Clara sengaja mengajak Joana berjalan-jalan. Bukan hanya Clara yang berjalan, tapi Joana juga. Ya, bocah perempuan itu sudah pintar berjalan sejak umur 1 tahun, ntah seperti apa parenting yang diberikan Jake hingga motorik Joana menjadi sangat bagus.

"Capek nak?"kekeh Clara begitu melihat Joana menjatuhkan tubuhnya di rerumputan hingga posisinya menjadi duduk. Seakan mengerti perkataan ibunya, Joana tertawa kecil dengan sangat menggemaskan.

Clara tertegun, ntah mengapa tiba-tiba hatinya berdenyut nyeri. Selama ini dengan tega dia meninggalkan buah hatinya sendiri, bahkan asi-nya belum pernah ia berikan pada Joana, dirinya terlalu takut dengan ancaman waktu itu hingga matanya tertutup untuk sekedar melihat betapa tak berdosanya makhluk titipan Tuhan yang seharusnya tidak ia tinggalkan.

"Mama sayang Joana..."ucapnya menggendong Joana ke dalam pelukannya, mengecup kedua pipi dan bibir balita itu.
"Joana sayang mama gak?"tanyanya memandangi wajah anaknya.

"Mama.."sahut Joana, telapak tangan kecilnya menepuk-nepuk pelan pipi Clara membuat gadis itu terkekeh. Sungguh, tidak ada yang lebih bahagia dari ini semua.

"Clara?"panggilan tiba-tiba itu mengalihkan atensi Clara, ia mendongak, menatap seseorang yang terpaut lebih tinggi dari posisi duduknya. Keningnya mengernyit, selanjutnya ia mendelik mengingat siapa orang itu.

"Dokter Hergan?!"pekik Clara bangkit dari duduknya dengan Joana di gendongannya.

Pria itu tersenyum. "Bener kamu ternyata, saya kira saya salah orang"kekehnya.

"Dokter masih ingat saya?"tanya Clara diangguki Hergan.

"Gak mungkin saya lupa sama kamu"jawabnya membuat gadis itu tersenyum canggung, sedikit salah tingkah.

Pandangan Hergan teralih pada Joana yang memandangnya dengan pandangan polos. "Ini... Dia kan?"tanya pria itu hati-hati.

Clara mengangguk antusias. "Hehe iya"cengirnya.

"Cantik yaa"senyum Hergan masih memperhatikan wajah Joana.

"Anak dokter juga cantik"puji Clara pada bayi yang memejamkan matanya di gendongan Hergan.

"Anak saya cowok Clara.."ralat Hergan terkekeh membuat Clara membulatkan mata, ia malu bukan main.

"Maaf, gak keliatan cewek atau cowoknya"ucap gadis itu ikut terkekeh, selanjutnya ia celingukan.
"Istri dokter gak ikut?"tanyanya dengan wajah polos.

Hergan tidak menjawab, ia hanya tersenyum menanggapi pertanyaan tersebut. "Kamu udah sarapan?"

Clara mengangguk sebagai jawaban.

"Mau nemenin saya makan disana?"tunjuk Hergan pada warung bubur di pinggir jalan.

"Boleh"

.

.

.

Clara sedikit meringis melihat Hergan yang tampak kesulitan makan dengan sebelah tangan menggendong anaknya, ia ingin membantu namun tidak mungkin karena Joana juga berada dalam pangkuannya. Seperti dugaan, Hergan menyelesaikan sesi makannya tanpa habis.

"Kamu beneran gak mau pesan? Anak kamu?"Hergan beralih pada Joana yang tampak heboh memukul-mukul meja.

"Enggak dokter, makasi.."tolak Clara dengan senyuman.

"Saya agak gimana gitu kalau panggil dokter"ucap Hergan dengan tawanya membuat Clara tertegun dengan wajah manis pria itu.

Jangan jadi pelakor Clara..

Clara menggelengkan kepalanya, mencoba sadar dari pikirannya buruknya.

"Kak Hergan? Gimana?"tawar Clara.

"Boleh, lebih bagus"ucap Hergan yang lagi-lagi tersenyum.

Sengaja minta dipelakorin kah?! Batin Clara menjerit.

"Gimana, Ra?"tanya Hergan membuat lamunan Clara buyar.

"Apanya kak?"

"Kehidupan kamu"jawaban itu membuat Clara sedikit berpikir, sepertinya ia paham maksud pria itu sekarang.

"Baik. Kak Hergan?"tanya Clara balik.

"Kalau saya bilang baik, saya bohong. Jadi jawabannya——saya kurang baik"jawab Hergan dengan gurauan, tapi bisa Clara lihat wajah pria itu menyendu.

"Kamu sama pacar kamu... Masih bareng kan?"Hergan mencoba hati-hati dengan pertanyaannya agar tidak menyinggung Clara.

"Puji Tuhan, masih kak"dengan senyum cerah Clara menjawab.

"Baguslah"ucap Hergan tersenyum tipis.

"Istri kakak gimana?"tanya Clara, namun lagi-lagi Hergan diam dengan pertanyaan yang menjurus pada 'istrinya' tersebut.

"Udah pulang"jawabnya pada akhirnya.

"Pulang?"bingung Clara.

Hergan mengangguk, ia menunduk, mengelus lembut pipi putranya. "Tuhan memang ngasi hadiah terindah dalam hidup saya, tapi sebagai gantinya, Tuhan ambil wanita yang merupakan dunia saya"
















































Tembus 300 comment kita lanjut.


Tbc...

YOUNG DADDY || JAKE SIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang