YD XL

6.3K 908 20
                                    

Saat perjalan pulang Clara terus melamun, tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya tetapi pikirannya yang bekerja.

Jake sudah berangkat setengah jam lalu. Lelaki itu pergi untuk menjemput mimpinya dan mengatakan bahwa ia berjanji akan kembali.

Diperhatikannya Joana yang sedang tertidur dalam gendongan dengan damai. Ntah bagaimana balita itu tumbuh dengan baik sampai saat ini padahal yang bersamanya adalah seorang remaja SMA yang bahkan tidak memikiki pengalaman apapun dalam mengasuh anak. Clara yakin, selama ini pasti Jake berusaha keras membesarkan Joana dengan baik, dan Jake juga pasti sangat menyayangi Joana kan? Pasti. Clara melihatnya, lelaki itu meloloskan air matanya ketika mencium kedua pipi Joana.

"Gausah terlalu sedih, ntar juga pulang"celetukan itu membuat Clara menoleh ke samping.

"Baru juga setengah jam masa udah kangen"ledeknya lagi.

"Apasih Jay, enggak ah"elak Clara dibalas tawa oleh Jay.

"Lo percaya sama Jake, kan? Tenang... Dia gak bakal macem-macem. Kalau sempet iya, gue orang pertama yang bakal nonjok dia"Jay tersenyum, menoleh sekilas pada Clara lalu kembali fokus pada jalanan.

Clara tidak membalas, lagi pula dirinya tidak tertarik dengan topik itu. Dia percaya pada Jake, sepenuhnya.

"Ngomong-ngomong, lo kapan sibuk kuliah Jay?"alih gadis itu.

Jay tampak berpikir. "Masih ada senggang dua bulan lagi sebelum masuk"jawabnya.

"Dua bulan?"ulang Clara memastikan yang dibalas anggukan oleh Jay.

Lalu... Kenapa Jake...

"Gue emang gak kuliah, tapi gue tau dikit-dikit"ia menjeda. "Walaupun kalian di Instansi yang beda, bukannya kalau masuk bakal deketan ya waktunya? Maksud gue kenapa Jake secepet ini?"lanjutnya menanyakan.

Jay mendesis sebelum menjawab. "Gak tau pasti sih, tapi katanya dia punya urusan di awal, jadi ya... gitu"

Ingin rasanya bertanya urusan apa?
Tapi Clara sadar bahwa dirinya tidak bisa selancang itu. Memangnya dia siapa?

"Udah gue bilang jangan mikir yang macem-macem, lo percaya Jake, kan?"pengulangan itu membuat Clara yang tadinya melamun mengangkat wajah.

Ya, harus. Saat ini hingga kedepannya, ia harus selalu mempercayai Jake.

Kan?

.

.

.

Clara yang sedang melipat pakaian Joana beralih atensi pada ponselnya yang mengeluarkan cahaya. Ia tersenyum begitu membaca nama yang tertera disana.

"Baru nyampe?"tanyanya begitu sambungan terangkat. Di sebrang sana, wajah lelah seseorang berusaha tersenyum padanya.

"Baru banget"begitulah jawaban yang ia dapatkan. "Joana mana?"Clara terkekeh, ternyata lelaki itu sudah menyimpan rindu pada anaknya. Diarahkannya ponselnya pada Joana yang tengah asik bermain tak jauh dari tempatnya.

"Joana, papa"panggil Clara agar balita itu menoleh. Dan seperti harapan Joana menoleh, tetapi hanya sekilas lalu kembali fokus pada mainannya.

Jake yang merasa diabaikan sedikit kecewa, ia mendengus lucu membuat Clara lagi-lagi tertawa karenanya.

"Lagi asik main, jadi gak mau diganggu"ucap gadis itu. "Lagian tadi bangun tidur dia udah puas ngeliatin foto lo, jadi dikiranya gue nunjukin foto lagi"lanjutnya memberi pengertian agar Jake tidak terlalu sedih.

Mendengar penjelasan barusan Jake tersenyum. "Beneran?"tanyanya yang diangguki oleh Clara.

"Orang anaknya aja bangun-bangun udah nyariin papa mana, ma?"adu Clara mencoba menirukan gaya suara Joana yang belum terlalu fasih berbicara.

Jake semakin sumringah, rasa-rasanya ingin pulang dan menggigit pipi gemas Joana.

"Oiya, gue mau ngom-"

"RAAA INI MAU DILETAK MANA?"teriakan keras itu membuat Jake tersentak.

"Bentar ya Jake"ucap Clara bangkit meninggalkan ponselnya dan Jake yang dipenuhi tanda tanya begitu saja. Namun tak berselang lama gadis itu kembali.

"Mau ngomong apa tadi?"tanyanya seraya mengambil posisi duduk yang nyaman.

"Ada siapa?"todong Jake balik bertanya.

"Ohh itu si Jay"jawab Clara membuat Jake bernafas lega. Memang dia sempat berpesan pada Jay untuk menginap di apartemennya menjaga Clara dan Joana pada malam pertama dirinya pergi.

"Kirain siapa"cicit lelaki itu pelan.

"Hm?"

"Enggak, gapapa"Jake berdeham.
"Gue ada yang kelupaan Ra"ujarnya membuat Clara mengernyit bingung.

"Perasaan semua udah dibawa"gadis itu mencoba mengingat semua barang yang sudah dipacking kemarin malam dan ia yakin Jake sudah membawa semuanya.

"Bukan barang, tapi soal mbak Jennie, gue belum ada ngejelasin dan minta izin-"

"Gausah"potong Clara. "Gue udah ngejelasin semuanya ke mbak Jennie, walaupun lumayan susah, tapi untung aja ada Alexa"jelasnya.

"Alexa?"Clara mengangguk.

"Selama ini dia selalu bantuin gue, dan gue berani balik ke lo sama Joana juga karena dia"perkataan Clara barusan membuat Jake terdiam.

"Gue yakin selama ini pasti dia juga banyak bantu lo kan?"yakin gadis itu, dan jika dipikir-pikir jawabannya ya.

"Saran gue, lo harus bilang makasi sama dia, sekali gak masalah asal lo tulus"Clara menjeda sejenak, ia tampak tak enak melanjutkan kalimatnya.

"Satu lagi, walaupun lo udah gak ada hubungan apa-apa sama Alexa, tapi cara kalian lepas itu salah. Gimana pun hubungan yang pernah ada diantara kalian itu bukan hal yang sepele, jadi untuk lepas pun perlu dibicarain baik-baik"ujarnya melanjutkan. Bukan tanpa alasan Clara mengatakan hal seperti itu, justru ia mengatakannya karena ada sesuatu yang terus mengganggu pikirannya.

Dimana dirinya meminta penjelasan Alexa mengenai Jake, sebenarnya Clara merasa sedikit aneh dengan gaya penjelasan wanita itu. Memang Alexa membantunya, mengatakan bahwa ia harus kembali pada Jake, tetapi tak bisa dipungkiri bahwa wanita itu masih memiliki rasa dan susah terlepas dengan Jake.

Dari cara Alexa menjelaskan dan mengingat semuanya bahkan dari awal pertemuan mereka membuat Clara yakin bahwa rasa yang dimiliki Alexa pada Jake bukanlah sesuatu yang biasa. Bukan hanya sekedar hubungan saling menguntungkan apalagi rasa terimakasih pada orang yang sudah menolongnya. Bukan, bukan sesuatu yang seperti itu, Clara yakin.

Tetapi satu yang perlu diketahui disini, bahwa Clara sama sekali tidak marah, apalagi menyalahkan Alexa, malah ia sangat memakluminya.
Karena... Memangnya siapa perempuan yang tidak akan jatuh jika mendapat perlakuan seperti itu? Terlebih lagi dari orang seperti Jake?

"Lo emang gak sadar, tapi sebenernya dia berharap lebih sama lo, Jake"




































Tbc...

YOUNG DADDY || JAKE SIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang