YD XIII

10.7K 1.4K 89
                                    

Sim Joana, itulah nama putri pertama Jake Sim. Walaupun masih beberapa hari umurnya, bayi kecil itu sudah memiliki bentuk wajah yang membuat orang memuji jika melihatnya. Hidung bangir dan belah bibirnya yang khas membuat siapapun yakin bahwa Joana memang anak kandung dari Jake.

Jika ditanya bagian apa yang diturunkan Clara? Jawabannya mata. Bentuk mata Joana sedikit menungkik seperti rubah dengan bulu mata yang lentik melengkung ke atas.

Memang perpaduan yang sempurna. Dari pada manusia, bocah perempuan itu lebih terlihat seperti boneka.

Sibuk memperhatikan wajah anaknya, Jake dibuat harus beralih atensi ketika pintu kamar Clara terbuka.

Ntah mengapa, Jake sedikit asing melihat tubuh Clara yang kembali rapi, sama seperti dulu waktu pertama kali mereka bertemu.

"Jake, gue mau ngomong"Clara mengambil duduk di single sofa, matanya menatap seorang bayi perempuan yang sedang tertidur dengan pandangan yang sulit diartikan.

Jake tau hari ini akan tiba, dia tau apa yang akan keluar dari mulut Clara, jadi mau tak mau ia harus siap——walaupun hatinya tak siap.

"Sembilan bulan lalu, lo masih inget kan?"pertanyaan itu sama sekali tidak dijawab oleh Jake, lelaki itu lebih memilih bungkam.

"Gue tau gue jahat, walaupun dia ada karena kesalahan, tapi dia tetep bagian dari darah gue"Clara melirik Joana, kelima jari mungilnya masih setia menggenggam jari telunjuk sang ayah.

"Tapi Jake, gue gak bisa"Clara meremat celananya "Gue gak bisa terus ada di deket lo——batin gue... kesiksa"Jake sedari tadi memperhatikan Joana mengangkat wajahnya, beralih menatap Clara.

"Selama ini gue nyoba buat nerima semuanya, gue pikir awalnya gue baik-baik aja, tapi gue salah, gue sakit"

"Ntah sejak kapan gue sayang Joana, ditambah gue ngeliat wujud aslinya, gue jadi pengen ngerawat Joana, tapi-"Clara menghentikan kalimatnya, nafasnya seakan tercekat beberapa saat.

"T-tapi ngeliat lo di samping gue, gue selalu inget kejadian waktu itu.."suara Clara memelan diakhir kalimat, Jake yang mendengar itu membeku di tempat, sebegitu jahatnya kah dirinya?

Dipikirnya selama ini Clara baik-baik saja di dekatnya, mengingat bagaimana perlakuan gadis itu padanya, Jake pikir Clara sudah melupakan dan menerima semuanya. Tapi dia salah, tidak ada orang yang akan baik-baik saja setelah mengalami kejadian mengerikan seperti itu.

Ya, tidak ada.

"Ra-"

"Maaf, tapi gue harus pergi, gue mau ngelupain semuanya"

"Termasuk Joana?"Clara mengangguk, ia bangkit dari duduknya.

"Termasuk Joana, terutama lo"

.

.

.

Semenjak kepergian Clara siang tadi, Joana tidak berhenti menangis dan itu membuat Jake kewalahan.

Ya, Clara benar-benar pergi, ntah kemana gadis itu akan pergi Jake tak tau, yang pasti dia mengatakan akan menjauh dari kehidupan lelaki itu.

Jake akui dia kalah dalam skenario yang dibuatnya sendiri. Dia sudah berani menyangkut pautkan hati padahal belum tentu sang lawan main melalukan hal yang sama.

Dan sekarang, siapa yang akan bertanggung jawab atas perasaannya itu?

"Papa harus apa supaya kamu berenti nangis Jo.."Jake tau sang anak tidak akan menjawabnya, tapi kalimat itu sudah kali ke-3 ia ucapkan.

Ditengah kericuhan yang diciptakan Joana, tiba-tiba bel apartemen berbunyi.

Ting tong

Dengan sedikit berat hati Jake berjalan ke pintu utama.

Klek

Jake memperhatikan seorang wanita cantik dengan rambut blonde yang berdiri tepat di hadapannya dengan senyuman.

"Siapa ya?"

"Saya penghuni baru di unit sebelah——ah ini ada sedikit bingkisan"wanita itu menyerahkan sebuah kotak pada Jake yang cepat ia terima dengan sebelah tangan, karena satu tangannya lagi ia gunakan untuk menggendong Joana.

"Makasi.."Jake mengangkat alisnya dengan kepala sedikit memiring.

"Panggil aja Oca"sahut si empu cepat.
"Semoga kita jadi tetangga yang rukun yaa.."ucap wanita yang mengaku bernama Oca itu tersenyum. Tetapi detik selanjutnya ia mengalihkan pandang ke arah bayi yang berada di gendongan Jake, wanita itu sedikit meringis.

Jake yang paham bersuara "Maaf ya mba kalau sekiranya anak saya ganggu"ucap lelaki itu tak enak.

"Eh gapapa, malah saya seneng denger suara bayi karena saya sama suami saya pengen punya anak tapi belum dikasi hehe"cengir Oca memperlihatkan deretan giginya.
"Kalau boleh tau nama mas-nya siapa?"

"Ha? Oh saya Jake"Jake yang tadinya fokus pada Joana sedikit terjengit ketika Oca bertanya padanya.

"Oh mas Jake... ——Kalau gitu saya permisi dulu mas, mari.."

"Ah iya mari mari.."Jake tersenyum dengan membungkukkan sedikit kepalanya sopan.

Begitu pintu tertutup, Jake menghela nafas berat.

"Gue gak yakin bisa"lirih lelaki itu membayangkan bagaimana kehidupan ia kedepannya.
























Tbc...

YOUNG DADDY || JAKE SIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang