29 • I Miss You

236 43 28
                                    

~ I miss you. Seperti langit yang merindukan matahari. Meminta matahari tidak pergi, agar malam tidak datang ~

•••

"Cinta baik-baik aja." Cinta menganyunkan tangan ke udara, dengan senyum lebar. Memperlihatkan kondisi sehat dan bugarnya pada Natalia.

Hari yang di tunggu-tunggu tiba. Cinta melepaskan gips di tangan kirinya yang sudah beberapa hari terpasang. Akibat jatuh di tangga hari itu, tangan kiri Cinta mengalami cedera ringan.

"Bunda mau bicara dulu sama Dokter Verdhana, kamu langsung ke mobil saja."

Cinta menatap papan nama yang tergantung di sebuah pintu, 'dr. Verdhana Anggara Sp.JP'.

"Iya, Bun. Cinta nunggu di mobil saja."

Sudah pasti ada banyak hal yang akan Natalia bicarakan dengan Dokter Verdhana. Tidak mau, mendengar pembicaraan membosankan mengenai penyakitnya, Cinta memutuskan berkeliling.

Tanpa sadar, Cinta sudah cukup jauh berjalan dari ruang Dokter Verdhana.

Pupil mata Cinta melebar, radarnya masih saja sekuat dulu. Ia mengucek mata, meyakinkan pandangan.

"Daffa!" Dari tempatnya berdiri, Cinta mengenali pria berjaket denim itu. Tanpa sadar, mulutnya memanggil nama yang harusnya tidak ia suarakan.

Merasa terpanggil. Daffa menoleh, dan menemukan Cinta tengah berdiri dengan netra lekat memandangnya.

Mata Daffa memanas, memandang wajah Cinta yang tengah tersenyum.

Daffa tahu, Cinta berada di rumah sakit selama ini. Wajah pucat dan polosnya telihat bersih, rambut hitam itu dikucir satu, piyama putih dengan jaket bulu. Persis seperti penampilan, pasien yang berada di rumah sakit.

"Cinta lo---" Langkah Daffa bergerak cepat

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

"Cinta lo---" Langkah Daffa bergerak cepat. Tanpa aba-aba, ia menarik tubuh Cinta ke dalam dekapan hangatnya. "Gue khawatir banget sama lo," tambahnya.

Cinta mematung seperkian detik. Debaran itu terdengar, menyadarkan Cinta untuk kembali ke akal sehatnya.

"Daffa lepasin, Cinta nggak bisa napas!" Cinta mendorong pelan tubuh Daffa, melepaskan diri dari pelukan pria itu.

Melepas pelukan itu, Daffa memegang pipi Cinta dengan kedua tangannya. "Lo kenapa ada di sini? Lo baik-baik aja, kan?"

Dihujani dengan pertanyaan aneh. Cinta mengangguk pelan. "Cinta baik-baik aja."

Kepala Cinta mendongak, menyadari ada yang berbeda dari Daffa. Wajah rupawan itu ditempeli banyak plester luka. Melihat sudut bibir Daffa yang tergores dengan darah yang sudah kering membuat Cinta khawatir.

"Wajah Daffa kenapa?"

Daffa menggeleng serta melangkah mundur, saat tangan Cinta bergerak ingin merabanya.

Apa Kabar, Cinta? (COMPLETED) Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt