03 • Menjadi Berbeda

301 55 93
                                    

~ Satu kali tidak masalah, selebihnya merasa bersalah. ~

•••

Sebagai ketua kelas yang kompeten dengan pengalaman menjabat selama tiga kali. Daffa jelas memperdulikan teman sekelasnya, tidak termasuk siswa baru di kelas mereka.

Daffa melirik teman sebangkunya yang terlihat molor, setelah mengerjakan rangkuman tugas hasil menyontek dari Daffa, Rendy nampak menikmati tidur siangnya.

Daffa beranjak dari kursinya, merasa tidak nyaman dengan tatapan Cinta sedari tadi mengawasi. Daffa menghampiri meja Cinta.

"Kenapa? Lo kesulitan sesuatu, apa butuh bantuan gue?" tanya Daffa peduli.

Cinta menunduk, sambil merapatkan mulut. Salah tingkah dengan perilaku hangat Daffa.

"Emm ... Daffa ingat aku, nggak?" Cinta mendongak, menatap Daffa malu-malu dengan pipi merah merona.

Daffa menggeleng lemah. "Nggak ingat, emang kita pernah kenal?"

Cinta mengangguk cepat. Daffa sepertinya tidak mengingatnya.

"Kita kenalan waktu itu," kata Cinta menggantung kalimatnya. "Di jalan depan Rumah Sakit Cahaya."

Tidak butuh waktu lama. Daffa langsung mengingat siapa Cinta. Gadis itu sebenarnya punya karakter wajah yang sulit dilupakan. Hanya saja, Daffa tidak sampai kepikiran sampai sama.

Dia adalah gadis bernama Cinta yang Daffa temui seminggu yang lalu.

"Oh, iya, gue ingat. Lo pakai dress putih, kan hari itu?"

Cinta mengangguk senang. Ternyata Daffa tidak melupakannya. "Dan kamu, bawa payung putih juga, hari itu."

"Iya. Nice to meet you again," kata Daffa ramah.

"Me too," sahut Cinta senang sampai ke ubun-ubun.

"Jadi, lo nggak butuh bantuan apa-apa, nih?"

Cinta menggeleng cepat. "Nggak, kok."

•••

Sehari dua hari, Daffa merasa tidak ada yang aneh dari siswa baru di kelasnya.

Ini adalah hari ketiga, dan gadis itu masih sering tertangkap basah curi-curi pandang pada Daffa, saat ditanya dia diam seribu bahasa.

"Tuh anak, cantik tapi rada aneh, ya." Rendy berbicara pelan, hanya dapat didengar oleh Daffa.

"Gue pikir juga gitu. Agak creepy dia." Daffa setuju dengan ucapan Rendy.

Bagaimana tidak aneh?

Gadis itu sudah tiga hari bersekolah, namun ia hanya berdiam diri di dalam kelas bahkan saat jam istirahat ia tidak beralih dari tempat duduknya.

Parahnya lagi, Cinta tidak bergaul dengan gadis-gadis lain. Ia hanya berbicara, jika diajak orang lain bicara. Daffa menduga bahwa gadis aneh itu punya gangguan bersosialisasi.

"Tapi, gue akuin sih, dia cantik banget."

Daffa mengusap kasar wajah Rendy. "Sempat-sempatnya lo!"

"Beneran ih, lihat tuh, bibirnya pink bentuk love lagi, lucu banget, kan?"

"Ada-ada aja, lo!" Daffa mendesis ke arah Rendy.

Kelas mereka sedang jam kosong, dan hanya disuruh untuk melanjutkan rangkuman kemarin bagi yang belum selesai.

Melaksanakan tugas sebagai ketua kelas, Daffa mendekati Cinta. Mencoba berbicara dua arah dengan gadis berwajah seputih susu itu.

Daffa duduk di atas meja Cinta, membuat gadis yang sedang menulis itu meletakan pulpen dan mendongak ke arahnya sambil tersenyum.

Apa Kabar, Cinta? (COMPLETED) Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt