24 • Dia Orangnya

256 45 19
                                    

~ Kenapa harus dia? ~

•••

"Alasan lo payah banget, Daf!"

Daffa mengacak wajahnya gusar. Ia tidak menyangka akan bertindak sekonyol itu. Menjadikan sinyal buruk sebagai alasan untuk mengakhiri panggilan telepon dengan gadis yang tidak ia suka.

Daffa mendaratkan pantatnya kasar di sofa. Berdecak kesal karena yang meneleponnya bukan gadis yang ia harapkan.

"Kenapa gue tiba-tiba kepikiran, sama tuh cewek?" tanya Daffa kesal sendiri.

Merasa bosan, Daffa meraih remote menyalakan televisi untuk mengisi kekosongan di rumah yang ia huni seorang diri.

Kepala Daffa menoleh ke arah kanan, membayangkan Cinta duduk di sana malam ini, menemaninya mengisi kesunyiaan.

Menepis bayangan itu, Daffa menggeleng cepat. Pikirannya benar-benar kacau, hingga ia membayangkan hal seaneh itu.

"Antiaritmia," kata Daffa mengingat kembali botol obat yang ia temukan di bawah kolong sofa saat sedang bersih-bersih.

Saat menemukan benda itu, Daffa langsung tahu pemiliknya adalah Cinta. Daffa tidak mengkonsumsi obat-obatan, hanya gadis itu yang terbesit di pikirannya.

Waktu Cinta berkunjung ke rumahnya pun. Ia membawa banyak sekali multivitamin dalam tas selempangnya.

"Kenapa banyak banget bawa obat?"

"Ehmmm, itu ... ini multivitamin."

Entlahlah, kenapa saat itu Daffa tidak merasa ada yang aneh? Dan ... baru kini, ia menyadari ada yang tidak beres. Atau mungkin hanya firasatnya saja?

Daffa meraih ponsel, menuju google pencarian dan mengetik 'obat antiaritmia', sekadar ingin tahu dan menghilangkan rasa penasarannya.

Tediam selama beberapa saat, Daffa terus menjelajah untuk membaca dan memahami lebih dalam. Beberapa jam Daffa habiskan untuk membaca semua hal yang berkaitan dengan antiaritmia.

"Sialan! Kenapa lo sebodoh ini, Daffa?" umpatnya pada diri sendiri. Daffa mematikan ponsel dalam genggaman tangan, lalu menutup kedua matanya rapat.

"Jangan caper!"

Wajah Cinta yang berkeringat dingin dan pucat kala itu, muncul saat Daffa sedang menutup mata. Hal yang ia lihat hanyalah, gelap. Tapi, silih berganti bayangan wajah menangis Cinta muncul di dalam sana.

Bersamaan dengan irama jantung Daffa yang terpacu, dua kali lebih cepat dari biasanya.

•••

"Dadah, Bunda!" teriak Cinta bergegas turun dari mobil. Natalia tersenyum, sambil melambaikan dadah pada sang putri.

Prediksi cuaca senin ini salah besar. Cinta sengaja berlama-lama di rumah, karena menduga hujan akan turun sehingga tidak akan ada upacara bendera di lapangan.

Salah Cinta, yang begitu mempercayai ramalam cuaca. Nyatanya, kini matahari bersinar cerah, bahkan terik sekali.

Langkah kecil itu, berlari kencang. Berusaha menyempatkan diri  melewati gerbang yang hendak di tutup oleh Pak Satpam.

Apa Kabar, Cinta? (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang