14 • Liburan

201 43 17
                                    

~ Aku ingin cuti sebentar, dari dunia yang melelahkan ini ~

•••

Motor hitam itu berhenti di parkiran halaman besar kediaman sang papa. Daffa melepaskan helm full face itu dan segera masuk ke dalam rumah.

Sambutan dari beberapa orang pelayan yang bekerja di rumahnya, membuat Daffa tersenyum kecil dan langsung pada intinya.

Menuju Erwin, papanya.

Langkah Daffa terhenti, ia melihat ke arah box besar berisi bayi perempuan bernama Starla yang tengah terlelap.

Daffa mengelurkan ponsel, menuju kamera dan mengambil beberapa foto sang adik. Pipi gembul yang menggemaskan itu membuat Daffa tersenyum sebentar.

"Daffa ...."

Tubuh Daffa berputar. Menghadap ke belakang pada Kamila yang sedang tersenyum padanya.

"Sudah lama, Nak?" tanya Kamila berusaha mencairkan suasana.

Daffa tidak menjawab. "Papa mana?"

"Papa sedang menunggu di meja makan. Kita makan malam bersama dulu."

Mengabaikan Kamila, Daffa langsung menuju ruang makan. Meja marmer besar itu nampak diisi berbagai jenis makanan enak.

Erwin sudah duduk, menempati singgasananya. Sementara, Daffa dan Kamila duduk berhadapan satu sama lain.

"Selamat hari pernikahan kalian," kata Daffa memberi ucapan.

Erwin dan Kamila menatap ke arah Daffa. Berusaha maklum dengan tabiat buruknya itu.

"Terima kasih, Nak. Dimakan yaa ... semoga kamu suka." Kamila buka suara, senyumnya merekah. Tidak peduli bagaimana penolakan Daffa untuknya, Kamila tetap menyayangi Daffa. Sama seperti ia sayang pada Starla.

"Sampai kapan, kamu akan tinggal di sana seorang diri ... Daffa? Tinggalah bersama kita lagi di sini."

Daffa meletakan sendok dan garpu. Nafsu makannya sudah menghilang. Awalnya, Daffa mengira ia akan bisa menikmati makan malam dengan tenang.

Tapi, kenyataannya tidak seperti itu. Bahkan menelan setiap makanan yang masuk ke dalam mulutnya, terasa sulit sekali.

"Daffa nggak akan meninggalkan Mama sendirian. Seperti yang kalian berdua lakukan. Aku pamit undur diri, terima kasih makan malamnya."

•••

Tidak terasa. Waktu benar-benar berjalan cepat tanpa pernah disadari. Sudah enam bulan berlalu, tanpa adanya perubahan yang signifikan.

Cinta masih sibuk menjelajahi instagram dengan akun bodong yang ia punya. Akun-akun atas nama dirinya, diblokir Daffa tanpa alasan.

Menyebalkan.

Padahal Cinta tidak berharap diikuti balik. Ia hanya ingin melihat Daffa, berkomentar dan menyukai postingan pria itu.

Enam bulan berlalu begitu saja. Ajaib. Cinta bahkan telah berhasil bersekolah selama enam bulan.

Dan ... masa inilah yang Cinta benci.

Apa Kabar, Cinta? (COMPLETED) Where stories live. Discover now