23 • Her Secret

254 46 14
                                    

~ Dia mungkin terlihat lemah. Tapi, sebenarnya begitu kuat ~

•••

"Makan yang banyak!"

Cinta mendesis ke arah Arsya yang tidak henti-henti menaruh potongan daging ayam ke dalam piringnya.

"Arsya, sudah cukup. Nanti, kamu makan apa?"

"Lo perlu banyak makan protein. Kalau gue, makan nasi doang, nggak apa-apa."

"Yaudah kalau gitu, makasih."

Lagipula, Cinta juga tidak bisa menolak pemberian berharga Arsya.

Karena Natalia kemungkinan pulang larut malam. Wanita pekerja keras itu berpesan dan menitipkan Cinta pada Arsya, anak sahabatnya.

Arsya dengan senang hati, mau-mau saja diperintah Natalia. Bahkan, sepulang sekolah. Pria itu langsung mengajak Cinta makan siang bersama.

Mereka berdua duduk di salah satu restoran nusantara terkenal, dengan bangunan bergaya Bali. Baik Cinta dan Daffa, memilih duduk lesehan dengan meja kecil di salah satu bangunan berbentuk pondok.

Arsya kembali setelah mencuci tangan, ia duduk di posisinya semula. Diam-diam, memperhatikan Cinta yang nampak fokus pada botol obat berukuran delepan sentimeter yang terletak di atas meja.

"Lo kambuh lagi?" tanya Arsya memecah lamunan Cinta.

Cinta meraih botol itu, lalu menggenggamnya erat. Entah bagaimana caranya, obat Cinta itu bisa sampai ke tangan Daffa? Benda itu jugalah, yang tadi Daffa kembalikan padanya.

"Nggak, kok, Arsya."

"Antiaritmia ... menurut Arsya, apa orang awam bisa memprediksikan obat apa ini?" Cinta bertanya pada Arsya, meletakan botol kecil itu di atas meja.

Arsya meraih benda berwarna putih itu, mengamatinya seksama. Hanya ada bahasa-bahasa ilmu kedokteran yang tidak ia pahami. Namun, 'antiaritmia' tercetak tebal dan lebih besar dari tulisan yang lain.

"Mungkin, nggak," jawab Arsya ragu. Ia menyerahkan kembali obat itu pada empunya.

"Semoga begitu ya, Arsya."

"What happened? Bukannya ini, obat lo?"

"Iya, ini obat Cinta," lirih Cinta, ia menatap smartwatch yang terpasang di pergelangan tangan.

Melihat perubaham ekspresi Cinta. Arsya jadi bersalah dan ingin menghibur gadis itu.

"Cinta, lo tahu apa cita-cita gue?"

Cinta tidak tahu, ia menggeleng. "Nggak, apa itu?"

Semenjak kenal Cinta sejak kecil. Sandra---mamanya, menjelaskan pada Arsya tentang kondisi memprihatikan Cinta. Dan, bagaimana Sandra terus berpesan padanya agar menjaga Cinta?

Entahlah, ucapan Sandra kala itu ibarat angin lalu pada Arsya kecil. Namun, saat pertama kali melihat tawa lepas Cinta. Arsya kecil, membulatkan niat. Bahwa, ia akan menjadi seperti yang Sandra inginkan. Arsya akan menjaga Cinta, selamanya.

Apa Kabar, Cinta? (COMPLETED) Where stories live. Discover now