19 • Again, It's Hurt

242 44 15
                                    

~ Tahu kebenaran, ada kalanya memberi ruang untuk kejujuran. Jujur akan perasaan dan terluka ~

•••

Senyum gadis itu terbit, saat melihat seorang pria dengan jaket denim turun dari motor, melepaskan helm full face itu lalu menyisir rambutnya acak.

Mata Amelda melebar, melihat seorang gadis dengan tas bercorak awan muncul dari balik pohon dan mulai mengikuti targetnya.

Tangan Amelda terkepal erat. Ia mempercepat langkah kaki. Berhasil menyalip lawannya, ia berdiri di depan Cinta untuk menghalau gadis itu.

"Lo emang nggak ada kapok-kapoknya!!"

"Amelda?" Cinta mengenali gadis cantik yang tiba-tiba muncul di hadapannya.

"Kelakuan lo yang kayak gini menganggu banget, sumpah." Amelda buka suara. Mengutarakan isi hatinya. "Stop jadi cewek murahan dan ngejar-ngejar Daffa. Asal lo tahu, lo itu jadi beban buat Daffa."

Cinta meneguk saliva dengan susah payah, mencoba tetap tersenyum pada Amelda. Namun, telinga Cinta terbuka lebar untuk mencoba paham maksud sepupunya itu.

"Daffa bilang kayak gitu ke Amelda?"

Amelda menarik napas sebentar. Dengan wajah datar, kepalanya mengangguk, memberikan jawaban.

"Gue suka Daffa." Amelda menambahkan, mengakui perasaannya.

Mendengar pengakuan itu, Cinta nampak terkejut. "Amelda suka Daffa?" tanya Cinta memastikan.

"Iya, kenapa? Lo merasa tersaingi?"

"Nggak, kok, Amelda ...." Cinta menggantung ucapannya. Mengingat kembali perkataan Daffa sewaktu di acara ulang tahun Ujang. Cinta ingin memberitahu sesuatu. "Daffa juga bilang kalau dia suka sama Amelda."

Raut wajah Amelda sebisa mungkin, menyembunyikan rasa kaget itu. Mendengar ucapan Cinta yang selalu ia percayai bukan kebohongan, jelas membuat hatinya berdebar.

"Gue tahu!" balas Amelda cepat. Ia melipat kedua tangan di dada. "Maka dari itu, lo harus berhenti suka sama Daffa."

"Tapi, Amelda ---"

"Pada akhirnya, lo nggak bakal bisa dapetin Daffa. Lo tahu, apa yang terjadi kalau lo masih kekeh bersaing sama gue." Amelda memberi tahu.

Cinta terdiam, ucapan Amelda menusuk hatinya. Cinta tidak bisa menepis itu, bahwa apa yang dikatakan Amelda selalu benar.

Kenyataannya, sejak kecil Cinta selalu kalah bersaing dengan Amelda, dalam hal apapun. Amelda terlalu sempurna dan mudah mendapatkan apa yang ia inginkan. Sementara, Cinta hanyalah gadis pendiam yang selalu menjadi bayangan Amelda yang serba bisa.

Cinta menunduk. "Cinta tahu itu. Kalau Cinta pasti kalah sama Amelda." Ia menunduk, menatap kerikil kecil yang ia mainkan dengan kaki kanannya. Cinta berusaha mengalihkan diri, agar tidak menangis dan terlihat lemah di hadapan Amelda. "Dan ... Daffa juga nggak pernah suka sama Cinta."

"Kalau gitu, lo sadar diri. Pergi dan jangan ganggu Daffa lagi!" tekan Amelda penuh peringatan. Gadis itu membalikan badan dan berlalu pergi tanpa mendengar balasan Cinta.

Apa Kabar, Cinta? (COMPLETED) Where stories live. Discover now