☔. pesawat kertas dan lana

Start from the beginning
                                    

Buruk, pesawat kertas inilah kenangan paling buruk yang Lana dapatkan darinya.













3 years ago




Gadis itu menyibak gorden jendelanya untuk sekedar mengintip tetangganya sekaligus teman baiknya. Wajahnya seketika berubah menjadi cerah ketika mendapati lampu kamar seberang masih menyala.

Lana segera menuju ke meja belajarnya lantas menulis kata-kata yang sedari kemarin ingin ia sampaikan pada Mars. Dari kecil, Lana dan juga Mars selalu bertukar surat yang dibentuk mirip pesawat lalu diterbangkan ke kamar orang yang dituju.

Lana harap hal ini akan bekerja, karena tak pernah satupun Mars tidak menjawab suratnya bahkan saat mereka sedang bertengkar. Mereka pasti akan langsung berbaikan setelah saling maaf-maafan dengan bertukar surat. Atau mereka saling meluruskan kesalahpahaman melalu surat yang mereka saling kirimkan.

Setelah surat telah ditulis, dan pesawat telah dibentuk. Lana sedikit membuka pintu balkon, dan bersiap menerbangkan pesawat kertas nya. Jujur saja, Lana tidak terlalu baik dalam membidik, terlebih lagi sasarannya adalah melewati pintu yang hanya dibuka seperempatnya saja.

Dan... yah, seperti dugaan, Lana gagal untuk yang ke empat kalinya. Satunya menabrak tanaman gantung milik Bunda Mars, satunya lagi meleset terjatuh di balkon dan keduanya jatuh kebawah tanah. Meskipun berkali-kali gagal, namun Lana tetap membuat ulang surat itu secara terus-menerus dan menerbangkannya.

Lana spontan berteriak heboh, akhirnya surat yang kelima berhasil lepas landas masuk kedalam kamar Mars. Lana terus-terusan bersuara seolah lupa bahwa saat ini sedang tengah malam, dan seluruh orang-orang rumahnya pasti telah terlelap dalam tidurnya.

"MBAK RISSAA, BERISIK!!" Teriak menggelegar Arsen dari kamar sebelah yang sepertinya telah terbangun akibat suara-suara yang dibuat Lana, atau mungkin sebenarnya Arsen bahkan belum tidur tetapi malah sibuk begadang memainkan permainan Pou? Entahlah, yang pasti hal itu membuat Lana seketika menutup mulutnya dengan tangan dan terkekeh tanpa suara.

























****






















Sudah tiga hari lamanya tidak ada jawaban dari surat yang Lana kirimkan. Begitu banyak pertanyaan bermunculan dalam benak Lana selama tiga hari itu pula. Sebenarnya biasanya Lana tidak mempermasalahkan berapa lama waktu yang dihabiskan Mars untuk menjawab suratnya, akan tetapi masalahnya Lana tidak punya banyak waktu lagi disini.

Sesuai seperti hasil keputusan pengadilan beberapa waktu yang lalu, orang tua Lana kini benar-benar telah bercerai. Dan hak asuh sepenuhnya dimenangkan oleh Mama Lana, sehingga Lana, dan saudara-saudaranya hari ini juga akan pindah ke rumah Mama nya.

Sayangnya rumah yang akan Lana tinggali letaknya lumayan jauh dari sini. Lana bisa saja sekali-kali berkunjung kemari, namun ia terlalu malas berurusan dengan ayahnya yang menyebalkan nya bukan main itu.

"RIS!! AYO CEPET, NANTI MALAH KAMUNYA YANG KETINGGALAN GAK LUCU." Seru kakak perempuan Lana yang baru saja selesai membereskan barang-barang di bagasi mobil.

Lana yang sedang memandangi rumah Mars pun menoleh. Ia bergegas menghampiri kakaknya, namun langkah kakinya segera terhenti saat netra nya tanpa sengaja melihat objek yang begitu familiar. Dan objek itu berada ditempat sampah milik keluarga Mars.

Alih-alih kembali berjalan menuju kakaknya, Lana justru mendekati tempat sampah tersebut. Awalnya Lana merasa ragu-ragu, ia pikir mungkin ia hanya salah lihat saja. Namun, kekhawatirannya ternyata menjadi kenyataan.

Pesawat kertas itu, tergeletak begitu saja didekat tempat sampah. Lana menatap kosong ke pesawat terbang itu, hatinya entah kenapa terasa begitu nyeri.

Tidak, tidak mungkin.

Mungkin saja bukan Mars yang sengaja membuangnya ke tempat sampah.

Iya, pasti orang lain.

Pasti bukan Mars, Lana sangat yakin itu.

Bodoh, benar-benar bodoh. Bisa-bisanya Lana masih mencoba untuk tetap mengelak dari kenyataan. Jelas-jelas Mars lah yang membuang pesawat kertas ini, memangnya siapa lagi? Hanya Mars seorang yang boleh membersihkan kamarnya, bahkan Bundanya saja tidak boleh.

"Kenapa lagi, Ris?"

Lana segera memungut pesawat kertas tersebut lantas menyembunyikannya kedalam sakunya. Ia hanya tidak ingin ditanya macam-macam oleh kakaknya, Lana terlalu malas menceritakan masalah pelik yang sedang ia alami sekarang. Lebih baik dipendam sendiri saja.












Kembali ke masa sekarang. Tiba-tiba saja ponsel milik Lana berbunyi. Saat Lana memeriksanya, ternyata ada panggilan dari nomor yang tidak dikenal. Tanpa ada sedikitpun rasa curiga, Lana segera mengangkatnya.

"Halo?"











































—to be continued.





















shade umbrella [END]Where stories live. Discover now