Triplet - 5

18.7K 1.3K 18
                                    

Udara dingin seakan menggerogoti tubuh Bee sampai ke tulang-tulang, Ia berbaring di atas ranjang dengan kedua mata terbuka lebar, kedua kaki nya terguntai ke lantai, tak lupa di pipi nya ada jejak air mata yang mengering

Pikiran nya tidak tenang. Sedari tadi Bee berusaha untuk tidur, tapi sayang, tidak bisa. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, dan mata Bee masih segar tak layu sama sekali.

"Papah masih marah?" gumam Bee.

Jujur saja, Rama memang sangat baik dan penyayang, tapi, jika istri atau anak nya berbuat kesalahan, maka Rama akan berubah tegas, bahkan bisa menyeramkan. Seperti saat ini, Rama menghukum Bee agar tidak keluar kamar, dan besok, tak ada yang namanya ponsel, tv, atau pun laptop.

Tangan Bee terangkat, Ia mendekatkan tangan nya ke bibir, lalu menggigit-gigit kuku nya gugup, mana bisa Bee tidur, jika pikiran nya penuh dengan Sang Papah.

"Gimana dong?" desah Bee gusar.

Ceklek....

Tiba-tiba, pintu kamar terbuka, Bee yang mendengar suara pintu terbuka langsung menoleh ke asal suara, kedua mata nya membola melihat siapa yang sedang berdiri di ambang pintu.

Bee langsung menegakkan tubuh nya, Ia berdiri di samping ranjang dengan wajah gugup, tanpa sadar, Ia pun meneguk ludah nya susah payah.

"Papah?" kaget Bee.

Manik indah Bee menatap Rama takut, kedua tangan nya saling meremas di depan perut.

Rama yang melihat Bee belum tertidur mengerutkan kening nya, tatapan tajam Ia layangkan kepada Sang putri, membuat Bee semakin gelagapan.

"Jam berapa ini Bee?" tanya Rama dengan suara rendah.

Perlahan, Bee melirik ke arah jam yang menggantung di dinding dekat lemari, Ia memejamkan kedua mata nya sekejap, merutuki jam yang sudah menunjukkan pukul 11 malam.

"Sebelas Pah," cicit Bee.

Rama melepaskan knop pintu, lalu berjalan mendekati Bee, ditemani wajah datar khas nya.

Diam-diam, Rama tersenyum tipis, Ia sangat tau, jika saat ini Bee takut kepadanya, tapi Rama harus tegas, agar Bee tidak mengulangi kesalahan nya.

"Kenapa belum tidur, hmm?"

Kepala Bee mendongak, Ia menatap Rama diiringi ringisan kecil, dengan satu tangan yang menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

"Enggak ngantuk."

"Ini sudah malam, kamu harus nya tidur."

"Maaf Pah."

Rama menghela nafas pelan, kemudian Ia memegang kedua bahu Bee lembut, menatap Putrinya dengan mata yang melemah.

"Bee tau kesalahan Bee?" tanya Rama.

Kepala Bee mengangguk sebagai jawaban, tiba-tiba, bibir nya melengkung ke bawah, dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Salah satu tangan Rama naik, menangkup pipi kanan Bee saat melihat Bee akan menangis.

"Maaf Pah, Bee gak sengaja," sesal Bee.

"Papah maafin, tapi kamu tau kan, di dalam laptop nya banyak berkas penting? dan sekarang laptopnya mati."

"Maaf."

Mata Bee semakin berkaca-kaca, Ia berusaha menahan air mata nya yang siap tumpah.

"Papah bilang, Papah sudah memaafkan kamu, tapi sebagai hukuman kamu tidak di belikan tas baru untuk kelas 11," putus Rama.

"Kok gitu?"

Wajah Bee semakin sedih mendengar penuturan Rama, bahunya meluruh ke bawah lesu.

"Itu hukuman sayang."

Triplet [END]Where stories live. Discover now