34: Minta Izin

1.1K 73 9
                                    

ADAKAH YANG MASUKIN CERITA INI KEDALAM DAFTAR PERPUSTAKAAN KALIAN?

KALO ADA, MAKASIH YA!

Happy Reading...
Sekarang Azka tidak bisa berkutik lagi. Dia hanya pasrah ketika Muson memaki dan membogem wajahnya hingga lebam.

Azka mengangkat kepalanya, menyengit melihat jarum panjang jam dinding yang sudah berada di angka sembilan.

Jam sebelas lebih empat puluh lima menit.

Muson telah pergi setelah puas memberi Azka makian. Azka bangkit dari ranjang kamar, sekarang dia berada di kamar diskotik. Sebelumnya dia belum pernah masuk ke kamar-kamar diskotik seperti ini, karena biasanya kamar ini digunakan untuk para mereka yang ingin memuaskan nafsu duniawi.

"Papa?" Beo Azka melihat Muson sudah sangat teler bersama teman-temannya.

Tidak segan Azka menghampiri pria itu, bagaimanapun Muson ialah Ayah angkatnya. Yang sudah memberinya makan, dan membuat Azka bisa bertahan hidup hingga sekarang.

Azka meneguk anggur yang ada dihadapan Muson. Dia menunjukkan kepada teman-teman Muson bahwa minuman Papanya sudah habis.

"Ayo pulang Pa." Azka mengalungkan tangan Muson ke lehernya.

"Berani kamu nyuruh saya ha?"

Azka tidak menghiraukan pertanyaan Muson.

"Saya mau bawa Papa saya pulang." Ucap Azka menatap salah satu teman Muson.

"Silahkan." Jawab pria paruh baya itu sambil mengangkat gelas wine.

Azka memberikan pundaknya untuk tubuh Muson, dia bersedia menggendong Muson hingga sampai rumah nanti. Mengingat waktu sudah malam, dan besok bukan hari weekend pasti Muson harus bangun pagi dan pergi bekerja.

"Kamu belum tau siapa saya." Racau Muson diatas pundak Azka.

"Harga diri kamu saja bisa saya beli, apalagi hanya tanah." Azka merasakan deru nafas Muson dilehernya membuat lelaki itu sedikit geli.

"Wow." Azka membuka matanya yang sempat terpejam, dia kaget dan merasa akan jatuh ketika jalan yang ia injak tiba-tiba menjadi turun  ternyata sudah melewati batas trotoar jalanan.

Azka mengerjapkan matanya, kepalanya sangat pusing. Entah berapa kadar alkohol minuman Muson hingga membuatnya kembali sempoyongan seperti ini.

"Pa." Panggil Azka.

Muson tidak menjawab.

Sekitar berjarak satu kilo, Azka sudah membawa Muson hingga depan rumah. Tidak terdengar aktivitas didalam rumah itu, Azka terlalu pusing mengira Regaza sudah pulang atau belum.

Dia menurunkan Muson duduk di kursi kayu, Azka mencari kunci rumah dari dalam kantong pria itu.

"Bisa nggak ya?" Azka tidak yakin bisa menaiki tangga sambil menggendong Muson.

"Pa." Azka menggerakkan pundaknya mencoba membangunkan Muson.

"Ck."

AZKARINO✔️[TAMAT]Место, где живут истории. Откройте их для себя