23: Damai

1.3K 95 1
                                    

Terimakasih masih mau membaca karya aku sampai bab ini:)

Kawal cerita ini sampai ending ya♡

Tekan bintang kiri bawah dong☆

Happy Reading...
"Di telpon kaga bisa, di wa kaga di bales, sebenarnya kemana sih."Gerutu Tomi menatap kesal layar hp nya.

"Kaya nya dia lagi butuh waktu sendiri, iya nggak menurut lo?" Ucap Satya.

"Keluar kota? Yakali." Andra menjadikan tas ranselnya menjadi bantal untuk kepalanya.

"Mau di apain tu bocah kalau udah balik." Tomi mematikan hp nya, menatap kedua temannya.

"Ceprotin telur, bledesin ke parit." Satya menyesap kopi hitamnya.

"Ngawur lo." Andra menoyor kepala Satya.

"Yowes njir, sampai minggu depan tu bocah belum juga berangkat, lapor polisi wae." Usul Tomi.

"Kaya bocah umur balita wae pake di laporin polisi segala." Satya melempar kacang ke arah Tomi.
"Palingan juga besok balik sendiri."

...

"Kalo lo nggak mau makan, kapan sembuh!" Regaza membanting sendok di piring, dia kesal melihat Azka yang selalu muntah setiap menelan makanan.

"Susah." Balas Azka tidak mau lagi menyentuh makanan itu.

"Sekali lagi!" Regaza menyodorkan bubur hambar di depan Azka.

"Ka!" Tegur Regaza karena tidak mendapat respon dari Azka.

"Sakit Za." Azka memegang perutnya yang setiap kali terasa mual.

"Buruan mangap." Regaza bersikeras menyuruh Azka makan.

Dengan terpaksa, Azka membuka mulut. Membiarkan Regaza memasukkan sesendok bubur hambar ke dalam mulutnya.

Azka memejamkan matanya, mengunyah bubur itu, jujur saja dia takut menelan bubur hambar pemberian rumah sakit benar-benar pelit bumbu!

"Enak kan." Regaza mengaduk bubur itu, sedikit tersenyum melihat Azka menelan bubur dengan aman.

Detik selanjutnya perut Azka seperti diaduk membuatnya mual sekaligus ingin memuntahkan makanan yang masuk.

Reflek Azka menutup mulutnya, dia menuding kresek hitam bekas sate yang Muson beli dari warung depan.

"Telan!"

Azka menggeleng kuat.

Sambil mengesahkan nafas kasar Regaza mengambil kresek hitam itu dan memberikannya pada Azka.

Mendengar bunyi serta raut kesakitan kerap membuat Regaza prihatin, sekarang tubuhnya lelah. Pulang sekolah dia langsung kemari, dan hanya ingin melihat Azka mau makan.

'Ternyata ngurusin orang sakit sesulit ini' Batin Regaza menatap iba.

Azka memegang perutnya, bahkan hanya keluar cairan pahit teramat menyiksa tenggorokannya. Dia mengusap peluh dingin yang membasahi sekitaran lehernya.

"Capek gue." Regaza mengeluh di samping Azka yang tengah berusaha mengatur nafasnya.

"Pulang aja." Jawab Azka melirik sekilas, dia juga merasa tidak enak dengan Regaza.

"Lo disuruh makan susah banget sih, gue cuma pengen liat lo makan. Udah." Regaza meletakkan bubur di atas nakas.

Azka meremas perutnya yang bergejolak, "Sorry, beneran sakit." Ucap Azka serak.

AZKARINO✔️[TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang