BAB 28 - Serangan Lawan

9 4 3
                                    

Mereka berdua memutuskan untuk duduk di taman sekolah favorit. Atau biasa mereka sebut sebagai basecamp. Bukan bermaksud menyombongkan diri atau sekedar ingin pamer. Tetapi itulah nyatanya. Satu sekolahpun hampir tau keberadaan mereka di taman ini. Sampai-sampai dulu waktu awal-awal kelas 11. Ada berita gosip sekolah tentang penempatan tahta taman sekolah kepada Mily, Romeo dan Reva. Sungguh aneh tapi nyata. Tetapi itu hanyalah angin semata. Mereka bukan persohiban yang mempunyai sifat pembalas dendam ataupun lainnya. Mereka hanya berfikir bahwa semua ini bagus. Kalau akhirnya satu sekolah ini tau keberadaan diri mereka selama ini.

"Aku bingung."

"Kenapa?"

Duduk di tengah mentari yang cukup terik. Namun ini belum seberapa dibandingkan jam 12 nanti. Karena ini masih dalam kondisi yang sehat. Sebagai salah satu pencarian vitamin D bagi tubuh.

Reva dan Romeo masih dalam perbincangan yang serius. Meskipun kali ini tidak butuh lelucon yang berlebihan. Karena mereka tau satu sama lain. Kalau masalah ini masih belum bisa diselesaikan secara sempurna. Ditambah keyakinan Romeo yang saat itu menggemparkan hati Reva. Seperti membangunkan sesaat hati yang telah lama menunggu kepastian. Dengan ekspetasi yang tidak terduga. Membuat Reva sendiri kebingungan tak tau arah harus memulai semua ini dari mana.

"Apa baik kita melanjutkan ini sendiri?"

Sambil saling menatap dan mengerti paham maksud satu sama lain. Kali ini wajah Reva mulai ragu bahkan ingin menyerah. Ia seperti tak yakin apakah semua ini akan berjalan dengan mulus. Meskipun harus dijalankan hanya dengan dua orang saja. Karena dia juga merasa bersalah akan dirinya. Yang terlalu membebankan semua ini pada Romeo.

"Kenapa kamu jadi ragu begini sih? Bukannya kamu sendiri yang memaksa aku buat ngelanjutin semua ini."

"Aku tau aku salah, tapi aku juga nggak tau harus melakukan apalagi." Ucap Reva diikuti nada sesak tangis yang mulai menyelimutinya.

Rasanya tak cukup baik jika Reva seperti ini. Romeo yang mulai mendekatinya sambil memeluknya erat. Ia tak mau melihat satu tetes kekecewaan menyelimuti sohibnya satu ini. Begitu juga ketika dirinya merasa di dalam ombang-ambing permasalahan. Hanya para sohibnya yang mengerti dan selalu berada di dekatnya. Meskipun untuk sekedar menghibur atau memberi ketenangan sesaat.

"Jangan pernah merasa gagal. Karena tak semua jalan itu harus ditempuh dengan secepat kilat. Dimana ada jalan, disitu ada rintangan. Jadi nggak usah merasa bersalah gitu. Kita hadapi sama-sama ya."

Di tengah perbincangan mereka. Terlihat dari jauh. Mily yang berdiri tegak melihati Reva dan Romeo. Seperti ingin terharu dan tersentuh akan semuanya. Seperti perjuangan yang selama ini mereka tempuh terdengar sia-sia dimata semua orang. Bahkan Mily hampir berfikir, apakah ini semua karenanya. Yang selama ini tak mengerti arah pembicaraan mereka. Bagaimana perjuangan mereka yang ingin membuatnya kembali ke pelukan. Sampai harus mengorbankan segala hal demi ikatan persaudaraan mereka kembali.

"Mily, Mily, kamu nggak boleh nangis. Mereka bukan siapa-siapa. Dan lo harus bisa atur hati lo. Jangan deketin mereka lagi oke."

Sambil berbicara sendiri seolah menata kembali hatinya. Bahwa ia benar-benar yakin melepaskan segala hal yang selama ini ia miliki. Meskipun itu terdengar sulit. Dan tak akan bisa bertahan selamanya. Tapi mau tidak mau ia harus siap melakukannya. Ini demi kehidupannya mendatang bahkan untuk hari ini juga. Karena ia tak mau membuat ulah dengan nada yang sama.

Jari-jari manis yang telah menghapus tetesan air mata itu. Mily yang ingin keluar dari situasi ini. Langsung membalikkan badannya. Seperti ingin meninggalkan tempat ini segera. Langkahnya yang pasti dengan wajah yang cukup kusam. Efek dari rasa sesak tangisnya saat itu. Kini bukannya selamat, ia malah terancam punah. Dibalik langkahnya ini terdapat sosok yang berdiri tegak. Mendekapkan kedua tangannya sambil menatap Mily dengan penuh ejekan. Mulutnya yang teringin sekali Mily benahi. Tak bisa membuatnya berhenti mengalah.

Romeo and His CrushWhere stories live. Discover now