BAB 22 - Terlampaui

11 3 1
                                    

Mereka benar-benar bertanding. Dalam satu arena lapangan sekolah. Yang setiap harinya digunakan sebagai ekstrakulikuler basket. Tapi mereka tak takut akan keadaan sekitar. Bertanding dan taruhan dengan apa adanya. Bisa saja kesalahan ini dipusatkan hanya kepada Romeo. Karena ia yang memulai semua itu.

"Aduh, gimana nih? Mana si Romeo bodoh banget. Bisa-bisanya ngadain taruhan main basket, sama anak basket pula."

Reva yang terlalu khawatir melihat hal ini hanya bisa berjalan kesana kemari. Ia seperti tak tau harus berbuat apa lagi. Selain dia melihat Romeo yang sudah mulai bertanding. Dan melangkahkan kakinya seperti orang linglung. Padahal ia bisa melaporkan kepada guru. Tetapi hal itu tak boleh ia lakukan demi sohibnya. Karena ia tau yang memulai semua ini adalah Romeo.

Romeo yang sudah mengambil ancang ancang awal. Ia berada di posisi pelemparan bola. Kali ini pertandingan bukan untuk team vs team. Melainkan pemasukan bola basket terbanyak ke dalam ring. Dimana semua itu dilakukan dengan metode satu versus satu. Yang dilakukan oleh Romeo dan anak yang sedari tadi belagu dengan Romeo.

Semua anak basket masih berada di sekitar lapangan. Ada yang memegang bola basket. Ada juga yang memainkannya. Atau bahkan sekedar melihat pertandingan tersebut berjalan secara spontan. Wajah mereka seakan ragu melihat kondisi ini. Mungkin mereka masih berfikir, apakah cowok cupu seperti Romeo bisa melakukan hal seliar ini.

"Gian! Gian! Gian!" Sorak para penonton alias anak ekstrakulikuler basket teman dari musuh Romeo saat ini.

Biasa dipanggil Gian. Dia adalah anak seumuran Romeo yang menduduki bangku IPS. Kebelaguannya bukan hanya pada Romeo. Tapi kepada semua orang yang berada di dekatnya. Bahkan teman kelasnyapun ikut kena imbasnya. Mungkin dia penuh rasa iri dan dendam akan mereka semuanya. Pantas saja selalu ditolak oleh ribuan cewek. Tampang boleh keren, tapi sikap bintang satu.

Romeo masih mengambil ancang-ancang. Memposisikan dirinya seolah telah tau taktik bermain basket sebenarnya. Padahal ia saja tak pernah berlatih sekalipun. Ia hanya pernah merasakan bermain basket saat pelajaran olahraga saja di kelasnya. Itupun hanya permainan semata. Bukan teknik yang benar-benar diperlihatkan.

Bola itu sekarang berada di dekapnya. Ia memejamkan matanya. Sambil merenungkan doa mukjizat. Saat ini ia ingin membuktikan pada dunia. Bahwa ia sanggup melakukan hal secara spontan demi sebuah pertaruhan. Dia juga ingin menjadi sosok yang terkenal karena kehebatannya. Bukan karena kecupuannya yang selama ini menyelimuti dirinya sebagai orang lemah.

Reva yang ingin menghentikan semuanya. Ia berlari mendekati Romeo yang tengah menegang. Dimana Romeo tengah mengangkat bola basket di depan dada. Reva berlari sekuat tenaga sambil berteriak kencang ke arahnya.

"Romeo!!!" Teriak Reva membuyarkan fokus Romeo.

Romeo langsung terkejut dan melompatkan dirinya sambil melempar spontan. Semua ikut terkejut, sambil melihati lambungan bola itu melesat dengan amat jauh. Reva langsung mendekati Romeo dan mendekap pundak Romeo.

"Lo udah gilak ya?"

"Mendingan lo lihatin arah bola itu deh. Daripada banyak omong!" Respon Romeo cuek dengan melihat bola basket masih berada jauh di atasnya.

Semua masih bingung akan hal ini. Dengan lesatan itu, bola basket mulai mendekati keranjangnya. Dan semua mempersiapkan diri untuk sorak atau mengejek. Tapi wajah-wajah mereka seakan khawatir. Dan bengong seolah tak percaya dengan lambungan bola basket lemparan Romeo. Setajam itu ia melakukannya.

PRIIIT!!!

Suara itu seolah menghamburkan suasana. Semua anak yang berada disana langsung menoleh ke sumber suara aslinya. Disana telah berdiri seseorang gagah dan tampan di belakang mereka. Tepatnya di pintu masuk lapangan yang berbatasan dengan koridor kelas. Romeo dan Reva juga spontan melihati hal itu. Mereka sempat takut dan khawatir. Apakah ini adalah hari paling buruk yang akan menimpa mereka.

Romeo and His CrushWhere stories live. Discover now