BAB 25 - Skenario Pemula

11 4 1
                                    

"Eh lo gilak ya?"

"Kenapa gila?"

Diskusi ini cukup menegangkan. Dalam area melingkar membelakangi gudang sekolah belakang. Semua cukup aman bahkan tak ada siapapun disana. Hanya mereka bertiga. Yakni ada Romeo, Tasya juga Reva. Mereka akan merencanakan sesuatu akan penyekapan Mily. Yang dimana hal itu dilakukan degan keterpaksaan. Agar mendapatkan jawaban yang jelas atas semuanya. Bukan karena mereka tak sayang atau bagaimana. Tetapi mereka juga masih termasuk sohibnya yang terhempas. Meski tak terima akan kejadian yang berlalu. Tapi mereka yakin bahwa Mily tak merubah dirinya hanya masalah sepele.

Tasya dan Reva masih berdebat ria. Setelah kejadian mengagetkan terjadi sesaat. Karena Reva yang tiba-tiba muncul dan mendekapkan tangannya pada Tasya. Awalnya Tasya terkejut, yang sebenarnya Romeo menyadari hal itu lebih dulu. Sehingga tangan Romeo sigap menutup mulut Tasya yang hendak teriak ketakutan. Semua terjadi begitu cepat. Dan Reva sampai saat ini belum menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

"Apa kita nggak sebaiknya cari tempat duduk?"

Romeo yang cukup ragu mengatakan hal itu. Karena harus berada di tengah pertempuran sengit antara Reva dan Tasya. Yang masih saling menatap tajam. Seperti hendak memakan satu sama lain.

"Iya bener juga sih. Tapi dimana woy?"

"Iya Meo, dimana emang?"

Romeo langsung mengalihkan perhatiannya pada kardus-kardus tak berguna di depan gudang. Ia sedang memikirkan sesuatu yang sulit untuk dicerna. Tetapi tak lama dari itu, langkahnya menuju tumpukan kardus semakin nyata. Ia mengambil tiga kardus bekas dan meletakkannya di atas bata-bata yang telah tertata rapi. Disana ia tak membersihkan sisa-sisa debu yang menempel. Membuat tatapan sinis jatuh pada kedua bola mata Reva dan Tasya saat itu.

"Lo beneran mau diskusi disitu?"

Penegasan Reva hanya direspon Romeo dengan anggukannya. Padahal Reva tak ingin mengotori dirinya degan hal-hal semacam itu. Meskipun ia tau bahwa ini harus dilakukan. Karena mereka tak punya waktu luang untuk membahas semua ini.

"Iya Meo, menurutku kita berdiri aja deh. Nggak ingin cari gara-gara aja gitu."

"Dasar cewek." Bisik Romeo pelan sambil mengalihkan tatapannya.

"Apa lo bilang?!" Kompak Reva dan Tasya dengan nada tak terima.

Romeo yang melihati hal itu hanya bisa menelan ludah. Wajah mereka sudah mulai memerah. Seperti amarah yang akan mengguncang dan menggemparkan dunia seisinya. Reva langsung menunjukkan jari kelingkingnya dan mengarahkan tepat di depan wajah Romeo.

"Ngomong apa lo tadi?"

"Ng...Nggak, maksudnya dasaran cewek itu emang begitu."

"Hah?"

"Dengerin dulu dong! Dasarannya semua cewek itu suka kebersihan. Jadi wajar, gitu maksudnya. Santai, santai."

Reva langsung memalihkan semua itu. Kembali pada keberadaannya. Romeo langsung mengemasi dirinya membersihkan area itu seperti semula. Dan mereka memutuskan untuk membahas semua ini dengan berdiri dan berfikir kritis.

"Jadi gimana?"

Semua itu bermula dari Tasya yang sudah menanti hal ini. Perbincangan seriuspun dimulai. Romeo dengan wajah ragunya tetap memberi kepercayaan. Dengan Reva yang sudah mengambil ancang-ancang pembahasan yang strategis dan terencana.

"Kita akan memulai semua ini dari luar kelas. Nanti lo Tasya, ajak dia keluar sambil ngobrol santai. Biar dia nggak curiga, mendingan lo ajak dia ke toilet."

"Ngapain?"

Romeo seperti merusak suasana. Padahal penjelasan Reva belum cukup sampai disini. Tapi ia sendiri seolah memotong semua itu dengan nada percaya diri dan tak terima. Seperti tak ada hal lain yang bisa dilakukan. Padahal ini bagian dari strategi. Memang tak seharusnya Romeo mengikuti diskusi detektif seperti ini.

Romeo and His CrushWhere stories live. Discover now