BAB 13 - Ada yang Berbeda

44 25 19
                                    

Langkah pasti dari arah pintu toilet. Membuka secara kasar seperti sedang tergesa-gesa. Ia melangkahkan kakinya ke ruangan toilet pertama. Sepertinya dia sedang kencing. Pintu tertutup dan tangisan Romeo terdengar pelan. Sosok yang baru keluar setelah semedi singkatnya di toilet mendengar suara itu berasal. Mendekati sumber suara dengan langkahnya yang pelan. Ia takut kalau ada hantu di dalam toilet itu. Karena ia masih percaya mitos jikalau sekolah ini bekas rumah sakit. Apalagi toilet ini diduga banyak penampakan.

"Loh, kamu siapa?"

Posisi lemah Romeo membuatnya tak berdaya. Ia masih menangis dan menghiraukan ucapan sosok itu bicara padanya.

"Hei, kamu siapa? Kok diem sih."

Dia sepertinya semakin kesal. Karena tak ada respon apapun dari Romeo. Hanya menangis terisak-isak tak kunjung berhenti. Tetapi ia tau bahwa sekujur tubuhnya tengah basah kuyup. Awalnya sosok ini takut melihat postur tubuh Romeo dengan posisi duduk seperti suster ngesot. Tapi ia tetap bertahan di posisinya. Sampai Romeo mau menjawab pertanyaan singkatnya itu.

Romeo yang mulai meredakan tangisnya mulai mengalihkan pandangan. Tepatnya pada sosok yang berdiri di belakangnya saat itu.

"Romeo?!" Kejutnya seperti tak menyangka.

Balutan wajah yang tak terkondisi. Melihat wajah Romeo yang sudah kusut tak berdaya. Terbuang lemah seperti sampah. Di lantai toilet yang cukup bau dan basah. Untung saja pintu toiletnya tak tertutup. Kalau iya mungkin Romeo tak akan pernah diselamatkan orang. Mereka kira tangisan itu misterius dan mengerikan.

"Kak Rama?"

Romeo langsung mengusap pipinya yang penuh sisa-sisa bulir air mata. Masih mencoba berdiri untuk kesekian kalinya. Ia terjatuh lagi.

"ADUH!"

"EH, eh, eh, bentar." Respon Rama mencoba membantu berdirinya Romeo.

Ia menopang Romeo dengan sekuat tenaganya. Menuntunnya sampai pada wastafel. Mencoba menenangkan keadaan. Sampai Romeo benar-benar merelekskan tubuhnya yang menegang ketakutan sedari tadi. Rama kini tak bisa berbuat apa-apa. Kondisi Romeo yang lemah tak bisa ia bawa sendirian untuk ke ruang UKS. Yang jaraknya lumayan jauh dari toilet pria. Iapun memutuskan untuk keluar toilet, namun langkahnya terhenti oleh Romeo.

"Kak mau kemana?"

"Gue mau nyari temen gue. Buat bantuin lo."

"Nggak usah kak, nggak perlu. Aku mau bicara sama kakak."

Perbincangan mereka semakin nyata. Romeo yang menaikkan tubuhnya untuk bersandar dai kaca besar toilet. Sembari saling menatap bersama Rama. Menjelaskan kronologi yang sebenarnya terjadi. Tetapi Romeo tak ingin dirinya dibawa ke ruang UKS. Dia hanya ingin mengejar ketertinggalannya dalam mengikuti mata pelajaran saat ini. Waktu yang sudah menunjukkan masuk ke kelas. Namun Romeo masih dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.

"Bagaimana kalau kamu pakai baju aku aja?"

"Terus kakak gimana nanti?"

"Itu urusan gampang, akukan ada pelajaran olahraga saat ini. Jadi masih bisa buat alasanlah."

"Beneran kak nggak apa-apa?"

Anggukan Rama semakin meyakinkan. Ia rela bahkan meminjamkan seragam sekolahnya pada Romeo. Karena ia tau bahwa Romeo saat ini benar-benar dilanda kesengsaraan. Hingga ia harus benar-benar membuatnya pulih kembali. Karena ia merasa bersalah jika tidak membantunya. Romeo yang ia temukan dalam kondisi tidak baik-baik saja. Harus segera mendapatkan tindakan yang lebih baik.

Rama adalah teman seperjuangan Laskar. Teman Laskar di SMA khususnya teman ekstrakulikuler basket. Kedekatannya pada Laskar telah membuat ia mengenal Romeo. Paras yang biasa saja dengan rambut rapi. Wajah yang agak bulat dengan badan besar dan tinggi. Membuatnya cukup menarik sebagai laki-laki. Ada kelebihan serta kekurangannya.

Romeo and His CrushWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu