BAB 12 - Aku Takut

47 25 10
                                    

Berjalan menyusuri koridor kelas yang setiap istirahat mereka lihat dan rasakan. Melihat setiap keramaian yang tak kunjung mereda. Dibalut tawaan tipis dalam perbincangan mereka. Berjalan dan saling mengisi cerita. Rasanya tak ingin masuk ke kelas dengan cepat.

Apalagi Romeo yang sedang diam-diam mulai bermain perasaan dengan Tasya. Dia selalu menjalankan hari-harinya dengan semangat. Entah kapan dia bisa kembali ke rasa badmood-nya itu. Mungkin sulit untuk bisa kembali.

"Oh iya Meo, aku minta maaf ya soal kemarin lusa. Aku juga nggak sengaja kok."

Dengan wajah yang merasa bersalah. Tasya seolah tak ingin meninggalkan kesan menggantung pada Romeo. Dalam artian, ia tak ingin meninggalkan Romeo tanpa sebab. Karena menurutnya, Romeo masih menjadi kawan baiknya saat ini. Selalu membantu dan memberi support kepadanya setiap saat.

"iya nggak apa-apa kok Sya. Aku juga sudah melupakan itu. Aku tau kok kalau kamu sedang dalam situasi mendesak."

Tasya terdiam seolah berfikir atas respon Romeo barusan. Apa dia tak seharusnya berbicara seperti itu kepada Romeo. Atau mungkin dia terlalu berlebihan dengan sikapnya.
Romeo meresponnya dengan santai dengan nada bicara yang sedikit malas. Dia nampak tak ingin membicarakan hal itu lagi. Terlebih dia mengingat lagi sakit hatinya yang telah mengubah mood-nya hari itu.

"Aku nggak bermaksud juga sih. Tapi, tapi aku janji. Aku nggak akan ngulangin hal itu. Janji!"

Langkah Tasya terhenti menghadap pada Romeo yang asyik berjalan ke arah tujuan. Bahkan ia tidak sadar langkah Tasya berhenti mendadak. Hingga ia merasa bahwa Tasya menghilang di sampingnya. Berbalik badan dan melihati wajah Tasya dengan balutan seragam rapi. Rambut tanpa kuncir yang terkesan anggun. Membuat dirinya semakin terlihat manis dengan wajah polosnya.

Jari kelingking Tasya ingin sekali dibalas. Dia sedang menunggu Romeo menyetujui tindakan konyolnya itu. Yang terlihat seperti anak kecil meminta janji mereka untuk ditepati.

"Untuk apa Sya?"

"Untuk aku, kamu dan kita."

Romeo bingung bahkan tak bisa berfikir apapun. Padahal mereka tak pernah membuat perjanjian apapun. Tetapi tiba-tiba kelingking itu menandakan bahwa akan ada janji terikat. Yang benar-benar mengikat mereka untuk bersatu. Yang membuat Romeo semakin terpanah dengan Tasya karena sikapnya yang lucu. Menarik untuk dipandang juga menarik untuk diperhatikan.

"Janji!" Respon Romeo mengikat kelingking Tasya yang cukup lama menunggu jawaban.

Tapi seenggaknya hal itu bisa menjadi pertanda bahagia bagi mereka berdua. Khususnya Tasya, karena Romeo berhasil memaafkannya. Kalau tidak, mungkin dia akan overthinking sepanjang perjalanan bersama Romeo. Mereka saling tertawa menatap kedua jari kelingking itu menyatu. Seolah mereka benar-benar mengikat janji suci. Eits...janji suci apa ini bestie?

Perjalanan mereka masih cukup panjang. Dan melanjutkan langkah yang sempat terhenti untuk ucapan yang benar-benar mendalam.

"Romeo aku mau tanya sama kamu. Tadi kenapa kamu kayak gitu di kantin?"

"Kayak gitu gimana?"

"Ya sepertinya kamu nggak suka Kak Laskar jadi bahan beritaan di sekolah."

Ini yang membuat Romeo takut dan tak bisa berfikir. Dia sempat keceplosan tentang apa yang dia bicarakan di kantin tadi. Seolah dirinya membela Laskar dengan kerasnya. Tak ingin ada satu luka pada Laskar di sekolah ini. Yang meskipun Laskar tak pernah menganggap Romeo bagian terpentingnya sih. Tapi untuk kali ini Romeo harus turun tangan.

Benar-benar ia menjaga identitas kakaknya di sekolah. Tidak boleh ada satu orangpun yang benar-benar tau atau menyelidikinya. Sebelum semuanya terungkap dengan sendirinya.

Romeo and His CrushWhere stories live. Discover now