BAB 23 - Terpantau

11 3 1
                                    

"Kak, coba tebak aku dapat privilege apa hari ini?"

Laskar bingung harus menjawab apa. Di tengah kehangatan menunggu senja di taman. Ia malah dipusingkan oleh pertanyaan konyol Romeo tiba-tiba. Sambil menikmati es ting-ting langganan mereka. Yah, es krim yang dibalut dengan roti dan mutiara di tengahnya dengan cup berupa gelas plastik. Mereka menikmatinya dengan rasa penuh bahagia. Sampai lupa bahwa waktu akan menuju petang.

"Lo kok aneh banget sih. Pertanyaan macam apa itu?"

"Dih, gue kan cuma mau lo penasaran aja. Kenapa lo malah sewot sih?"

"Gue nggak bakal penasaran kali. Palingan ya privilege lo dapat traktiran."

Romeo langsung memasang muka jutek. Karena ia merasa direndahkan oleh kakaknya sendiri. Bahkan tak ingin memotivasi adiknya dengan niat yang ikhlas. Hanya sekedar judge atau omongan yang membuat Romeo sakit hati. Tapi nggak apa-apa, itu semua sudah biasa dalam lingkup saudara. Ada susah senangnya bareng dan kalau bagian bikin perusak hati. Saudara adalah perusak yang paling kacau sekacau-kacaunya.

"Lo menghina banget deh. Sampai gua spill nih, pasti lo bakal kaget. Sampai muntah sekalian!"

Laskar malah tertawa. Mendengar ocehan Romeo yang seakan angin lewat baginya. Karena ia merasa, Romeo tak pernah mendapatkan hal yang mengejutkan Laskar. Apalagi kali ini ia benar-benar meyakinkan. Sampai-sampai mengancam Laskar akan muntah di waktu itu juga. Karena tak percaya akan hal serius yang akan Romeo katakan padanya.

"Emang apa sih?"

"Eghm..."

Romeo menyiapkan dirinya. Dia ingin Laskar benar-benar tau. Bukan maksud pamer. Tapi dia ingin menunjukkan kepada dunia. Bahwa ia tak selemah yang mereka kira. Mereka kira anak cupu seperti Romeo tak akan pernah dapat kesempatan emas. Itu salah besar brodi, anak seperti Romeo akan jauh lebih mudah mendapatkan apa yang mereka mau. Yang penting ada doa dan ikhtiar.

"Gua ditawarin coach Harfin buat latihan basket sama dia."

"OGHK! OGHK! HWEKK! HWEKKK"

"Eh, eh, ada apa?"

Suasana menegang, tiba-tiba Laskar memuntahkan sesuatu dari dalam mulutnya. Entah dia tersedak es krim atau apa tidak tau. Tiba-tiba saja dia melakukan hal itu. Padahal tak ada yang membuatnya riwueh atau bahkan kesulitan menelan. Mungkin dia keasikan menikmati indahnya senja kala itu. Membuatnya harus tersedak dan mengotori taman dengan refleks.

Mereka memutuskan untuk pulang. Karena Romeo takut jika kakaknya malah nggak bisa ditolong. Jadi ia memilih jalan pintas untuk pulang. Karena hari juga sudah mau petang. Jadi tak ada salahnya untuk melindungi diri dari marabahaya seperti itu.

Romeo kini hanya menjalankan aktivitas kesehariannya. Membaca novel yang beberapa minggu lalu sempat tertunda. Oleh masalah-masalah yang membuatnya berfikir keras. Bahkan lupa untuk menyisakan waktu untuk hari-hari bahagia kesendiriannya. Kini dia menghindari hal-hal buas yang membuat waktunya terbuang sia-sia. Seperti menutup pintu kamar dan menata rapi kamarnya. Tak lupa aromaterapi di kamarnya yang cukup membuat tenang. Ditambah masker wajah yang kini menempel di wajahnya. Cukup menambah sensasi sejuk malam itu.

Di tengah kesendiriannya di kamar. Tiba-tiba handphone miliknya berdering. Membuat ia cukup geram. Dan ingin menuntaskan semuanya. Sehingga mau tidak mau, ia harus mengangkat telepon itu dengan bahagia. Meski agak stress banget sih hadapinya.

TELEPON
"oy, sibuk nggak?"

"Lo apaan sih Rev, salam dulu kek!"

Romeo and His CrushWhere stories live. Discover now