BAB 21 - Terlihat Buram

21 9 15
                                    

"Ibu, STOP!" Tegas Laskar pada ibunya.

Seperti yang ia lihat sekarang. Romeo terjatuh lemah sampai menangis sesak. Sedangkan ibunya malah asyik melanjutkan penindasannya. Itu membuat Laskar marah dengan kasarnya. Sampai-sampai ia berani membentak ibunya sendiri. Ibu yang selama ini selalu menyayangi sepenuh hati dibandingkan dengan Romeo.

"Laskar, kenapa kamu bela anak LOL seperti dia?!"

"IBU STOP! Dia bukan anak LOL seperti yang ibu bilang. Please! Bisa nggak ibu berubah sikap sama Romeo. Ada apa sih?"

Romeo masih terdiam sesak dengan tasngisnya. Stiker itu masih dibawah kaki ibunya. Dan tak ada spontan dari kaki itu untuk mengeluarkan stiker yang terinjak itu segera. Laskar yang tak bisa membantu Romeo untuk memaksa mengambil. Dia hanya bisa melihat Romeo terjatuh lemah.

"Punya anak gatau diri semua! Makan tuh sampah!" Respon ibu dengan melempar kasar stiker dari telapak kakinya.

Tanpa rasa bersalah, ia kembali ke kamar. Menenangkan emosi yang menggebu-gebu ia bangun sendiri. Tanpa meminta api dari siapapun. Laskar yang mengulurkan tangannya mencoba membantu Romeo untuk berdiri. Romeo mulai mengusapi tangisnya dan melihat Laskar. Sebelum ia berdiri dan meraih tangan itu segera.

"Makasih ya kak."

Semua itu diakhiri dengan rasa haru. Pelukan mereka seakan telah menyatu erat. Menjadi sepasang kakak adik yang sudah seiras. Saling pengertian dan tolong menolong satu sama lain. Tanpa ada yang mencoba menjatuhkan atau sekedar berbuat semena-mena.

Mereka berdua memutuskan untuk kembali ke kamar masing-masing. Karena waktu juga sudah menunjukkan larut malam. Yang sekiranya adalah waktu tidur yang tepat untuk para remaja seusia mereka. Namun tidak dengan Romeo, ia masih melanjutkan ritualnya. Dengan merenung memikirkan tentang kondisi stiker kesayangannya itu.

"Kalau saja aku bertemu kamu lagi. Pasti aku bakal minta maaf dan memelukmu."

Dia meneteskan beberapa butir air mata yang mengalir dari pipinya. Merasa bersalah juga tidak bisa bertindak apapun. Selain menyesali perbuatan yang membuatnya hancur berkeping-keping.

Kini stikernya sudah robek bahkan tak bisa terlihat sempurna lagi. Kusut dan tidak dapat dikembalikan seperti semula. Itu hanya sebagai hiasan. Dengan bentuk yang kecil, tak bisa membuatnya bisa dimanipulasi. Stiker panda kecil yang sempat menjadi kenangan itu membuat Romeo berfikir keras. Siapa orang yang berada dibalik semua ini.

Memang kejadian itu sudah cukup lama. Padahal, jika diingat dengan baik pasti Romeo telah menemukannya. Dan andai kata dia mengetahui semuanya. Pasti dia tidak akan bisa berkata apapun. Salah tingkah dan berujung speechless. Seperti tidak tau Romeo saja. Apapun yang membuatnya jatuh cinta pasti akan membuatnya overpower gembira. Sudah biasa dilakukan oleh remaja yang baru saja merasakannya. Tidak usah sekaget itu.

_ _ _

"Gimana Meo, apa sudah ada teka-teki?"

Mereka berada di kantin yang sama dengan perkumpulan yang berbeda. Posisi Mily sekarang telah digantikan oleh Tasya. Bukan karena Reva dan Romeo tak menganggap kehadiran Mily lagi. Tapi mereka sedang merencanakan sesuatu. Untuk mencari tau penyebab Mily merubah sikapnya. Dengan ketua pelaksana yang bijak pastinya. Siapa lagi kalau bukan Romeo.

Kini mereka berdiskusi dengan ditemani es teh favorit. Bahkan Tasya juga ikut-ikutan gaya mereka dengan memesan es teh. Rasanya tak begitu buruk. Sangat enak jika dinikmati di cuaca yang cukup panas. Bahkan untuk kantong anak sekolah seperti mereka.

"Aku sebenarnya udah punya satu teka-teki. Yang mungkin bisa kita jadikan petunjuk."

Reva yang awalnya fokus pada es teh yang ia sedot. Langsung tersedak mendengar ucapan Romeo. Ia terkejut bahkan ingin menyela. Tapi apalah daya kalau ia malah tersedak duluan.

Romeo and His CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang