BAB 14 - Yang Terlupakan

31 17 11
                                    

Mereka berlari seakan takut diterkam oleh penjahat bertopeng. Padahal sebenarnya pemata-mata itu hanya melihat mereka dari jauh. Tak ada maksud terselubung dibaliknya. Atau mungkin ada, tapi entah apa yang sedang diselidikinya.

TELEPON
Aman. Sempat ketauan sebenarnya.

Huft, lain kali hati-hati. Tindakanmu ceroboh!

Baik, lain kali aku akan hati-hati.

Dia, si pria bertopeng. Bersembunyi dibalik rerumputan yang lebat. Ia masih berada di dekat taman. Memastikan keadaan tidak mengetahuinya. Ia segera menyembunyikan handphone pribadinya. Dan melihat apakah Romeo dan Mily masih berada di taman itu.

Sialnya mereka pergi entah kemana. Ia kehilangan jejak. Tapi kekesalannya seolah bukan pertanda buruk. Ada niat baik yang juga bisa dilihat sebagai niat jahat. Dia langsung menghentakkan salah satu kakinya. Kembali pada dudukan tempat ia bersembunyi tadi. Menyesali perbuatannya sekilas yang juga membuatnya ingin menangis. Karena ia tak bisa menjalankan amanah yang saat ini diberikan pada dirinya.

Ia langsung melepaskan semua perangkap dalam tubuhnya. Seperti topeng dan kostum yang tengah menutupi dirinya saat itu. Sambil melihat keadaan aman-aman saja disana. Karena ia tau bahwa di taman jarang ada orang melihati dirinya.

"Huft, cukup melelahkan."

Lalu dia memasukkan segala barang bawaannya ke dalam tas serut hitam. Memastikan tak ada yang mencurigai keberadaannya. Ia masukkan lagi tas serut itu ke dalam tas biru sekolah miliknya. Yang cukup besar, sehingga muat untuk barang-barang yang tak cukup tebal seperti itu. Ia baru saja ingin melangkah. Tiba-tiba suara seseorang datang dari arah luar taman. Sepertinya mereka akan mendekat menuju taman.

"Disana pak, saya dan teman saya melihatnya sendiri."

Itu adalah Mily, Romeo dan bapak satpam sekolah. Mily mencoba mengadu ke pos satpam bersama Romeo. Agar rasa ketakutannya tergantikan dengan ketenangan. Memastikan tak ada orang yang ikut campur dalam setiap kegiatannya bersama Romeo. Itu semua juga demi privasi masing-masing. Karena hal itu cukup menganggu dalam benak Mily dan Romeo.

Mereka masih mencari-cari dan melihat sekeliling. Memastikan ada hal aneh yang sepertinya patut dicurigai. Pak satpam yang mencoba mendekati arah yang ditunjukkan Mily. Pelan-pelan melangkah seperti detektif konon. Mily dan Romeo berdiam di depan bangku taman. Hanya melihat sekeliling taman yang sunyi. Memastikan langkah pak satpam juga sesuai arahan. Karena sejujurnya mereka takut jika ada hal lain yang menimpa mereka. Hanya bermain aman, yakni berdiam diri di sekitar kawasan CCTV. Berharap jika mereka diculik seseorang. Bukti telah terpampang nyata.

"Gue takut deh. Apa kita dimata-matai ya selama ini?" Ucap Romeo dengan nada gelisah.

Mily yang masih mencoba tenang. Dengan sikapnya seolah menunjukkan dirinya berani. Tak takut akan hal yang dihadapannya saat ini. Ia mendekap kedua tangannya. Sambil menatap pak satpam yang masih menyelidiki dibalik semak-semak lebat itu.

Romeo masih berdiri di samping Mily Sambil menggigit ibu jarinya. Dengan wajah yang mulai keringatan. Tak tahan jika terus berdiam diri disini. Semua hal yang dipikirannya saat ini. Hanya takut dan tidak peduli dengan sekitar. Karena ia tau bahwa ini bukan waktunya bermain.

"Nggak ada neng, emang ada siapa?"

Pak satpam yang telah mendekat. Dan menjelaskan singkat apa yang telah dilihatnya. Ternyata semua itu kosong dan valid tidak ada apapun di sekitar sana. Romeo dan Mily langsung terbengong. Seolah-olah mereka juga terkejut akan hasil pencarian ini.

Romeo and His CrushWhere stories live. Discover now