[𝕽𝖔𝖞𝖆𝖑 𝕹𝖎𝖌𝖍𝖙𝖒𝖆𝖗𝖊]

1.3K 224 18
                                    

Mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur.
Seluruh orang sangat terpukul, tak terkecuali jaehyun sendiri.
Ia sempat pingsan beberapa saat setelah mengamuk ingin bertemu dengan taeyong, tapi jeno dengan bersikeras bahwa ayahnya itu tidak boleh bertemu dengan ibunya.

Renjun menghampiri jeno yang tengah duduk didepan rumah kaca yang akan ia jadikan hadiah untuk taeyong
Renjun menatap bangunan elvish yang terlihat sangat indah, bahkan rumah kaca di depannya terlihat seperti toko bunga, bukan lagi rumah kaca.

Renjun menghampiri jeno yang tengah duduk didepan rumah kaca yang akan ia jadikan hadiah untuk taeyong Renjun menatap bangunan elvish yang terlihat sangat indah, bahkan rumah kaca di depannya terlihat seperti toko bunga, bukan lagi rumah kaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku akan memimpin hanya demi ibu Ren" cicit jeno dengan pelan, air matanya masi saja keluar tanpa henti, dadanya bgtu sesak mengingat bagaimana ia menyaksikan ibunya menjadi sebuah abu yang akan d letakkan pada sebuah kendi

Renjun mencoba menahan isak tangisnya, ia tak boleh menangis juga, jeno membutuhkannya

"Jen-

"Bagaimana aku memimpin tanpa ibu?bagaimana dia bisa pergi meninggalkanku?aku setengah mati berusaha membuatnya bahagia disini renjun, bagaimana dia bisa pergi tanpa berpikir 2 kali??"

Renjun memeluk tubuh tegap yang ringkih tersebut, pecah sudah tangisan jeno.
Ia menangis dipundak renjun, memanggil ibunya, dan slalu bertanya kenapa ibunya itu pergi bgtu saja

"K-kau tau?tidak ada yg bisa menolak takdir-

"Tapi takdir ibu tidak akan begini jika dia tidak menikah dengan ayahku!!"
Renjun menutup matanya, jeno masi tak terima dengan apa yang terjadi.

Selain dirinya, ada adik adik jeno yg masi membutuhkan taeyong sebagai pendamping, lupakan si brengsek mark yang juga ikut serta memperburuk keadaan.

Renjun melepaskan pelukan tersebut, menompang wajah jeno yang terlihat sangat kelelahan sembari mengusap air matanya
"Jangan seperti itu ya??i-ibu mu pasti sangat sedih melihat Putra yang paling bsa ia percaya seperti ini"
Jeno tidak tenang, ia justru makin menangis mendengar apa yang renjun katakan, Berarti ini semua tidak mimpi? ibunya benar benar pergi, ia di tinggal ibunya sndiri.

"Ia tak percaya padaku Renjun, lihat?ia pergi disaat usahaku sedang dibangun, renjun ibuku renjun" tak bisa, sekuat apapun renjun berusaha.
Pada akhirnya ia akan tetap menangis melihat jeno yang seperti ini.

Renjun menarik jeno untuk bersandar pada dadanya, dan membiarkan pria itu menangis sampai sepuasnya

Ia tak mampu membantu banyak hal, tapi setidaknya ia berusaha untuk menjadi sandaran jeno dalam segala hal.

"Aku juga membutuhkan pelukan itu ren" gumam jaemin yang berada tak jauh dari jeno dan renjun.

Ia menghela nafas lelah dan mulai berjalan menjauhi keduanya.
ia juga ingin menangis seperti yang jeno lakukan sekarang, ia juga ingin dipeluk seperti yang jeno dapatkan.
Ia butuh sandaran oleh seseorang yang ia cintai, disaat sosok lain yang ia cintai pergi ke alam lain.

Langkahnya terhenti disaat berpapasan dengan haechan, jaemin tersenyum kecut melihat pria yang ada di depannya
"Bajingan " Ucap jaemin dengan pelan namun masi terdengar oleh haechan, haechan menghentikan langkahnya mendengar hal itu

"Apa kau kemari untuk mengajak kakaku yang tolol itu untuk menikah lagi??mengingat bahwa tak ada penghalang bagi kalian lagi nantinya"

Haechan datang untuk berduka, bahkan ia melihat mark hanya saat pembakaran taeyong beberapa saat lalu, tapi jaemin justru berprasangka buruk kepadanya??yang benar saja!! "Aku tidak membawa niat buruk kesini Jung jaemin"

Jaemin berdecih disaat ia mendengar nama lengkapnya dipanggil seperti itu, ia benci dengan nama depannya.

"Lagi pula, setiap orang bisa melakukan apapun demi cinta termasuk dirimu dan ibumu kan?"

Jaemin menatap tak suka kearah haechan, ini tak ada hubungannya dengan ibunya, bahkan sedikitpun "Kau?!"

Haechan terkekeh "ibumu mati karena cintanya kan??ayahmu?jangan lupakan fakta itu jaemin" Ucap haechan sembari berjalan lebih dekat dengan jaemin

"Yang aku lakukan tidak ada apa apanya jika dibandingkan dengan ibumu" ia mengeluarkan sapu tangan dari sakunya, dan menyodorkan benda tersebut kearah jaemin

"Tapi bisa dibilang kami hampir sama, aku jga hampir mati karena cinta " haechan kembali mengingat bagaimana kondisinya disaat jatuh dri jurang beberapa saat lalu sembari terkekeh

"Bersihkan dahimu, setidaknya sebelum renjun datang untuk mengobatinya, obatilah sendiri dulu" haechan mengambil paksa tangan jaemin dan meletakkan sapu tangannya di tangan jaemin, ada bekas darah yang tertinggal didahi jaemin

Haechan melangkah pergi meninggalkan jaemin seorang diri.

Jaemin menatap sapu tangan yang terlihat sangat putih dan bersih, ia menggenggam dengan erat benda tersebut dan melemparkannya ke tanah

Hatinya sakit

Bersambung...

𝕽𝖔𝖞𝖆𝖑 𝕹𝖎𝖌𝖍𝖙𝖒𝖆𝖗𝖊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang