39. ESCAPE (2)

11 0 0
                                    

HAPPY READING

(tandai typo)

Rintik hujan di malam hari. Suasana kali ini seakan mewakili perasaan Senja. Tinggal setengah jam lagi, dirinya sudah tidak bisa sebebas dulu lagi.

Dengan gaun putih selutut dan hanya membawa ponsel tak lupa juga beberapa lembar uang, dengan modal nekat ia berusaha untuk bisa melompati jendela kamarnya. Untung saja saat membuka jendela, langsung terhubung oleh pohon mangga yang besar.

Kalian jangan salah mengira, Senja Ariestya itu pandai memanjat. Jadi masalah begini lumayan bagi dirinya.

BRUK.

Sial. Kenapa ia memilih melempar tubuhnya ke bawah, padahal ia bisa saja turun dengan hati-hati. Akibatnya sekarang kakinya terkilir.

"Siapa di sana?" Ucap salah satu penjaga yang tengah berjaga di sana. Mereka berdua menoleh, tidak ada orang.

"Paling kucing," jawab salah satu temannya lagi.

Senja berjalan dengan tertatih-tatih, kakinya masih terasa nyeri. Bodohnya ia, padahal dirinya bisa saja turun dengan hati-hati tadi ya walaupun resikonya akan ketahuan.

Masih ada satu lagi yang akan Senja panjat, dinding belakang rumahnya yang menjulang tinggi, "anjir bodoh banget gue kenapa gak ganti aja dulu tadi untung pake celana," gerutu gadis itu.

Untung saja rumahnya ini ditanami banyak  pohon yang sekarang sudah besar-besar jadinya ada yang ia gunakan sebagai pijakan.

Setelah sampai di puncak pohon, Senja mengambil napas sejenak, "huhh gini kali ya rasanya jadi spiderwoman."

Di luar rumah juga ada pohon yang sudah tua usianya, dengan hati-hati dan tidak mengambil langkah yang salah lagi, ia turun dengan batang-batang pohon sebagai pijakan kakinya.

Kini Senja sudah sampai di tanah, dirinya bernapas lega ternyata sudah banyak para tamu yang sudah datang.

Acara pertunangan Senja dan Lingga hari ini akan dilaksanakan, tinggal satu jam lagi tapi anehnya banyak juga tamu yang datang. Padahal keinginan Senja tidak ada seorangpun yang datang ke acaranya.

"Mohon jangan hujan besar," ucap Senja sambil menatap langit malam yang sudah gelap. Hari ini memang rintik-rintik hujan tapi Senja berharap jangan.

Dengan tangan yang masih gemetar, Senja mengetikkan sesuatu kepada seseorang melalui chat, jangan lupakan gerutuan gadis itu karena pesannya yang tak kunjung dibalas, "Bayu anjing balas! Setan gue pengen pipis lagi."

Sementara di lain tempat.

Seorang pemuda yang bernama Guntur Syandyakala baru saja turun dari mobil yang dikendarainya. Ia baru saja menginjakkan kakinya di rumah setelah pergi bersama sang Bunda untuk membeli keperluan rumah tangga.

Entah mengapa hatinya merasa tidak tenang, pikirannya hanya tertuju ke satu nama. Mantan pacaranya. Hanya itu di dalam pikirannya.

Setelah membantu sang Bunda menurunkan belanjaannya, Guntur dengan segera berlari ke kamarnya untuk mengambil kunci motor.

Melihat sang anak yang terburu-buru berlari menuju garasi, sang Bunda bertanya, "mau kemana kamu? Jangan pergi bentar lagi bakal hujan."

"Gak Bun, Guntur kayaknya ada janji."

"Janji apa? Kan bisa aja kamu chat dia bilang kamu gak bisa."

"Gak bisa Bunda, hati Guntur gak enak, pikiran Guntur ada ke Senja. Senja dalam bahaya Bunda."

"Maksud kamu apa sih, jangan ngaco deh!"

"Udah Bunda tenang aja tunggu kabar Guntur pulang," ucap pemuda itu sebelum ia melanjutkan langkahnya menuju garasi ia menyempatkan mencium kening sang Bunda.

Kemudian Guntur melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata, ia mencoba menghalang pikiran buruk mengenai gadis yang kini tengah berkeliaran dipikirannya.

Jalanan yang lumayan sepi menyebabkan Guntur dengan leluasa menjalankan motornya. Getaran dari ponsel yang terletak di saku jaketnya ia abaikan.

Tujuannya hanya satu, Senja Ariestya!

"Gue harap Lo baik Nja!"

***

"Anjing Guntur angkat bego!" Umpat seorang pemuda berbadan kekar yang tengah mondar mandir sambil terus mencoba menelfon temannya yang entah berada dimana sekarang.

"Guntur setan angkat coba!"

"Lo ngapain sih!"

Sedangkan kedua temannya yang tengah memperhatikan pemuda yang tidak bisa diam hanya menatapnya dengan pandangan yang jengah, "Bay! Lo bisa diam gak?!"

Gibran bosan mendengar umpatan yang keluar dari mulut Bayu, "sebenarnya Lo berdua ada apa sih?! Bosen gue dengarnya!"

Bayu menatap tajam ke arah Gibran, "Lo diam kalau gak tau apa-apa!"

Gibran berdecih, "gue gini gue peduli sama Lo berdua!"

Batu memilih diam, emosinya kini tidak stabil. Pikirannya hanya tertuju pada Senja, 15 menit lagi Senja berada diposisi yang tidak aman. Dan kini Bayu hanya berdoa dan berharap semoga Guntur tidak melupakan janjinya itu.

***

Perumahan Indah Permata.

Guntur kini sudah sampai pada tujuannya, dari gerbang utama ia berbelok tiga rumah lagi ia menemukan rumah gadisnya.

Guntur menatap sekeliling, ramai. Hanya satu yang ada dipikiran Guntur, kenapa rumah Senja seramai ini di malam hari dan sedang gerimis pula?

Menatap sekeliling matanya tertuju pada beberapa karangan bunga yang ada di depan.

"Congratulations on the Engagement of Linga and Senja"

"Happy Engagement Lingga and Senja"

Matanya terbelalak, ada apa ini?

Pertunangan?

Lingga?

Senja?

Jadi yang selama ini Bayu katakan kepadanya itu benar? Ia kira Bayu berbohong.

Mata Guntur menatap siluet seorang gadis dengan gaun putih yang tengah berada dibalik pohon. Lebih tepatnya orang itu terlihat sedang bersembunyi.

Dengan hati yang mantap Guntur berjalan mendekat. Dan dengan langkah hati-hati pula. Karena sekeliling tengah dijaga oleh para orang berbadan besar.

Mata Guntur tidak pernah lepas dari tujuannya. Terus melangkah. Terus mendekat. Dan kini ia sudah hampir dekat.

"Senja?!"











•••••
HAI EVERYONE!

NEXT PART GAK?

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT YAA
THANKS!

(Don't forget to follow me)
zazaatan

Juni 2022

Guntur SyandyakalaWhere stories live. Discover now