32. PENYERANGAN

19 1 0
                                    

32. PENYERANGAN
.

.

Jangan lupa dukungannya ⭐

Happy Reading 🐣🧡

Di dalam sebuah markas yang bersih, megah dan mewah. Terdapat lima puluh orang lebih di sini. Semuanya saling menatap dengan pandangan serius, tidak ada lagi tawa yang muncul kala sang ketua tengah duduk di posisi mereka.

"Maaf gue terlambat," ujar sang ketua memulai percakapannya.

"Gapapa bang, lanjut aja."

Sang ketua itu mengangguk. Ternyata anggotanya ini pengertian.

Aura sebagai ketua gang, kini nampak sekali di wajah Guntur Syandyakala. Wajahnya sangat serius, tidak ada lagi Guntur yang suka jahil, "kalian semua sudah dengar kan kejadian yang menimpa Putu dan kawan-kawan?" Tanya Guntur kepada anggotanya.

"Iya." Semua anggota itu menjawab.

"Maksud gue ngumpulin kalian di sini adalah untuk membahas penyerangan itu. Maaf sebelumnya sudah menganggu waktu kalian," ujar Guntur.

"Gapapa Tur, lagian kita pada suntuk kalo di rumah," ujar Gibran membalas ucapan Guntur.

Memang saat ini BALVAGOS sedang mengadakan pertemuan guna membahas perihal sesuatu yang dibahas Aldo tadi pagi.

Namun, ada yang kurang salah satu anggota mereka tidak ada entah ada apa gerangan yang menjadikannya tidak bisa hadir.

"Oke langsung ke inti. Gue gak mau penyerangan kali terjadi seperti penyerangan  satu tahun yang lalu."

"Ingat kita bukan gank yang lemah, bukan gang abal-abal, bukan gang yang berpegang kuat pada senjata."

"Anggota kita emang kalah saing sama yang lain. Gank kita memang baru terbentuk tapi gue harap jangan sampai satu pun dari kalian jangan ada yang menggunakan senjata dan kawannya."

"Dan penyerangan kali ini murni atas tindakan mereka."

"Bahwa mereka berhasil mengibarkan bendera perang kepada kita."

"Gue gak mau kita gegabah! Latihan kalian lebih giat lagi!"

"Kalau takut, pulang! Jangan ikut!"

"Davi! Gue gak mau kejadian tahun lalu keulang lagi!"

"Baik Tur!"

"Karena kita BALVAGOS!" ujar Gibran dengan lantang.

"PANTANG PULANG SEBELUM LAWAN TUMBANG!"

Semuanya berdiri menyuarakkan suara mereka.

Guntur tersenyum menatap anggotanya. Ia bangga.

Tapi, ada satu yang membuatnya bingung. Kemana dia, padahal dia adalah orang yang sangat penting berada di sini. Seharusnya dia yang menjadi penguji di sini. Ada apa dengannya.

Guntur menyingkir dari kursi kebanggaannya membiarkan para anggotanya latihan untuk memperkuat serangan.

Dia menuju halaman depan, mengambil ponsel yang berlogo apel digigit dari saku sebelah kirinya. Menelpon seseorang.

Tidak kali hubungan tapi tidak diangkat. Kemana dia? Ada apa dengannya?

"Ck Lo kemana sih Bay!"

***

Seorang pemuda dengan perawakan tinggi, badan tegap, mata yang mengisyaratkan bahwa ia sedang menahan emosi, berjalan dengan tatapan datar menuju sebuah bangunan tua yang sudah dimodifikasi.

Guntur SyandyakalaWhere stories live. Discover now