22. ARENA MALAM

11 2 0
                                    

22. ARENA MALAM
.
.

Jangan baca doang, votenya juga yaa kalau bisa comment nya juga

Happy Reading 🐣🧡

Saat ini Gibran, Reyland, dan juga Bayu tengah berada di pintu utama rumah bertingkat yang mewah dan megah. Rumah yang dihiasi tanaman-tanaman hias yang mungkin harganya puluhan bahkan ratusan juta rupiah.

Bayu sudah menekan bel rumah itu sedari lima menit yang lalu. Tidak lama kemudian, muncullah seorang wanita paruh baya yang rambutnya dicepol sembarang dan menggunakan daster, dia adalah Niken–mama Guntur.

"Waalaikumsalam, maaf ya lama Tante abis dari kamar mandi tadi."

"Gapapa Tante."

"Yaudah masuk yuk." Niken mengajak ketiga pemuda yang tidak lain adalah sahabat putra satu-satunya.

"Tante buat minum dulu, kalian langsung masuk aja ke kamarnya Guntur," ucap Niken yang kemudian diangguki oleh tiga pemuda dihadapannya itu.

Tiga pemuda itu langsung berjalan menuju tangga, tidak lupa lupa Reyland yang tengah menenteng plastik bewarna putih sambil tangan yang satunya lagi sibuk memegang stik permen susu mahalnya.

Mereka bertiga berhenti didepan pintu putih yang terdapat sticker BALVAGOS terpasang di sana.

Tanpa mengetuk terlebih dahulu, ketiganya langsung masuk ke dalam kamar itu dan betapa buruknya pemandangan bagaimana tidak Guntur yang tengah duduk di atas sofa tanpa menggunakan baju hanya menggunakan celana pendek bermotif monyet dan jangan lupa bungkus makanan yang berada dimana-mana.

"ASTAGHFIRULLAH MATA GUE!"

Suara itu, suaranya Gibran.

Gibran melotot sambil tangannya menutupi mata Reyland, "Rey tutup mata Lo gak boleh liat dosa."

Bayu hanya memutar bala matanya jengah, sambil melempar bantal guling ke arah Guntur, "pake baju Lo."

Guntur kemudian mengambil bajunya yang tergantung di lemari, "kalian sih masuk itu ketuk dulu, Guntur ada di dalam gak? Atau nggak kek assalamu'alaikum," ucap Guntur sambil memakai bajunya.

"Pesanan gue mana?" Tanya Guntur sambil menyodorkan tangannya.

"Nih, gue gak yakin Lo sakit." Reyland memberikan plastik putih yang berisikan pesan Guntur tadi kepada Gibran.

"Yee enak aja Lo, gini-gini gue juga manusia."

"Modelan kayak Lo, sakit gak sakit sama aja nyebelinnya."

"Gak boleh gitu, inget gue siapa."

"Iya bapak ketua."

"Nah pinter."

***

"Oh iya, nanti malam bapak gue ngajakin pergi katanya dia bilang boleh ngakain Lo pada, Lo pada mau ikut gak?" Tanya Senja.

Memang sekarang Senja, Karina, Dinda, dan juga Safa tengah berada disalah satu pusat pembelanjaan. Tempat itu kebanyakan diramaikan oleh muda-mudi.

Seperti keempat gadis itu, mereka ingin merasakan rasa baru kopi di salah satu kedai yang cukup terkenal di sana.

"Gak kayaknya gak bisa deh, nanti babe pulang jadinya aja gak bisa kemana-mana," ujar Dinda.

"Gue juga gak Nja, kalo Dinda ngak juga juga ngak." Karina ikut menimpali.

"Lah kenapa gue?" Tanya Dinda.

"Ya kan biasanya gitu, mami gak ngjinin gue kalo Lo gak ikut."

"Kan ada Senja ada Safa?"

"Lo kayak gak tau aja Din. Kan biasanya gitu, siapa suruh kita tetanggaan jadinya aja gue ngekor Mulu sama Lo," ucap Karina dengan muka cemberutnya. Maminya memang over kepadanya, semenjak Dinda menjadinya tetangganya apa-apa tanya Dinda dulu. Katanya sih, "biar ada yang jagain kamu mami gak tenang kalo biarin kamu sendiri walaupun ada Senja sama Safa juga."

Kalau dulu, kakak Karina masih berada di Indonesia, dia akan selalu menjaga adiknya 24/7. Karena ada sebuah kisah yang menjadi trauma tersendiri bagi keluarga Karina.

Bukan hanya kepada Dinda, mami Karina juga menitipkan Karina kepada Senja dan juga Safa, makanya ketiga temannya itu masing-masing mempunyai nomor ponsel maminya.

"Oh iya, yaudah Lo jangan ikut aja Rin, temenin mami Lo aja biar tenang," ucap Senja.

"Lo Fa? Gimana iku gak?" Tanya Senja ke arah Safa.

"Gak deh, gue mau maskeran di rumah. Males gue keluar," jawab Safa.

Senja menghela napas, "jadi gue sendiri dong?"

"Ya ngak, Lo sama bapak Lo gak sendiri Senja," ujar Karina.

"Iya Rin benar Lo."

***

Masih di kamar sang ketua BALVAGOS, keempat pemuda itu kini tengah menikmati cemilan yang disuguhkan oleh Niken. Bundanya Guntur itu saat ini tengah pergi ke supermarket katanya mau beli telur.

"Nanti om Damar ngajakin ke arena," ujar Bayu.

"Lo ikut?" Tanya Bayu lagi.

"Ikut gak? Ikut gak? Ikut lah masa enggak," timpal Gibran.

PUK.

Bantal guling itu mendarat sempurna di atas muka Gibran yang kini tengah menikmati kuaci, "yaallah muka ganteng gue, hari ini udah lima kali gue ditimpuk," ucap Gibran.

"Yang pertama, "timpal Reyland

"Pagi tadi emak gue lemparin handuk suruh mandi."

"Yang kedua,"ujar Guntur.

"Pas mau berangkat di gerbang rumah gue, ada burung ehh dia pup sembarangan."

Ucapan itu mengundang tawa ketiganya.

"Gapapa kata orang biasa yang di pup-in itu biasanya dapet rezeki," ujar Reyland.

"Iya sih tapi ya tadi gue minta uang jajan ke bapak gue gue malah ditimpuk pake bantal sofa."

"Untung aja gue sabar," ucap Gibran sambil mengelus dadanya.

"Jadi ikut gak?" Tanya Bayu kepada Guntur.

"Ikut dong," jawab Guntur.

"Kan Lo sakit," ujar Reyland.

"Udah sembuh."

"Iya sih modelan Guntur mana betah dirumah, diskors aja keliling-keliling kayak gak punya rumah aja Lo."

•••••
HAI EVERYONE!

NEXT PART GAK?

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT YAA
THANKS!
🐣🧡

(Don't forget to follow me)
zazaatan

November 2021

Guntur SyandyakalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang