BAB 25 - Skenario Pemula

Start from the beginning
                                    

"Lo diem aja deh. Gue belum selesai bicara juga. Ngerusak aja dari tadi."

"Ya lo ngapain ajak dia ke toilet. Kan Tasya juga nggak selalu ngajak seseorang ke toilet."

Reva langsung menginjak kasar kaki Romeo. Agar kesakitan itu bisa ia rasakan. Dan diam sampai diskusi ini selesai. Karena Reva seakan kesal dengan mulutnya yang terlalu cerewet. Padahal dia laki-laki, tapi suka menangnya sendiri seperti perempuan. Meskipun tak ada salahnya pendapat Romeo ditampung. Mungkin itu bisa menjadi pertimbangan. Tapi pemikiran Reva saat ini sudah dibuat matang-matang bahkan tidak bisa diganggu gugat. Karena Reva juga tak sebodoh itu merancang semuanya. Bahkan satu celahpun tak akan pernah ia lewati. Melihat berbagai kemungkinan dari berbagai sisi yang ada.

"Udah, puas?"

"Lo gilak ya!"

Reva langsung memalingkan wajahnya kepada Tasya kembali. Ya meskipun Tasya hanya bisa geleng-geleng kepala karena perlakuan konyol mereka. Dan selalu bertengkar di setiap waktu. Sampai pembahasan yang seriuspun harus mereka lewati. Demi kepentingan diri sendiri yang tak akan ada habisnya.

"Jadi nanti kalau dia lagi nunggu di dalam. Gue sama Romeo bakalan nunggu diluar. Ya lo lama-lamain aja deh, sembari nunggu yang lain keluar juga gitu."

"Ya itu bisa diatur sih Va."

Tasya meresponnya dengan santai. Dengan wajah ketenangan dibalut kepercayaan tinggi terhadap Reva. Ia yakin bahwa hal ini tak akan seburuk jadinya nanti. Karena Reva sudah kenal Mily dari lama. Jadi tak mungkin ia tak tau apa saja sikap yang diperlihatkan Mily selama ini. Meskipun terkenal wibu, namun Mily tak setertutup itu dalam dunia sekitarnya.

"Terus habis itu kita sikat dia gitu?"

"Ya nggaklah dungu. Kalau kayak gitu, kita kena dong!"

"Iya juga sih, terus gimana dong?"

Perbincangan itu terus berlanjut. Hingga mereka tak sadar bahwa 2 menit lagi bel masuk akan berbunyi. Hal itu mulai terasa saat Romeo melihati waktu yang ada di handphone-nya. Ia merasa hal ini tak bisa dibiarkan lama-lama. Karena mungkin akan ada seseorang yang melihat dan mereka akan mampus.

"Eh Rev, cepetan deh mendingan. Soalnya ini mau bel masuk."

"Aduh, oke gua lanjut ya."

Semua mengangguk. Dan Reva memilih jalan pintas untuk meringkas rencananya yang cukup panjang. Dengan akhiran yang begitu menakjubkan. Semua cukup senang dan melemparkan senyuman sinis satu sama lain. Kembali menuju kelas masing-masing dan menikmati kelelahan selanjutnya.

Sepulang sekolah, Romeo dan Tasya kali ini berpisah. Dan harus mereka jalani untuk tercapainya misi ini. Bahkan mereka harus rela saling cuek. Agar acting yang mereka gunakan sesuai dengan rencana. Tak lain juga agar si Mily bisa percaya akan keadaan yang dialami Tasya saat ini.

"Eh Mil!"

Langkah Mily yang hendak keluar dari pintu kelas terhenti. Wajahnya yang nampak kusut dan malas berdebat itu terlihat jelas. Romeo hanya bisa diam dan terlihat sedih. Ketika temannya tak lagi melihatnya dengan nada bahagia. Tak seperti apa yang dirasakannya dulu. Tasya dengan cerianya. Melanjutkan skenario yang telah dirancang matang-matang oleh Reva.

"Iya, kenapa Sya?"

"Kamu sendirian aja. Mau ikut aku dulu nggak?"

Tatapan Mily bukan mengarah ke wajah Tasya yang sudah ramah mengajaknya. Melainkan menatap Romeo yang sedari tadi memainkan jarinya di kelas sendirian. Entah apa yang dirasakan Mily saat itu. Apa dia curiga atau bagaimana itu adalah hanya dia yang tau.

"Gimana?"

"Oh, boleh. Kemana memang?"

"Ke toilet dulu kali ya. Aku mau kencing dulu nih kebelet. Yuk!"

Romeo and His CrushWhere stories live. Discover now