TIGA PULUH ENAM: LO PENTING BUAT GUE!

Mulai dari awal
                                    

"Kirain aja you udah wik wik wik gitu sama Alexander." Caldora menghela napas lega sambil mengusap dadanya yang tadi berdegub-degub.

Perempuan yang mengenakan bandana merah muda itu tertawa karena perkataan temannya itu.

"Jadi maksud you 'lebih dari itu' apa?" tanya Caldora.

"Pasti lo enggak bakal percaya deh." desis Evalina.

"Tergantung sih."

"Coba deh tebak dulu."

"You enggak mungkin, kan, makan malam sama keluarga mereka?"

Evalina langsung mengangguk mantap. Ternyata Caldora berbakat menjadi paranormal permisa!

"Betul banget tebakan lo, gue memang udah makan malam sama keluarga Alexander."

"Ah. You gila. Pasti you lagi ngarang cerita, kan."

Evalina mendengus. "Beneran tahu. Gue udah ketemu ibu dan adik perempuannya Alexander."

Caldora memijat pelipisnya. "Ini beneran nggak sih?"

Bukannya tak percaya atau apa. Tapi kok sat set sat set banget sih. Cepat banget progresnya. Namun, Caldora ikut senang dan bahagia mendengar kabar itu.

Karena Caldora tahu, temannya itu walaupun masih belum mau mengakui secara langsung bahwa ia menyukai Alexander. Namun, semua terlihat jelas, setiap Evalina membicarakan Alexander, perempuan itu selalu bersemangat dengan mata yang berbinar-binar.

"You beruntung banget deh. I yang udah lama kenal sama dia aja belum pernah sama sekali loh ke rumahnya." Caldora menepuk bahu Evalina. "Gue boleh dong kapan-kapan sepedaan sama lo."

"Untuk apa?" Sebelah alis Evalina naik.

Senyum kecil terlukis di wajah gadis sipit itu. "Ya... mau mampir ke rumahnya Alexander lah. Hehehe."

"Kirain mau minta makan. Hehehe." Caldora ikut tertawa. "Masakan ibunya enak banget loh."

"Ah... i iri deh sama you." Caldora pura-pura memberengut namun setelah itu ia tertawa renyah.

Evalina dan Caldora pun akhirnya mengganti topik pembicaraan. Sekarang Caldora yang antusias menceritakan kalau ia akan pergi keliling dunia setelah lulus sekolah.

Tidak heran sih. Caldora adalah anak sultan. Evalina hanya mengangguk-angguk, menggeleng-gelang kemudian tersenyum ketika mendengarkan cerita menakjubkannya.

Caldora juga baru saja memberitahu kalau ia akan berkuliah di Amerika ketika Alexander tiba di ambang pintu kelas.

Cowok itu menyipitkan mata melihat Evalina. Alexander menatapnya dalam. Sepertinya menyadari ada yang berbeda hari ini dengan perempuan berlesung pipi itu.

"Alexander..." sapa Evalina ketika cowok tinggi itu melintasi meja yang Evalina dan Caldora duduki.

"Apa?"

Evalina langsung membuka ransel merah mudanya. "Oh iya, ini buku catatan lo yang gue pinjam tadi malam."

Cowok tinggi itu mengambilnya tanpa berkata-kata.

"Btw, di belakang halamannya ada no hape gue loh." Evalina memilin bibir.

"Hah? Enggak penting." kata Alexander tajam.

Perempuan itu tersenyum ceria. "Penting enggak penting. Simpan aja ya dulu."

Alexander hanya menjawab dengan helaan napas berat. Kemudian melanjutkan langkah kakinya menuju singgah sananya.

"Alexander." panggil Evalina lagi.

Cowok itu tidak berbalik untuk melihat Evalina. "Apa lagi?"

"Tadi lo jemput gue?" tanya perempuan itu.

RAJAWALITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang