the sunflower

5.3K 710 90
                                    

ASKfm | angkasaa | 5 years ago

Anonymous14: I may not know you, but I always wish you the true happiness, Sa. 
angkasaa: And I want you to always be happy too.

***

       Apartemennya.

       Angkasa benar-benar tahu cara terbaik menyakitiku. Dia kembali ke apartemen yang dia tinggalkan untukku. Mungkin dia memang ingin menunjukkan bahwa sekarang dia adalah Angkasa yang sama seperti Angkasa dulu. Bedanya, saat ini dia tidak lagi menganggapku.

      Aku tahu Angkasa pandai bersandiwara. Angkasa yang pura-pura bahagia. Bagaimana dia bisa berkawan dengan siapa saja, ramah sapaannya, hangat senyumnya, tengil gayanya, keluarga yang berada--semua orang pikir hidupnya sempurna. Ternyata salah. Ternyata ada satu yang berantakan. Hatinya. Pahit hatinya perlahan-lahan menghancurkan dirinya.

      Aku sudah melihat itu semua. Dia mahir menutupi semua kekacauan hidupnya. 

      Jauh di dalam lubuh hatiku, aku ingin percaya jika apa yang ia tunjukkan kepadaku akhir-akhir ini adalah sandiwara. Aku berharap Angkasa dan Avelle adalah kebohongan. Di dalam mimpi terliarku, aku yakin Angkasa tidak semudah itu melupakan aku. Namun, jika harapanku benar, sandiwara Angkasa tetap terlalu menyakitkan.

      Apa salahku sampai dia harus menyakitiku sejauh ini? 

      "Ta, udah sampai."

      Aku mengerjap. Indekosku sudah di depan mata, tetapi aku tidak punya keinginan untuk turun. 

      "Jalan-jalan, Thur," ucapku pelan sambil mengamati sisa-sisa rintik hujan di kaca mobil.

      "Jalan-jalan gimana?"

      "Ya, jalan-jalan aja."

      "Ta? Are you okay?" Arthur menyentuh bahuku dan aku menoleh.

      "I don't wanna be alone right now." Aku tersenyum. Sakit di hatiku berusaha kuabaikan.

      "Are you sure?" 

      "Sakit, Thur." Bibirku bergetar. Air mataku terus berjatuhan. "Kayak... badan gue luka-luka, tapi gue nggak bisa lihat lukanya. Rasanya ada sesuatu di tubuh lo yang dicabut paksa, terus lo jadi hampa aja, gitu. It's killing me."

      "Ta--"

      "So I don't wanna get back to my room, alone, just crying over my stupid life and a guy who doesn't even look at me anymore. Gue udah terlalu capek nangis sendirian di kamar. Gue mau di luar aja seharian ini, boleh?"

       Arthur menarikku masuk ke pelukannya. Tangisku lepas begitu saja.

      "Let's runaway with me, Amarta."

***

       Arthur membawaku ke sebuah kebun bunga matahari. Terakhir aku melihat kebun bunga adalah kebun bunga peony di rumah Angkasa. Kebun yang dia buat karena Anonymous14 yang suka peony. Kebun yang mungkin tidak akan pernah bisa aku datangi lagi. Aku tidak punya alasan lagi untuk datang ke sana. Dulu aku bisa menikmati kebun itu karena aku orang yang spesial bagi Angkasa. Sekarang? Aku hanyalah orang yang tidak lagi dia anggap.

       Semilir angin menyapu wajah dan rambutku. Cuaca semakin sejuk karena hujan baru saja berakhir. Kupejamkan mataku. Kapan hujanku berakhir? Kapan aku bisa mendapat kesejukan lagi?

       "Strawberry for you. Pas tadi sisa satu yang stroberi."

        Aku membuka kedua mataku. Arthur baru kembali dan duduk di sebelahku dengan dua milkshake di tangannya. Dia menyerahkan milkshake stroberi kepadaku lalu menyesap milkshake-nya yang berwarna putih, rasa vanilla.

I'll Tell The Stars About You | The Stellar Shelf #1Where stories live. Discover now