the other sides

6.8K 881 34
                                    

ASKfm | angkasaa | 7 years ago

Anonymous14: Your life it were a classical music?
angkasaa: Concerto in D Minor, BWV 974, 2. Adagio.

***

      Sudah ada lebih dari lima kos-kosan yang aku datangi. Aya ikut membantuku mencari nomor telepon pemilik kosnya dan Arthur ikut untuk menjadi sopir kami mendatangi kos demi kos. Sayangnya, tidak ada yang cocok. Ada yang kosnya nyaman dan asri, tetapi harganya tidak jauh beda dari kosku sekarang. Ada yang harganya masuk di kantong, tetapi kamarnya spooky dan super sepi. Ada yang cocok dari segi kamar, lingkungan, dan harga, tetapi lokasinya di pelosok sampai Range Rover Arthur harus masuk ke desa-desa. Haduh. 

     "Guys, nanti lagi aja kita lanjutin hunting-nya," kataku ketika mobil Arthur sudah kembali melaju di tengah kota. Aku melirik jamku. Pukul tiga sore. "Arthur ada jadwal foto kan sejam lagi."

     "Nggak apa-"

     Aku menyela Arthur, "Thur. Lo kebiasaan deh. Jangan ninggal-ninggalin kerjaan, ah."

     Arthur menghela napas. "Fine. Tapi lo nggak apa-apa?"

     "Ya, nggak apa-apa. Gue masih bisa stay di kosan yang sekarang sampe akhir bulan kok," ucapku. 

     "Iya, Thur, masih ada waktu," timpa Aya yang duduk di kursi belakang. "Jangan khawatir kayak Amarta nggak punya rumah gitu deh."

    "Bukan gitu." Arthur tertawa pelan selagi memutar setir. "Tadi gue cuma mau mastiin aja. Pokoknya kalau butuh apa-apa bilang aja ke gue ya, Ta."

    Aku mengangguk. "Siap, Bos."

    "Lo mau langsung dianter ke panti aja, Ta? Searah nih," tanya Arthur dan sekali lagi aku mengangguk.

    "Lagi ada agenda apa, Ta?" Aya bertanya.

    "Nggak ada apa-apa sih. Cuman Bu Emi kemarin telfon minta gue main. Udah pada kangen katanya anak-anak." Aku tertawa.

    Hari ini aku ada kunjungan ke panti asuhan dekat kosku. Pertama kali aku ke sana adalah di tahun pertama kuliah ketika masih menjabat sebagai staf External Affairs di ALSA(1). Salah satu program kerjanya adalah ALSA Act of Kindness di mana saat itu kami melakukan penggalangan dana bagi panti asuhan dan sekolah relawan yang kurang donatur. Sejak aku datang ke panti asuhan karena ikut dalam program kerja itu, sampai sekarang aku masih sering datang ke sana. Biasanya aku datang membawa buku-buku yang sudah tidak kubaca atau membacakan cerita ke anak-anak di sana atau juga bikin kue. Pokoknya hal-hal menyenangkan seperti itu.

    "Gue nebeng sampe studio lo, ya, Thur. Kerja kelompok gue di cafe samping studio lo soalnya," kata Aya saat mobil Arthur sedikit lagi sampai di panti.

    "Oke," balas Arthur yang memarkirkan mobilnya di depan panti. "Nanti gue jemput, Ta?"

    Aku menggeleng. Tadi pagi, aku lebih dulu mengiyakan tawaran Angkasa yang menawarkan diri untuk menjemputku di panti asuhan. Jadi, tidak mungkin mengiyakan Arthur.

    "Sendiri aja. Lo kan juga pasti sampe malem," kataku kepada Arthur dan dia mengangguk.

    "Kalau butuh apa-apa telfon gue ya?" 

   Aku berdecak lalu mendorong kaca mata Arthur yang sedikit melorot. "Iya, Arthur, berisik."

    "See you," ucap Arthur lalu mengacak rambutku. Kebiasaan banget.

    "Dah," aku berkata sambil turun dari mobil. Aya keluar dari pintu belakang dan menggantikanku duduk di depan.

    "Dah, Aya." Aku melambaikan tangan.

I'll Tell The Stars About You | The Stellar Shelf #1Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ