the distraction

6.9K 1.1K 108
                                    

ASKfm | angkasaa | 7 years ago

Anonymous14: i'm having a date tonight :D
angkasaa: i'm jealous and i mean it

***

      Hari ini hari FPT. Seharusnya aku gugup seperti orang-orang pada umumnya. Namun, tidak. Hari  ini aku tidak merasakan apa-apa. Setelah tadi malam aku meninggalkan apartemen Angkasa dan menangis sepuasnya di indekos lalu terjaga sampai pagi, aku hanya merasa kosong. Dadaku masih terasa seakan sedang diikat, hanya saja aku tidak lagi memberontak karena aku sudah kelelahan.

      Itu semua membuatku kehilangan banyak tenaga. Bahkan pagi ini, aku mencoba untuk menangis lagi, tapi tidak bisa. Sekadar tersenyum saja, tidak bisa. Satu-satunya yang bisa kulakukan dengan mudah adalah diam dan melamun.

      "Sekarang bisa langsung dijelasin aja, ya, kenapa ambil tagline 'Unites the Colours'?" 

     Aku mengerjap saat Mas Arya--VPO ArtEx tahun lalu--mengajukan pertanyaan. "Iya, Mas?"

     "Mungkin saya yang akan jawab, Mas," kata Arthur yang menyadari keterlambatanku.

     Mas Arthur mengangkat tangannya. "Nggak, Thur. Gue mau Amarta yang jawab. Dia kan PO harusnya nggak perlu mikir lama-lama untuk jawab pertanyaan ini."

     Aku meneguk ludahku. Lima panelis FPT menunggu jawaban kami dengan tatapan yang sangat serius sehingga aku gugup setengah mati. Ada dua panelis dari BEM selaku steering comittee, Mas Arquel dan Mbak Azzalya. Tiga panelis lainnya adalah panitia ArtEx tahun lalu, termasuk salah satunya Mas Arya. Kepalaku bertanya-tanya, bukankah harusnya ada Angkasa sebagai panelis? Namun, kenyataannya dia tidak ada dan aku mensyukuri itu. Setidaknya, ini semua bisa menjadi lebih mudah.

     "Hmm..." Aku berdeham kecil. "Karena ArtEx akan menjadi tempat para seniman-seniman muda mengekspresikan dirinya melalui lukisan, maka kami pilih slogan Unites the Colours. Para seniman-seniman yang memajang karyanya di ArtEx tentu saja membawa warna mereka sendiri melalui lukisan mereka dan nantinya di ArtEx--"

     Bibirku kelu ketika tiba-tiba ada yang berjalan santai memasuki ruang rapat dengan postman bag tersampir di bahunya sambil mengunyah permen karet. Seperti biasanya, datang terlambat. Dia mengambil posisi tepat di hadapanku, seakan kursi dan meja kosong di depanku ini memang ditujukan untuknya. Aku menunduk sebentar dan mencoba menarik napasku. Tenang, Amarta. Angkasa memang mempengaruhiku dan dia tidak boleh tahu itu.

     "Amarta, gimana? Kok diam? Mau dilanjut nggak?" pancing Mas Arya tanpa senyum. Astaga, seram sekali ruangan ini.

     Aku berdeham lagi dan aku merasakan tatapan Angkasa mulai lekat menatapku. "I-Iya, Mas. Jadi nanti di ArtEx, lukisan-lukisan ini membawa warna mereka sendiri-sendiri dan ArtEx menjadi satu wadah untuk lukisan-lukisan ini menampilkan warna-warnanya."

     "Hah? Gimana? Bisa dijelasin lebih komprehensif aja nggak? Sederhana aja, biar semua orang gampang paham," balas Mas Arya.

      Sialan. Jantungku berdegup kencang dan keringat dingin mulai membasahi tanganku. Gugup karena FPT ini terasa mencekam dan gugup karena Angkasa ada di sini, di depanku. 

     "Baik, hmm, jadi--"

     "Udah, Arthur aja lah yang jelasin kalau Amarta kesulitan," Angkasa angkat suara. 

     "Nggak dilempar ke VPO gitu aja dong, Sa." Mas Arya menautkan alisnya. "Ini masa PO-nya nggak bisa jawab tagline acara dia sendiri?"

     Angkasa berdecak. "Mau gimana kalau PO-nya nggak bisa? Mau lo paksa?"

I'll Tell The Stars About You | The Stellar Shelf #1Donde viven las historias. Descúbrelo ahora