the canceled lunch

5.4K 799 49
                                    

ASKfm | angkasaa | 7 years ago

Anonymous14: Hai, kok silent akhir-akhir ini?
angkasaa: Kemarin minum kopi terus masuk rumah sakit :(

***

     "Astaga, serius?!" 

     Bibirku tidak pegal tersenyum setelah melihat publikasi BEM mengenai hasil FPT ArtEx. Kami lulus FPT! Setelah drama FPT waktu itu, aku pikir kami bukan lulus bersyarat. Namun, ternyata kami betul-betul lulus. Artinya, aku tidak perlu lagi menjalani banyak hearing bersama committee dan membicarakan banyak hal. Mungkin hanya satu dua hearing untuk memantau progres. Aku menutup wajahku yang sekarang pasti bersemu merah karena terlalu berseri-seri. Oh, Tuhan, akhirnya satu beban sudah hilang.

     "Serius!" ucap Arthur tidak kalah bahagia. Dia tertawa sebelum membawaku ke dalam pelukan, padahal kami di tengah-tengah lobi FH. "Lo keren, Ta."

    Aku menepuk pundaknya. "Lo juga keren, semua panitia keren! Tapi maaf, ya, mungkin nilai FPT kita bisa lebih tinggi lagi kalau nggak pake drama."

     "Ngomong apa sih?" Arthur menarik diri dan mencubit pipiku. "Ini aja nilai kita nyentuh 80 udah bagus. ArtEx tahun lalu aja cuma 78. Mas Aksa lo kalahin."

    Aku tersenyum. Ah, Angkasa, apa dia sudah tahu ini? Kemungkinan besar sudah karena dia menjadi panelis. Akan tetapi, aku akan tetap memastikan dia tahu kalau aku berhasil mengalahkan nilai FPT-nya di depan mata kepalaku sendiri!

     "Iya, ini gue mau makan siang sama Angkasa. Gue mau pamer sekalian," balasku sambil cekikikan. Ya, ampun, aku tidak sabar melihat reaksi wajahnya yang tengil itu setelah mengetahui nilai FPT-ku lebih tinggi dari nilai FPT-nya.

     "Oh, I thought we could have a celebration lunch today. Tapi lo udah ada janji sama Mas Aksa?" tanya Arthur. 

     Aku menyadari senyumnya tidak sampai mata seperti biasanya. Sialan. Mau tidak mau aku pasti menolak ajakan Arthur. "Maaf, ya, Thur..."

     "Nggak apa-apa," jawabnya santai, meski aku tahu matanya berharap aku memilih pergi sama dia. "Akhir-akhir ini memang lagi sering makan siang sama Mas Aksa, ya, Ta?"

     Aku kesulitan meneguk ludahku. Sejak Angkasa menampilkan 'pertunjukkan' perdananya di depan Arthur waktu itu dan aku banyak pergi sama Angkasa, aku tahu Arthur cepat atau lambat akan menanyakan pertanyaan ini. Hanya saja, walaupun aku sudah menduganya, aku tetap gelagapan menjawabnya.

     "Iya," jawabku singkat. Tidak ada pilihan.

     Arthur mengangguk-angguk. "Oh, lagi deket?"

     Demi Tuhan, Arthur stop! Aku menarik napasku. "Memang makan siang bareng udah pasti lagi deket?"

     "Kan nanya aja," balas Arthur yang aku tahu sebenarnya masih punya pertanyaan. 

     Saking lurusnya, Arthur ini orangnya mudah dibaca. Kita salah bicara sedikit saja, raut wajah Arthur bisa menunjukkan bahwa dia merasa tidak nyaman. Namun, karena dia orang yang super baik, Arthur biasanya lebih pilih senyum atau diam saja.

    "Minggu depan Mama ngajak makan malam. Bisa nggak?" Arthur bertanya dan aku merasakan intonasinya yang hati-hati.

     Aku tidak mungkin menolak. Saat ini saja aku sudah merasa orang paling buruk sedunia karena menolak ajakan makan siangnya. "Boleh. Di mana?"

    Senyum Arthur mengembang lebar. "Belum tahu, sih. Nanti gue kabarin, ya."

     "Oke." Aku mengacungkan jempol. "Lo mau ke mana sekarang?"

I'll Tell The Stars About You | The Stellar Shelf #1Where stories live. Discover now