the surprise

6.1K 937 100
                                    

ASKfm | angkasaa | 7 years ago

Anonymous14: are you that jealousy type of guy?
angkasaa: absolutely

***

       "Mas Aksa, gue boleh minta PiC dari pihak Pak Altair, nggak? Mau coba gue hubungin buat keterangan CV. Nanti di talkshow kan bakal dibacain background setiap pembicara."

        Anita menatap Angkasa yang duduk di sampingku. Seperti biasanya, Angkasa selalu tampak santai dengan memegang susu stroberi di tangannya. Kami bertiga bertemu di Starbucks untuk merapikan proposal sedikit-sedikit. Arthur belum datang karena masih ada kelas. Mungkin sebentar lagi selesai.

       "Gue aja jadi PiC-nya," Angkasa menjawab Anita.

       "Oh, gitu? Gue pikir ada lagi kayak orang kantornya," balas Anita yang mengetik nama Angkasa di spreadsheet pendataan person in charge untuk pembicara.

       "Iya, gue bisa kok. Pak Altair-nya juga udah tahu," ucap Angkasa lagi. 

      Aku yang dari tadi menyimak mereka sambil mengupas kulit bibirku yang kering hanya mengangguk-angguk. "Pembicara lain udah ada PIC-nya, Nit?" tanyaku kepada Anita.

      "Udah, Ta. Tinggal gue konfirmasi ulang aja, sih. Soalnya kan pembicara besar-besar, ya, jadi kayaknya lebih baik konfirmasi berkala dari jauh-jauh hari, daripada mepet-mepet," kata Anita dan aku mengangguk lagi.

      "Atas nama Anita!" 

      "Bentar, guys, ambil minum," ucap Anita lagi ketika barista memanggil namanya.

      Aku mengacungkan jempol lalu kembali menarik kulit kering di bibir. Ih, perasaan aku selalu scrub bibir biar lembab? Aku menoleh saat Angkasa menarik tanganku. "Jangan dikupasin gitu. Nanti luka."

      "Kering," gumamku. Aku tertawa pelan begitu Angkasa mengambil sebuah chapstick dari postman bag-nya.

      "Nih, pake," suruh Angkasa seperti ibu-ibu yang menyuruh anaknya makan.

      "Ini dari bibir lo juga?" bisikku.

      Angkasa menyeringai. "Iyalah. Maunya dari bibir siapa? Arthur?"

      Tuh. Kadang-kadang dia juga yang menggali kubur sendiri! "Apa sih?" 

      "Bercanda, astaga." Angkasa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Dia mengambil chapstick dari tanganku lalu memulasnya di bibirku. 

      Aku ingin tertawa saat Angkasa memakaikan chapstick dan memandangi bibirku dengan sangat serius. Betulan seperti ibu-ibu yang sedang mendandani anaknya. 

      "Sa," panggilku. Wajahnya yang serius benar-benar minta diisengi. "Lo punya chapstick biar bibirnya lembab kalau nyium cewek, ya?"

      Angkasa si tengil ini tersenyum sampai giginya kelihatan. "Tuh, kan, ngetes-ngetes, kan. Nanti kalau diiyain nangis lagi."

     Aku mengerucutkan bibirku. "Nyebelin deh."

     "Jangan manyun gitu, Fergie," katanya selagi mengusap tepi bibirku, membersihkan chapstick yang overlap. Aku menahan senyum waktu dia berbisik, "I can't kiss you right now."

     "Kan lo udah pernah pake chapstick-nya, sekarang gue pake chapstick-nya juga. Berarti sekarang kita lagi ciuman dong," balasku pelan.

     "Oh, no," gumam Angkasa sebelum menunduk dan memegang pelipisnya sendiri. Dia tertawa pelan dan aku ikut menertawakannya. 

     "Sini." Aku mengambil chapstick-nya. 

I'll Tell The Stars About You | The Stellar Shelf #1Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora