the charm

6K 747 46
                                    

ASKfm | angkasaa | 7 years ago

Anonymous14: suka risih nggak sih kalau ada yang sering ngaku-ngaku kayak, "Ih, Angkasa pacar gue!" gitu?
angkasaa: HAHAHAH biasa ajaaa :D

***

     "Hai, Mas Aksa."

     Aku mendengar sapaan dua perempuan ketika aku dan Angkasa baru saja memasuki perpustakaan. Dengan tampang Angkasa yang seperti ini, aku berasumsi bahwa perempuan-perempuan itu bukan sekadar menyapanya, melainkan memang genit saja. Nggak bisa lihat, ya, Angkasa jalan sama aku? Setidaknya kan bisa menyapa aku juga!

     "Hai," balas Angkasa sambil tersenyum. Aku bisa melihat dua perempuan itu mesam-mesem sendiri kena senyuman maut Angkasa. Duh. 

     "Udah lapar belum? Makan, yuk."

     Aku menjawab pertanyaan Angkasa dengan gelengan setelah kami duduk di perpustakaan. Selesai kelas tadi pagi, aku sengaja kabur ke perpustakaan supaya Angkasa tidak menemukanku. Namun, tetap saja dia muncul tiba-tiba, mengikuti jalanku ke perpustakaan dan mengajakku bicara yang kutanggapi seadanya. 

    Iya, ini masih masalah obat. Aku merasa buruk karena aku tidak berani jujur. Sampai sekarang, aku bingung mengapa aku tidak bisa terbuka saja kepada Angkasa dan Arthur. Seharusnya aku bisa mengaku kepada Arthur bahwa aku membeli obat untuk Angkasa dan seharusnya aku bisa mengatakan kepada Angkasa bahwa aku menyerahkan obatnya untuk mamanya Arthur. Itu yang seharusnya dan aku tidak berhasil melakukannya. Nyaliku belum cukup besar menerima jika ada salah satu dari mereka yang harus kukorbankan.

    Angkasa berkata lagi, "Ya udah, cari es krim aja deh." 

    "Nanti aja," balasku tanpa menatapnya. Mataku fokus kepada buku di tanganku, walau kepalaku tidak. Kalimat yang sama sudah kubaca lebih dari sepuluh kali karena sebenarnya aku tidak fokus sama sekali.

    Dia diam sebentar sebelum bertanya, "Lagi baca buku apa sih?" 

    "Lihat aja sendiri."

    Angkasa menghela napasnya. "You can just answer it."

    "Danielle Steel. Second Chance," jawabku tidak ingin memperpanjang masalah. 

    "Bagus?" tanyanya lagi, belum menyerah mencari topik.

    Aku mengangguk.

    "Tentang apa?"

   Karena jawabannya akan panjang, aku memutuskan tidak menjawab.

    "Romance, ya?" pancingnya lagi.

   Aku hanya bergumam dan Angkasa kembali diam. Tampaknya dia mulai menyadari keanehanku. "Lo lagi kenapa, Ta?" 

    "Nggak apa-apa kok."

    "Gue ada salah?"

    Pertanyaannya membuatku semakin merasa buruk. Air mataku sudah menunggu untuk turun karena aku merasa bersalah dan tidak bisa menjelaskan apa-apa. Aku mengangkat buku sampai menutupi wajahku dan menggigit bibirku, tetapi jemari Angkasa mendorong bukuku turun.

    "Kenapa, Ta? You've been quiet since yesterday." Dari atap mataku, kulihat Angkasa menyipitkan matanya kebingungan. "Lo masih kepikiran tentang apartemen gue?"

    Astaga. Dia masih mengira kalau ini semua karena kesalahannya. "Bukan."

    "Nggak suka karena tadi ada yang nyapa?"

    Apa?! "Nggak, astaga."

    "Terus kenapa?" desaknya. Aku bisa mendengar rasa frustrasi dari suaranya.

I'll Tell The Stars About You | The Stellar Shelf #1Where stories live. Discover now