DUA PULUH DELAPAN: LUCU DAN GEMESIN

Mulai dari awal
                                    

Cowok tinggi itu melangkah melewati ambang pintu. Ia nyaris seperti malaikat, cahaya yang menyinarinya membuat orang-orang silau dengan pesonanya.

Sadar ada yang memperhatikannya, Alexander menoleh ke meja paling depan dekat pintu. Matanya berkilat dan tajam.

"Apa?" tanyanya cepat.

Evalina dan Caldora saling tatap beberapa saat lalu kompak menyahut. "Enggak papa."

"Kenapa lo lihatin gue?" tanya Alexander kepada Evalina karena mata elang itu sekarang menuju telak ke arahnya.

Perempuan berkepang dua itu bangkit dari kursinya sambil mengacak pinggang. "Mata-mata gue. Suka-suka gue lah mau lihat siapa aja. Itu hak gue kali."

"Gue punya utang sama lo?" desis cowok berjaket jins itu.

Evalina berpikir satu detik. Kenal aja baru, ya tidak mungkin lah sudah melakukan transaksi utang piutang. "Enggak sih." jawab Evalina cepat.

"Ya udah. Kalau gitu lo enggak usah lihatin gue" Cowok itu menghempaskan kedua tangannya di atas meja.

Evalina tersentak sesaat. Kalau tidak ada meja yang menghalangi antara mereka mungkin sudah ia tendang tuh masa depan cowok itu.

"Kok lo nyolot sih!" Perempuan berlesung pipi itu mendongakkan dagu, menantang.

Melihat tatapan listrik antara Evalina dan Alexander, Caldora meneguk ludah. "Sudah-sudah you sabar dong."

"Habisnya dia jadi cowok ngeselin banget ih. Mau gue cakar-cakar mukanya deh." cetus Evalina sambil menunjuk Alexander dengan jari telunjuknya.

Cowok tinggi itu bersedekap. "Bilangin teman lo, jadi cewek jangan berisik." katanya kepada Caldora.

"Hehehe. Iya... nanti i bilangin kok. You jangan berisik yaaa." Caldora mengusap kepala temannya itu.

Kepala Evalina sudah mendidih. Ingin pecah. Caldora kok malah tidak berpihak dengannya sih.

"Caldora... kok lo malah nurut aja sama dia." Perempuan berkepang dua itu memberikan tatapan dongkolnya.

Caldora berbisik. "Soalnya mata Alexander indah banget. Jadi i nurut aja deh."

"Lo harus sadar sekarang juga!" Evalina mengguncang bahu temannya.

"Iya, iya, ini i udah sadar kok." Caldora menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal.

Tadi apa yang sudah Caldora lakukan? Kok mendadak linglung begini? Apakah ia baru saja kena hipnotis? Makasih ya Evalina sudah menyadarkannya!

Setelah berhasil menyadarkan temannya, Evalina kembali memberikan tatapan berapi-api kepada Alexander. "Untung ya gue ini sabar anaknya... kalau enggak gue bakal..."

"Bakal apa?" potong Alexander cepat sebelum perempuan itu selesai ngecerocos.

Nah, kan, jadi lupa mau bicara apa. Apa-apan sih! Orang belum selesai ngomong juga udah main potong aja.

"Hmmm..." Perempuan itu memikirkan kata-katanya yang hilang diujung lidah.

Alexander langsung mencetus. "Lo nanti pulang naik angkot aja!"

Perkataan itu sukses membuat bulu roma Evalina berdiri. "Eh kok gitu. Kan lo yang jemput gue. Jadi gue pulangnya harus sama lo juga lah."

"Enggak tanggung jawab banget jadi cowok." semprot Evalina dengan nada sinis.

Cowok berdada bidang itu menaikkan satu alisnya. "Memangnya gue hamilin lo jadi harus tanggung jawab gitu."

Caldora terkekeh ringan lalu menyahut perdebatan antara Evalina dan Alexander. "Pasti anak kalian bakal lucu dan gemesin deh."

"Buruan gih nikah!" Gadis sipit itu menyengir.

Ucapan dengan nada jail itu berhak mendapatkan pelototan mata dari mereka berdua.

"Ups sorry." kata Caldora lalu menutup bibir tipisnya. Namun masih terdengar suaranya yang sedang menahan tawa.

Tentu saja Evalina akan memberikan Caldora jurus gelitikan maut andai saja bel masuk belum berbunyi.

Alexander langsung memalingkan wajahnya, seperti menyembunyikan sesuatu. Kedua mata Evalina menyipit mencari sesuatu itu. Namun tidak ia temukan.

Cowok tinggi itu segera duduk di bangkunya dan wajahnya... sangat ganteng. Evalina bisa melihatnya dengan sangat jelas. Alexander sangat ganteng.

Maaf... mungkin sudah seribu kali Evalina mengatakan cowok itu sangat ganteng. Ia berjanji akan mencari kata lain untuk mendefinisikan cowok itu.

Evalina kini sudah duduk di samping Alexander. Tidak ada obrolan yang tercipta. Mereka berdua hanya menunggu guru pelajaran yang akan masuk.

Terasa canggung. Terasa malu. Terasa geli. Kata-kata mutiara Caldora yang bilang anak mereka bakal lucu dan gemesin itu membuat Evalina tersenyum sendiri sekarang.

Evalina membayangan anaknya akan beralis tebal yang tentu mewarisi gen bapaknya. Senyumnya pasti manis tentunya itu dari gen dirinya. Wajahnya imut namun berkarisma. Gabungan dirinya dan Alexander.

Bodoh! Kok bisa sih Evalina memikirkannya!

Tidak!

Amit-amit jabang bayi. Evalina mengelus perutnya sambil mengetuk-ngetuk meja.

Tidak pernah terpikirkan ia akan menikah sama cowok cuek seperti Alexander.

Evalina bingung aja nanti bagaimana cowok itu mengucapkan saya terima nikahnya bla bla bla dengan wajah datar. Pasti menggemaskan!

Namun perempuan berlesung pipi itu tidak mau berpikiran terlalu jauh. Toh ia masih anak sekolah. Perjalannya masih panjang dan berliku-liku.

Dan Alexander juga belum tentu menikahinya. Karena mereka benar-benar tidak dekat. Dan biasa saja.

Lihat deh sekarang, cowok tinggi itu sibuk sendiri memainkan pulpen di tangannya. Alexander sedang asik dengan pikirannya sendiri.

Alexander pasti tidak memikirkan hal yang seperti Evalina pikirkan.

Jadi, sebaiknya, seharusnya, mohon jangan berharap lebih! Evalina mengingatkan dirinya sendiri.

***

VOTE DAN KOMENTAR YA. GRATIS KOK :)

SEPERTINYA 5K KOMENTAR BISA DEH.

SPAM ❤️ DI SINI!

GIMANA MENURUT KALIAN CERITA RAJAWALI?

KASIH SARAN CAST YANG COCOK BUAT MEREKA BERDUA DONG.

CAST EVALINA SIAPA?

CAST ALEXANDER SIAPA?

SPAM KOMENTAR 😊 DI SINI LAGI YA BANYAK-BANYAK.

SEMANGAT YANG IKUTAN GIVEAWAY, SEMOGA BERUNTUNG.

JANGAN LUPA SHARE CERITA RAJAWALI DAN TAG AKU YA DI INSTAGRAM: HENDRA.PUTRA13.

TULIS NAMA ALEXANDER SEBANYAK-BANYAKNYA!

TULIS NAMA EVALINA SEBANYAK-BANYAKNYA!

SPAM 🔥 SEBANYAK-BANYAKNYA!

GIMANA PERASAAN KALIAN SETELAH MEMBACA RAJAWALI?

HARAPAN KALIAN UNTUK CERITA RAJAWALI?

TULIS RAJAWALI SABANYAK-BANYAKNYA.

UPDATE KAPAN LAGI YA? BESOK/ MALAM INI?

SPAM 🔥 UNTUK NEXT CHAPTER?

SPAM ❤️ SEKALI LAGI YA.

TERIMA KASIH, AYANG.

TERTANDA, HENDRA PUTRA

RAJAWALITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang