Bara melahirkan

10K 78 16
                                    

"huf huh astaga ga kuat"

"Eumhhh sakit sekali"

"Baby ouhh kenapa baby marah ya? Dada disini heum tenang ya"

Hari ini hari liburnya Bara, semua alat medis dan obat dihentikan. bahkan Bara pindah kamar keluar area bangunan rumah utama.

Kamar yang minimalis, yang sebenernya ini kamar para maid namun di renovasi dan beri perlengkapan yang modern sehingga membuat nyama si pria hamil yang semakin manja kepada Braga.

Ceklek

Suara pintu dibuka pasti Braga yang masuk. Karena Bara hanya mengijinkan Braga yang boleh masuk. Semua orang dirumah itu bau obat kata Bara.

"Kok ga pake popok aja? Kimononya mana?" Braga yang masuk melihat Bara yang terbaring bersandar diranjang hanya dengan popoknya tanpa ditutupi benda apapun ditubuhnya.

"Gerah aja mas, aku pake popok karena capek bolak balik kamar mandi, pipis mulu" Bara berusaha senatural mungkin jika dirinya baik baik saja.

Karena hari ini libur, Braga tidak bisa memeriksa tubuh Bara, bahkan Bara menolak disentuh Braga.

'baby baik?" Ketika melihat gelagat Braga yang mendekat dan akan menyentuh perutnya, Bara langsung bergeser menjauh menolak sentuhan suaminya.

"Baby baik Daddy" ucapnya menirukan suara bayi.

"Aku ingin istirahat, bisakah kau meninggalkanku?"

"Tidak perlu. Aku tidak menggangu, istirahat saja dengan nyaman"

Bara memeluk bantal hamilnya dan menutup mata.

Tubuh Bara yang berbaring miring mengeluarkan keringat, tubuhnya terasa dingin karena AC kamar dan keringat, tanpa selimut atau pakaian.

Bara merasa sesuatu seperti menerobos kebawah, ukuran perut yang kecil namun sehari hari Bara memakai penyangga perut, sehingga tidak ada yang menyadari jika si janin sudah turun ke panggul dan Bara mengalami pembukaan vagina.

Rasanya mulas dan melilit namun Bara menjaga sikap agar Braga tidak menyadari.

"Apakah aku akan kehilanganmu lagi?" Bara berdoa dalam hati jika ini proses melahirkan, biarkan janinnya selamat.

°°°

Hari kelima dihari libur Bara, selama hari itu Bara menikmati gelombang kontraksinya, benar benar janinnya sudah masuk ke panggul dan vagina buatannya terbuka hingga mampu 7 jari nya.

Selama itu pula Bara tidak tidur dengan Braga, setiap malam Bara merasa kontraksi nya semakin intens dan menyiksa tentunya. Tanpa teriakan tanpa tangisan Bara hanya menggigit handuk dengan posisi telanjang, bayinya sudah tidak ingin diperutnya.

Malam ini Bara tenang karena kontraksinya bisa dia kendalikan, perutnya sudah terisi makan malam nikmat, tubuhnya yang lelah membuatnya terlelap tidur.

Namun, Braga tidak bisa dibodohi. Dirinya tahu jika Bara mengalami pembukaan, dan malam ini Braga akan masuk kekamar Bara, dia yakin Bara tidak akan terganggu, karena makanannya sudah dicampur obat bius disis tinggi.

"Kali ini kita biarkan janinnya pergi"

Tanpa anastesi Braga menggunting vagina Bara, sehingga janinnya semakin mendekat ke liang vaginanya.

Vaginanya sudah terbuka sempurna. Dan ketika Braga memasukan jarinya ke vagina, terasa janin yang terbungkus ketuban.

"Baiklah, kita tunggu besok apa kau masih bisa menyembunyikan kondisimu"

Braga kembali keluar setelah menggendong Bara sambil menunggu maid mengganti sprei yang penuh darah dari robekan vaginanya.

CAHAYAWhere stories live. Discover now