Braga daily life

4.4K 51 9
                                    

Nit..
Nit..
Nit..

"Hoamnnhh" Braga meregangkan tubuhnya yang tidak sengaja tidur disamping brangkar istri pertamanya, Cahaya.

Usapan lembut terasa dikepala Braga, seorang wanita pucat, kurus yang mengucap rambutnya.

Braga melirik jam diruangan steril Cahaya, "kok ngga bobo heum ?"

Menyingkap selimut tebalnya, memasukan jarinya kelubang vagina Cahaya, "aku merindukan mu"

"Eungghh ga ahhh.." Cahaya mulai gelisah dirangsang Braga.

"Akuhh hhh lelahh hhh hentikaannhh" Braga tidak terima penolakan.

Bukannya menuruti perkataan Cahaya, Braga malah mimilin kuat klitoris Cahaya yang sudah keras dan bengkak, tentu saja sipemilik klitoris memekik antara sakit dan nikmat.

Aaaaaannggghhhh hh hhentikaaannhhh ouuuhhhh

Tubuhnya terlalu lemah untuk menggelinjang, hanya jari kakinya yang menekuk kuat dan jari tangannya meremas sprei hingga kusut.

"Mba Yaya kenapa ??" Braga akan berperan menjadi Braga yang Cahaya kenal saat ini. Karena memori Cahaya ada dimoment tersebut.

Hhh hhh hhh hhh Cahaya mengatur nafasnya, dan otaknya merespon jika Braga yang lugu tidak paham apa yang dia lakukan.

"Gaga nggaahh boleh hhh yaahh"

Dengan nafas yang ngos-ngosan, dan tangan Braga yang langsung menjauh dari vaginanya ketika Cahaya histeris, akan menasihati Braga jika hal tersebut tidak boleh dilakukan kembali.

"Ngga boleh ? Mba sakit ya ? Aku panggi dokter mba" Braga memasang wajah khawatir dan akan beranjak keluar.

"Ga !! Jangan panggil dokter gila itu" Cahaya menarik ujung sabuk yang Braga gunakan, lalu berbaring miring memunggungi Braga.

"Bantu aku keluar benda dingin ini" Cahaya meraba lubang analnya, yang jika dari luar terlihat normal, namun jika 2 jari menusuk lubang itu, akan terasa benda besi yang menancap yang terasa dingin. Benda itu besi dilator yang beku.

Bukannya di cabut untuk dikeluarkan, Braga malah memasukan jarinya untuk mendorong lebih dalam benda tersebut, hanya toys biasa.

Cahaya tidak mengetahui keadaan disekitarnya, kondisi adiknya, dll termasuk Rega dan Arum.

Rahim Cahaya saat ini sedang istirahat, rahimnya kosong, rahimnya infeksi akibat bakteri yang entah bagaimana bisa muncul meskipun segala sesuatu yang menyentuh tubuhnya sudah bersih steril.

Kondisi tubuh cahaya sendiri sangat complex, banyak alat yang membantu hidupnya, jarum yang menempel dikedua punggung tangannya yang terhubung dengan selang berkantung berisi obat obatan serta darah, dan holenya yang tersumpal dildo dingin yang membuat holenya berkedut dan Cahaya akan menggeliat lemas jika kesadarannya kembali.

Terapi sarafnya pun dihentikan karena menghambat proses kehamilan Cahaya kedepannya nanti.

Dihentikannya narkoba yang biasa Braga berikan membuat Cahaya sesekali sakaw, tubuhnya kejang sehingga harus diikat kencang agar kejang nya tidak mencabut seluruh selang yang menempel ditubuhnya.

Cahaya melamun, ada diingatan nya tubuhnya yang berperut buncit, ada di ingatan nya dirinya menggendong bayi, ada juga diri nya makan bersama adiknya, Bara.

Semua memori dikepalanya berputar membuatnya merasa pening.

Cahaya mentup matanya sambil meringis mengusa perutnya.

Braga beranjak dan menyuruh asistennya menolong Cahaya yang kembali sakaw.

°°°

Pukul 3 pagi hanya asisten yang berjaga yang masih stand by memantau kondisi majikannya. Bara dan Cahaya.

Braga masuk kekamarnya dan melihat Bara yang tidur memeluk bantal hamilnya.

"Ck kau ini masih suka half naked heum" benar. Bara hanya menggunakan popok dewasa tanpa baju atau celana menempel ditubuhnya, selimut tebal dan lembut sudah tergeletak di lantai, pasti Bara tidak sadar menendangnya hingga jatuh.

Braga mengusap perut istri keduanya yang penuh Stretch Mark, "kau kali ini tidak boleh tinggalkan kami, bertahanlah ditubuh ibumu" lalu mengecup perutnya.

Bara tidak menggunakan alat alat medis sepanjang waktu, hanya pada saat jadwal terapi nya tubuhnya akan penuh alat seperti kakaknya.

Menepuk pelan popok nya Bara terasa penuh, Bara sangat malas bergerak kekamar mandi, namun kemihnya tertekan sehingga membuatnya sering buang air kecil.

Tanpa menunggu si istri keduanya, Braga melepas popoknya dan membersihkan area bawah istrinya agar tidak iritasi, banyak ruam merah akibat lembab memakai popok, dan Braga putuskan memasang selang kateter divagina dan penisnya untuk membantu Bara buang air kecil.

"Eumhh mass.." suara serak khas bangun tidur dari Bara membuat Braga meremang.

"Kau sedang apa?" Bara menundukkan pandangannya namun terhalang perutnya.

Aakhh sshhh hhh

"Ngga mau pakai selang mass..." Bara merengek-rengek, meskipun tidak melihat, namun tubuhnya mengenal tindakan Braga, Bara bahkan bisa membedakan ukuran selang atau jarum suntik yang berbeda-beda setiap tindakan dokter sekaligus ayah janinnya.

"Demi kebaikan mu sayang, bagaimana nanti kalau aku menggenjot anakmu hingga bleeding ?"

"Baiklah, lakukan"

Bara sudah pasrah terhadap tubuhnya, sebelum kehamilan ini, Bara mengalami menstruasi seperti wanita, dan Bara ternyata kesakitan hingga pingsan lemas.

"Bagaimana baby heum ? Braga mengusap perut istrinya yang tidak tertutup kain apapun.

"Bagaimana anakku ? Dan Rega ?.." bukannya menjawab Bara malah bertanya balik kepada Braga.

TBC.

Makin bosenin yah hahaha

CAHAYAWhere stories live. Discover now