Cakra mengacak rambut Kenzin gemas, "ayoo."

Setelah membeli eskrim kedua nya duduk di kursi depan minimarket sembari bercanda gurau. Cakra menatap lekat wajah Kenzin. Meniti setiap jengkal ukiran di wajah nya yang diciptakan secantik mungkin.

Pikiran Cakra melayang. Cowok itu tersenyum simpul saat Kenzin mengoceh, bercerita dan memakan es krim nya dengab lahap. Bagaimana mungkin gadis seperti nya memiliki selera seperti Rezvan yang jelek itu. Bahkan sifat Rezvan tak ada bagus-bagus nya.

Kenzin mengernyitkan alis. Kenapa Cakra tersenyum menyeramkan seperti om-om pedo yang akan melahap dirinya? Apakah Cakra tengah mesum sekarang?

Plak!

Kenzin memukul kepala Cakra hingga cowok itu tersadar dari lamunan nya. Yang di pukul mengusap bagian kepala yang terkena pukulan.

"Kenapa gue di pukul? Gue diem dari tadi lho." Ucap Cakra sebal.

Kenzin mendengus, "karena lo diem makanya gue pukul. Lagian ngapain lo liatin gue kek gitu? Mesum lo?"

Cakra menggeleng tak percaya dengan ucapan Kenzin barusan. Bisa-bisanya gadis itu menuduh nya yang aneh-aneh. "Gue cuman senyum anjir. Mesum dari mana coba? Lo jelek gitu, cih." Melipat kedua tangan, Cakra memutar badan nya agar tak melihat ke arah Kenzin.

"WHAT?! APA KATA LO?!" Kenzin berteriak sembark berkacak pinggang, "wah parah lo. Udah ngerusak hp gue. Sekarang malah ngeroasting!" Kenzin melangkah meninggalkan Cakra. Ia berniat untuk pulang sendiri. Masa bodo pada Cakra.

Bingung kenapa di balik punggung nya sangat senyap cowok berhoodie hitam itu membalikkan badan lagi. Mata nya terbelalak kala tak mendapatkan sosok Kenzin. Figur gadis itu ternyata sudah jauh disana. Cakra pun segera berlari menyusul.

Mendengar Cakra berlari menyusul, Kenzin segera berlari juga. Kaki kecil nya terus melangkah dengan cepat. Cakra pun tak kalah cepat, apalagi ia memiliki kaki panjang dan langkah lebar.

"OI CIL TUNGGU WOI!!" Teriak Cakra.

Kenzin tetep kekeuh berlari. Napas gadis itu sudah hampir habis. Lalu, hap! Cakra menarik tangan Kenzin hingga gadis itu berbalik dan menabrak dada bidang Cakra. Mata kedua nya bertemu. Saling menatap dengan dalam satu sama lain. Lupa bahwa mereka sekarang berada di tengah jalan raya.

"DEK NGAPAIN LO BEDUA CIPOKAN TENGAH JALAN?!" Teriak seorang bapak-bapak berumur 30 an.

TIIINN!!! TIIINN!!

Mendengar suara klakson tersebut, barulah kedua nya tersadar. Cakra segera menarik Kenzin ke trotoar. Bapak-bapak yang berteriak tadi langsung menghampiri keduanya.

"Nak kalo cipokan liat kondisi dan tempat." Ucap bapak itu dengan wajah polos.

Cakra dan Kenzin menoleh ke arah sang bapak. Bingung bisa-bisa nya di tuduh cipokan.

Cakra berdeham, "pak saya gak cipokan."

•••

87 panggilan tak terjawab

Langit malam hari ini sepertinya sangat mendukung suasana hati seorang lelaki yang penuh dengan emosi marah, bingung serta sedih. Di atas sana tak ada bintang-bintang yang gemerlapan. Tak ada Awan yang menyelimuti bulan. Bahkan bulan nampak bersinar dengan rasa tak semangat. Cahaya bulan malam ini sedikit redup.

Kepala lelaki itu mendongak menatap ke atas langit. Ia nenyunggingkan senyum yang menggores hati. Rezvan terkekeh, "hujan ya?" Ucapnya dengan pelan, "gue harus gimana, Ken?"

BRUUUUMMMM BRUUMMM

Rezvan menarik gas motornya sekuat mungkin. Ban motor nya berputar cepat sembari bergesekan dengan aspal jalanan. Wajah putih nya terus menabrak air hujan yang amat dingin. Ia tak peduli orang-orang di trotoar meneriaki bahkan mengutuk dirinya karena telah membuat mereka terciprat air.

Sampai di pekarangan rumah sang Bunda, Rezvan memarkirkan motornya. Cowok itu basah kuyup. Seorang ibu mana yang tidak khawatir serta panik jika anak nya tiba-tiba datang menangis, kemudian memeluknya dengan badan yang basah kuyup.

"Kamu kenapa, sayang?" Tanya Ratna setelah meletakkan secangkir teh panas pada Rezvan yang tengah duduk di sofa —berselimut.

Rezvan menoleh ke arah sang Bunda, air mata nya kembali menetes. "Bunda," ucap Rezvan dengan suara deep, "Rezvan gak jaga dia dengan baik."

Kening Ratna mengerut, "jaga siapa, Rezvan?" Tanya nya sekali lagi.

"Kenzin."

•••

"HOAAAMMM!!" Kenzin menguap lebar. Meregangkan otot-otonya yang terasa kencang sehabis tidur.

Ia mengucek mata indah nya lembut. Pemandangan pagi ini sungguh luar biasa. Di balik jendela ada burung yang bertengger di ranting pohon sembari bersiul merdu. Cahaya redup yang masuk melalui celah-celah cendela membuat udara kamar menjadi sejuk.

Kenzin mulai melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Pagi ini entah kenapa mood nya sangat bagus. Ia bersenandung dengan ceria. Selesai mandi Kenzin langsung siap-siap memakai seragan sekolah nya, menepuk wajah dengan bedak sedikit, dan memakai sepatu. Di depan sana sudah ada Cakra siap berangkat ke sekolah bersamanya.

"Pagi, om!" Sapa Kenzin pada Cakra sembari melambaikan tangan.

Cakra mendengus, "gue bukan om-om, oon."

"om sama dengan orang manis." Kenzin giggles. Membuat Cakra gemas lalu mengacak rambut Kenzin yang sudah rapi. "Babi berantakan lagi rambut gue," ucap Kenzin sembari membenari rambut nya.

"Bawel. Cepet naik, nanti telat."

Setelah Kenzin naik dan memakai helm, Cakra langsung menarik gas motor nya. Hari ini ia ingin menikmati jalanan pagi. Tak berniat untuk mengebut apalagi sekarang ada Kenzin yang ia bonceng.

Udara sejuk dan cahaya yang redup sangat mendukung tubuh untuk kedinginan. Untung saja Kenzin sempat memakai sweater hitam nya. Sedangkan Cakra memakai hoodie hitam. Sudah seperti couple an saja anak dua itu.

Sepanjang jalan Kenzin tak hanya memperhatikan suasana pagi ini. Tapi ia memikirkan, kenapa Rezvan tak menjemput nya? Bahkan Rezvan seperti tak khawatir karena ponsel nya tak aktif. Apakah ada sesuatu yang salah?

Sampai sekolah kedua nya langsung berjalan beriringan di koridor. Kali ini Kenzin benar-benar di buat bingung. Kenapa setiap dia lewat semua orang menatap nya sembari berbisikan?

"Waahh lonte kelas kita udah dateng nih. Hahaha!" Ucap Hellen tertawa di susul yang lain.

"Gak malu banget ya." Sahut Asha.

Kenzin mengernyitkan alis, "anjing maksud lo apaan?!"

"HAHAHAHA!!" Tawa satu kelas menggelegar di ruangan.

"Astaga sok polos banget."
"Pantesan selama ini soker, ternyata ada om-om di belakang nya."
"Pd amat dia ke sekolah."
"Lobang nya dah lebar kali ya?"
"Sejam berapa dek?"

Begitulah ejekan-ejekan satu kelas. Tak hanya menghujat tapi mereka juga melempari Kenzin kertas. Cakra tak diam, ia melindungi tubuh Kenzin agar tak terkena lemparan kertas.

— PELANGI & HUJAN —

Jangan lupa vote dn komen yaa!!
share juga ke temen2 kalian.

sekalian deh follow ig aku :D @urbby_bears

PELANGI dan HUJAN || NA JAEMINWhere stories live. Discover now