47 - Kacau

606 88 45
                                    

Kedua tangan Aiden bersedekap dada, sorot matanya menatap sendu sebuah kalender didepannya. Sekarang sudah tanggal 6, sejak beberapa hari lalu ia datang ke kantor polisi dan berjanji untuk memberikan bukti-bukti itu.

Jam dinding berdenting menunjukkan pukul 12.00 wib, itu artinya mulai detik ini waktunya tinggal tersisa 3 hari lagi.

Kemarin Panji kembali menghubunginya, dan berkata bahwasannya ia menemukan siapa orang yang menyimpan rekaman cctv dibelakang mall tepat pada saat kejadian 3 tahun yang lalu.

Namun, Panji juga mengatakan untuk membersihkan kasus ini rekaman cctv saja tidaklah cukup. Butuh bukti lain agar Alvi tidak ikut terseret hukum. Sebab, jangan lupakan satu hal penting dalam kasus ini bahwa Alvi lah yang menembakkan peluru itu hingga menewaskan Dava.

Drrrtt...

Ponsel Alvi berdering diatas nakas, dengan segera ia mengambil ponsel itu lalu menjawab telpon yang baru saja masuk.

"Planning 3, rencana B."

"Mmm, tapi kan-"

"Oh ya, sebelumnya...Selamat ulang tahun Alvian."

Alvi membulatkan matanya, menatap kembali kalender yang ada didepan matanya.

6 Juni?

"Terimakasih." Singkat Alvian sedikit acuh.

Pasalnya sejak dulu ia memang tidak suka di ucapkan selamat ulang tahun, bahkan mengingat hari ulang tahun nya saja ia malas.

"Ada apa Bang Panji telpon tengah malem?" tanya Alvi memecah keheningan.

"Seperti yang abang bilang tadi, Planning 3 rencana B. Kayaknya cocok buat di coba dihari ulang tahun kamu. Apalagi besok Ayah kamu mau kasih kejutan buat kamu."

Ya, kejutan. Ananda memang merencanakan ingin memberi sebuah kejutan untuk Alvi, tetapi sudah bocor lebih dulu gara-gara mulut ember nya Panji.

"Hmm oke, sesuai rencana Bang Panji. Alvi ikut aja."

"Okee, bersiap untuk besok!"

"Sekarang cepet tidur, jangan sering bergadang, ga baik buat kesehatan kamu apalagi kamu harus rutin cuci darah, kan? Kondisi kamu harus fit terus."

"Jangan terlalu dipikirin buat masalah ini. Percayakan ini sama Bang Panji, oke?"

"Hmm oke, makasih Bang udah jadi Abang kedua nya Alvi."

"Tidur ya!"

"Iya, Bang."

Dalam beberapa detik sambungan telpon itu akhirnya terputus. Alvi segera menuruti ucapan Panji untuk segera tidur, lalu berkelana menuju alam mimpi yang setidaknya lebih indah dari pada dunia yang penuh fatamorgana ini.

•°•°•

Pagi hari, Alvi masih ada didalam kamarnya, merapikan hodie hitam yang barusan ia kenakan. Hari ini ia sedikit lebih rapi, sebab ia akan pergi ke restaurant Ayahnya untuk sedikit  membantu pekerjaan Ayah disana, kebetulan sekolah nya juga sedang libur semester ganjil.

Setelah dirasa pakaian nya sudah rapi, Alvi berjalan menuju pintu kamar, membuka nya dengan perlahan.

"HAPPY BIRTH DAY TO YOU, MY BROTHER!"

Pekikan Dika membuat Alvi mematung diambang pintu, masih mengatur detak jantungnya yang hampir berhenti berdetak.

Ia menghela napas panjang, mengembuskan nya perlahan. Tatapannya tak beralih pada kue ulang tahun warna biru langit yang dibawa oleh Ananda.

ALVIRENDRAWhere stories live. Discover now