44 - 14 hari dimulai

419 83 29
                                    

Berbagai macam selang medis sudah terpasang di lengan Alvi, kini hanya tinggal menunggu prosedur cuci darah selanjutnya.

Baru satu menit melihat banyaknya darah yang mengalir ke mesin itu, Alvi menyadari wajah Dika yang kini terlihat pucat.

"Kenapa jadi Abang yang pucet? Takut?" sindir Alvi disertai kekehan pelan, hingga membuat Dika sedikit gelagapan, ia bahkan mengusap dahinya yang berkeringat.

"Y-ya lo kan tau, gua takut darah," ucap Dika gugup sembari menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal.

Alvi tersenyum tipis, ia memang sempat ragu saat Dika ikut masuk menemani nya cuci darah.

"Keluar aja gapapa, dari pada malah Abang yang pingsan disini. Kan ga lucu, yang cuci darah siapa, yang pingsan siapa."

"Nanti kalo lo kenapa-kenapa gimana?"

"Ada Dokter."

Dika akhirnya mengangguk setuju, memang kepala nya saat ini sudah terasa sedikit pusing, bahkan tubuhnya kini terasa lemas. Sebab, Dika ini orang yang phobia darah, akibat ketika Dava terkena peluru saat itu Dava tepat berada digendongan Dika, hingga darah itu memenuhi seluruh pakaiannya.

3 jam Alvi melakukan proses cuci darah, akhirnya semua selesai dilalui. Dika kini juga sudah masuk kembali kedalam ruangan, sebab tinggal proses melepas selang saja Dika pikir ia masih memiliki nyali.

"Ga sakit?" tanya Dika dengan polosnya.

"Nggak, pas cuci darah biasa aja. Tapi nanti, efek sampingnya nyiksa hehe," kekeh Alvi tetap dalam mode tenang.

Dika merangkul pundak Alvi membantunya untuk berdiri, kemarin Dika sempat membaca sebuah artikel di website yang mengatakan, biasanya orang yang baru saja cuci darah akan merasa lemas karena cairan yang berkurang akibat proses cuci darah.

Setelahnya, Alvi melakukan berbagai pemeriksaan sebelum pulang. Seperti pemeriksaan tekanan darah, berat badan, hingga pemberian resep obat.

•°•°•

"Belakangan ini, Ayah jarang dirumah ya Bang," gumam Alvi yang masih setia menatap kearah samping, melihat pemandangan kota dari balik kaca mobil disamping kirinya.

"Hm, banyak kerjaan. Om Andi udah dipenjara, setelah dia terbukti korupsi. Jadi, posisi manager lagi kosong, semuanya Ayah yang monitoring..."

"Ayah sempet ngomong, katanya Ayah ga mau cari manager baru. Karna sebelumnya Ayah udah punya rencana, lo yang bakal ngisi posisi itu nantinya, tapi... keadaan lo masih belum memungkinkan buat saat ini," ujar Dika panjang lebar, sembari fokus mengendarai mobil yang melaju cepat dijalan tol.

"Kenapa ga Abang aja?" tanya Alvi spontan.

"Gua? Hahah, bisa apa gua. Gua ga bakat bisnis dan gua ga pernah ngerti urusan F&B."

Alvi mengangguk dengan wajah sendu, terbesit sedikit rasa bersalah karena tidak bisa sekedar membantu Ayahnya.

"Bilang Ayah, jangan terlalu capek..." ucap Alvi pelan.

Perbincangan berakhir sampai disitu, tak ada lagi suara dari keduanya, yang terdengar hanya lantunan lagu Cheating on you yang dinyanyikan charlie puth.

Entah mendapat insting dari mana, Dika tiba-tiba saja menoleh sekilas kearah Alvi, dapat ia lihat dengan jelas gelagat Alvi yang terlihat aneh, wajahnya sedikit merengut dengan mata terpejam dan wajah yang sedikit pucat.

"Kenapa?"

Kelopak mata Alvi perlahan terbuka akibat mendengar pertanyaan itu dari Dika. Namun, setelahnya Alvi hanya menggeleng lirih sebagai jawaban.

ALVIRENDRADonde viven las historias. Descúbrelo ahora