31 - Kado untuk Dika

580 82 37
                                    

Semilir angin dipagi hari beserta partikel embun yang membasahi dedaunan, membuat suasana pagi ini terasa sejuk sekali. Pemuda itu kini duduk dibangku halaman rumah, sembari melihat Abangnya yang sibuk menyapu dedaunan kering yang berserakan.

"Semangat, Bang!" pekik Alvi seraya terkekeh pelan, kakinya iseng  menendangi dedaunan kering yang sedang Dika sapu.

Mendengar ucapan itu dari Alvi, Dika menghentikan gerakannya menyapu dedaunan itu dengan wajah kesal.

"Bocah, sono cepetan masak! Bukan malah gangguin orang ngapu," Bentak Dika yang sudah siap mengangkat sapunya ke udara.

"Nanti, lagi males. Whehe, soalnya waktu dirumah Papah, gua abis jadi pangeran dadakan."

"Hah? Apaan? Maksud lo pangeran kodok?" tanya Dika, pura-pura tuli.

"Iri tanda tak mampu!" ledek Alvi tertawa lepas, padahal Dokter sudah melarangnya karena kemarin baru saja oprasi dibagian perut.

Alvi berdiri dari duduknya, ia mulai melangkah meninggalkan Dika di halaman rumah, niatnya ia ingin pergi ke dapur.

Sesampainya di dapur, tiba-tiba tubuh Ananda terseret saat Alvi menarik tangannya. Ananda hanya menurut saat Alvi menyuruhnya duduk dikursi.

"Biar Chef Alvi aja yang masak, Ayah duduk aja ya. Pundak Ayah belum pulih."

"Boleh banget! Sana lanjutin, di fillet dulu daging ayamnya. Ayah tadi mau bikin karage paprika," titah Ananda mengizinkan.

Alvi segera mencuci bersih kedua tangannya diatas kran wastafel. Kemudian mengambil pisau tajam yang ia susun rapih didapur.

Ia letakkan potongan daging ayam diatas talenan. Dengan lihai tangannya memfillet daging ayam menjadi beberapa bagian kecil.

Sembari mengurus Ayam, Alvi menumis bumbu-bumbu yang di perlukan, hingga bau sedap yang ditimbulkan dari bawang bombai, paprika, kecap dan lada hitam  menyeruak dihidung siapapun yang melewati dapur itu. Tangannya memang tidak perlu diragukan lagi dalam hal memasak, Dika saja bisa makan porsi kuli jika lidahnya sudah menyentuh makanan masakan Alvi.

Beberapa menit sejak ia mulai memasak, akhirnya Karage paprika buatan Alvi siap disajikan keatas piring. Alvi menyiapkan dua piring untuk menyajikannya, satu piring untuk Ayahnya dan dirinya sendiri, dan satu piring lagi spesial untuk Dika.

"ALVIAN!" pekik seseorang yang baru saja turun dari tangga menuju dapur.

"Laptop gua semalem lo apain ga bisa nyala!"

Alvi terdiam sejenak, lalu berdiri dihadapan Dika dengan tatapan tak bersalah.

"Gaa tau. Emangnya gua make?" tanya Alvi, nada bicaranya terkesan menyebalkan ditelinga Dika.

"Lah semalem lo make laptop gua kan pas baru pulang dari rumah sakit! Amnesia lo?" sungut Dika, kali ini ia tak bisa lagi menahan emosinya yang menggebu.

"Oh sorry lupa... mungkin ga bisa nyala emang udah rusak kali, minta ganti tuh, hehe."

"Apaan, laptop gua masih bagus. Jujur aja, lo kan yang rusakin! JAWAB! Itu laptop isinya data-data penting, tugas kuliah gua semua!" Bentak Dika yang semakin tak terkontrol melihat Alvi yang masih diam tak merespon.

"Goblok! Ga punya otak!" maki Dika seraya menoyor kasar kepala Alvi hingga membentur tembok cukup keras, membuat Alvi meringis menahan sakit dikepalanya.

Plak!

Tamparan keras mendarat tepat dibibir Dika hingga berdenyut nyeri, sudut bibirnya mengalirkan cairan darah akibat tamparan sang Ayah barusan.

ALVIRENDRANơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ