25 - Kegaduhan

529 91 43
                                    

Aroma masakan lezat mulai tercium dihidung Dika saat baru saja melangkah masuk ke dalam dapur. Mencium aroma nasi goreng dan omelet telur, membuat cacing diperut Dika semakin meronta kelaparan.

Dika mendekat pada Alvi yang masih sibuk menyiapkan sarapan pagi, walaupun kemarin Alvi baru saja pulang dari rumah sakit, tetap saja anak itu tidak bisa dilarang apalagi soal memasak.

"Wiih mantep nih," gumam Dika sembari tangannya terus mencomoti nasi goreng yang masih di atas wajah panas, terlihat nasi goreng putih tanpa kecap itu menggunakan campuran potongan wortel dadu, ayam cincang, irisan cabai dan daun bawang.

Plak!

Tangan Alvi dengan ringan memukul tangan Dika yang masih sibuk mencomoti nasi goreng.

"Jorok!" bentak Alvi agar Dika berhenti mencomoti nasi goreng.

"Kok gak di kasih kecap?" tanya Dika yang mulutnya masih penuh makanan.

"Nanti nasi gorengnya jadi manis, gua ga suka."

"Dih aneh, justru malah tambah enak pake kecap," elak Dika sembari mengambil piring, sendok dan garpu di rak piring.

"Beda selera! Ga usah protes!" Ketus Alvi yang tengah meletakkan omelet dari teflon itu ke piring yang di pegang Dika.

Setelah makanan sudah selesai di sajikan, mereka berdua duduk di kursi masing-masing, menghadap meja makan yang sudah tersedia makanan buatan Alvi.

"Bang, katanya mau ke makam Mama sama Dava, kok ga jadi?" tanya Alvi saat Dika tengah mengambil makanan ke piringnya.

Dika menghela nafas panjang mendengar pertanyaan Alvi barusan, ia menatap datar ke arah Alvi.

"Ayah aja malah masuk rumah sakit, seharusnya gua pengen ngajak Ayah ke makam Mama sama Dava itu hari minggu. Tapi karna Ayah di rawat, ga jadi," jawab Dika dengan wajah lesu.

Netra Alvi masih tak beralih menatap Dika yang asik memakan nasi goreng buatannya dengan lahap. Ada sesuatu yang mengganjal di benaknya. Aneh, entah mengapa Alvi merasa Dika tidak bersikap seperti biasanya, beberapa hari ini sikap Dika terlihat bersahabat dengannya.

•°•°•

Kaki Alvi melangkah tegas di koridor menuju taman sekolah sembari membaca buku pelajarannya, ini menjadi hari pertama ujian kenaikan kelas, untuk menentukan ia akan naik kelas atau tidak.

Saat Alvi hendak duduk di salah satu bangku taman, Alvi berpapasan dengan Caca, ia pun mengalihkan atensinya dari buku pelajaran, ia menoleh ke arah Caca yang tengah berjalan menuju kantin sekolah.

"Caca!" panggil Alvi yang saat ini tengah duduk di bangku taman.

Sang pemilik nama itu akhirnya menghentikan langkah kakinya, lalu ia berjalan memutar arah mendekati Alvi yang baru saja memanggilnya.

"Ada apa?" tanya Caca dengan senyum ramah.

"Mau kemana?" Alvi berbalik tanya pada Caca.

"Ke kantin, laper banget."

"Emang belom sarapan?"

Caca menggeleng lirih. "Belom, Mama ga masak, lagi sakit soalnya. Dan gue sama Kak Gelya juga ga bisa masak hehe," jawab Caca apa adanya.

Alvi hanya beroriah, lalu membuka tas hitamnya mengambil sekotak bekalnya, yang niatnya ia siapkan dari rumah untuk makan istirahat.

"Nih makan, ga usah ke kantin kelamaan, 5 menit lagi udah bel masuk," ujar Alvi seraya menyodorkan kotak bekal berwarna biru miliknya.

"Buat gue?" tanya Caca tak percaya.

"Iyalah, buat siapa lagi," jawab Alvi menatap malas wajah Caca.

ALVIRENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang